95 India
Akses terbuka di bawah otoritas ne-
gara Multi agensi Pemerin-
tah nasio- nal untuk
kapal asingJV
di luar 12 mil laut,
tapi tidak ada do-
mestik Tidak ada
kapal asing,
joint venture
diizinkan Otoritas
perikan- an dan
lainnya.
Indonesia Akses regulasi untuk beberapa area,
umumnya tidak ada regulasi di area lain
dengan akses terbuka
Multi agensi Nasional dan berge-
ser ke pro- pinsi dan
distrik dengan
hukum otonomi
Tidak ada kapal a-
sing, joint venture
dan dua bendera
negara diizinkan.
Otoritas lain
Malaysia Akses terbatas Lisensi
perikanan dan identifi-
kasi kapal Nasional
untuk ka- pal besar
dan dili- sensi kem-
bali oleh negara
Tidak ada kapal a-
sing, tapi ABK a-
sing dii- zinkan
sampai 90
FAO, sistem
terbaik di Asia
dengan sertifikat
ISO 9000.
Malade- wa
Akses terbatas un- tuk kapal asing,
akses terbuka untuk kapal lokal
Multi agen- si,
Trade and Industry
MTI untuk asing,
Nasional Kapal
asing diizinkan
di bawah lisensi
Asing- FAO,
lokal- otoritas
lain, de- sain per-
ikanan dengan
kode
Myanmar Terbatas secara hu- kum
Multi agensi Nasional untuk ka-
pal besar, dilisensi
lagi oleh daerah,
daerah un- tuk kapal
kecil Tidak ada
kapal asing
Kode warna
otoritas pelabuh
an Tabel 10 Lanjutan
96 Philipina Akses terbatas seca-
ra hukum tapi tidak diterapkan
Multi agen- si, otoritas
maritim dan perikanan
Nasional untuk ka-
pal besar, lisensi re-
gional, ko- dya untuk
kapal ke- cil 3GT
Tidak ada kapal a-
sing, joint venture
diizinkan Agensi
lain, o- toritas
kelautan
Srilangka Akses terbuka un- tuk domestik, ter-
batas untuk BOI Multi agen-
si, perikan- an, otoritas
pelabuhan ikan
Nasional untuk ka-
pal besar, propinsi
untuk ka- pal kecil.
Tidak ada kapal a-
sing, BOI kapal a-
sing dii- zinkan un-
tuk penda- ratan di
Srilangka Perikan-
an dis- trik, dan
sejum- lah kode
Thailand Akses terbuka kecu- ali peralatan berge-
rak Multi agensi
pelabuhan dan perikan-
an Nasional
Tidak ada kapal
asing Pelabuh-
an regis- trasi
propinsi
Vietnam Akses terbuka
Multi agensi Nasional 75hp,
propinsi 75hp
Tidak ada kapal
asing ID
propinsi
Sumber: Flewwelling 2001 Umumnya negara masih memiliki sistem manajemen perikanan “akses
terbuka” dan beberapa negara memiliki kemampuan hukum untuk menerapkan akses terbatas. Sistem identifikasi kapal sangat bervariasi, termasuk penerapan sistem FAO
yang digunakan di Maladewa terhadap kapal asing. Malaysia menerapkan suatu sistem modifikasi dengan penambahan kode warna, penandaan zona dan tipe kapal
untuk memudahkan identifikasi di laut dan di udara. Sistem identifikasi kapal dan lisensi Malaysia sangat rinci dan diyakini sebagai model sistem untuk wilayah
regional tersebut. Malaysia mendapatkan ISO 9000 untuk sistem tersebut pada tahun 2000.
Tabel 10 Lanjutan
97
4.4.3 Mekanisme antar lembaga
Tabel 11 Mekanisme antar lembaga dalam pelaksanaan MCS di berbagai negara
Negara Mekanisme antar lembaga
Bangladesh Tidak ada pada saat ini, memerlukan enam lembaga yang
berpengaruh Kamboja
12 lembaga yang berpengaruh plus propinsi, tidak ada kemampuan antar lembaga yang formal.
