Afrika Selatan Desain sistem monitoring control and surveillance nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia

77 efektivitas Operasi Neptuna. Meskipun, sama-sama melihat beberapa hal yang positif dari operasi tersebut, yang meliputi: 1 Meningkatnya koordinasi dan kerjasama di antara lembaga – lembaga yang berpengaruh khususnya MCM dan SAPS dan kerjasama dengan komunitas lainnya seperti Sea Watch dan the Nature Conservation Department sebagai otoritas lokal. 2 Berkurangnya kriminalitas di wilayah tersebut. 3 Meningkatnya rasa keamanan bagi komunitas lokal dan berkembangnya rasa saling percaya di antara nelayan dan SAPS. 4 Memperkuat penangkalan terhadap perikanan ilegal. Sejumlah aspek negatif juga teridentifikasi dari operasi ini, yang meliputi hal- hal sebagai berikut: 1 Jangka waktu operasi tidak begitu lama 6 bulan, sehingga diperlukan penambahan waktu dengan Operasi Neptuna II. 2 Berkurangnya supply produk, sehingga produk terbatas berkembang di pasar gelap. 3 Pengenaan denda yang tidak cukup oleh pengadilan. 4 Tidak cukupnya pelatihan bagi personel Operasi Neptuna untuk mengidentifikasi spesies ikan tertentu 5 Tidak cukupnya biaya 6 Tidak cukupnya bantuan terhadap masyarakat lokal sehingga mereka dapat mengembangkan koordinasi. Operasi Neptune cukup berhasil dalam melakukan penegakan hukum di wilayah perairan Afrika Selatan. Operasi ini dapat menjadi lebih optimal dalam melakukan pencegahan terhadap illegal fishing jika: 1 Diimplementasikan dalam jangka waktu panjang 2 Bekerja sama dengan infrastruktur lokal 78 3 Mempunyai program yang serius untuk mengembangkan akses terhadap hak komunitas lokal dalam pengelolaan sumberdaya kelautan