India Coast Guard
untuk pelatihan, tapi tidak ada penelitian manajemen, tidak ada pendekatan oleh pemerintah secara
konsisten Indonesia
Revival National Maritime Council DKN
Malaysia Maritime Enforcement Coordinating Committe MSCC
untuk perikanan, polisi laut dan Angkatan Laut yang lebih efektif dengan adanya otoritas langsung untuk penyebaran
sumberdaya antar lembaga untuk wilayah perikanan yang menjadi prioritas. Dapat menjadi model untuk MCS
Maladewa High Level Inter-Ministerial Policy Committe
, tapi tidak ada koordinasi operasi antar lembaga yang formal.
Myanmar Koordinasi inspeksi untuk kedatangan di pelabuhan secara
formal, tapi tidak ada mekanisme lain untuk kerjasama operasi.
Philipina High Level Policy Committe
, tidak ada mekanisme operasi antar lembaga yang formal
Srilangka Special Area Management SAMs Committe
, suatu model partisipatori untuk manajemen wilayah pantai
Thailand High Level Policy Committe
untuk kebijakan dan restorasi laut Thailand, tidak ada mekanisme operasi antar lembaga
yang formal
Vietnam 10 lembaga yang berpengaruh, tidak ada mekanisme operasi
antar lembaga yang formal Sumber: Flewwelling 2001
98 Dua contoh paling baik dalam penerapan MCS yang berhubungan dengan
mekanisme antar lembaga adalah MECC di Malaysia untuk pengoperasian MCS antar lembaga dan SAMs di Srilangka untuk komunitas pesisir dan manajemen area. Hal
ini selanjutnya dapat dipertimbangkan sebagai suatu model bagi negara lainnya.
4.4.4 Sistem Data
Umumnya sistem data masih manual dan tidak terdapat sistem verifikasi data. Malaysia mempunyai sistem manajemen data yang terkomputerisasi. Philipina
berusaha memperbaharui sistemnya dan diharapkan mempunyai sistem kerja yang sesuai dengan kebutuhan manajemen untuk kebutuhan nasional dan daerah. Indonesia
sedang mengembangkan sistem manajemen data dan lisensi yang terkomputerisasi secara nasional dan kemudian didelegasikan ke tingkat daerah kabupaten dan
propinsi. Maladewa mempunyai sistem data yang terkomputerisasi berdasarkan pada laporan penangkapan ikan dengan cross-check terhadap laporan pendaratan kapal,
tetapi tidak meliputi semua wilayah di negara tersebut. Maladewa juga mempunyai persyaratan regulasi untuk semua kapal asing dengan melakukan pelaporan di
pelabuhan, meskipun instrumen ini cukup efektif tetapi tidak didayagunakan. India mempunyai sistem nasional untuk mengontrol usaha kerjasama asingarmada kapal
sewa dengan laporan harian, tetapi sistem data perikanan untuk armada nasionalnya sangat lemah. Kamboja mempunyai sistem manual yang diperbaharui dan
dikomputerisasi oleh proyek Danish Flewwelling 2001.
4.4.5 Persyaratan operasional
Hanya Malaysia dan Thailand yang mempunyai armada pengawas perikanan sendiri yang memiliki kemampuan pengawasan di wilayah pesisir dan di laut dalam.
Armada patroli Malaysia diperkirakan sekitar 60 kapal dengan penyewaan pengawasan udara meliputi taman laut, area perbatasan dan gangguan asing. Armada
Thailand diperkirakan 100 kapal dengan pengawasan udara paruh waktu meliputi perbatasan dan keseluruhan area secara umum. Negara lainnya mempercayakan
hampir seluruhnya pada polisi laut mereka, penjaga pantai atau angkatan la ut untuk patroli perikanan dan hal ini hanya mencakup pengawasan perbatasan. Di beberapa
negara, hampir tidak ada monitoring dan penyidikan terhadap armada domestik kecuali Philipina yang mengaktifkan program “bantay dagat atau save the seas” yang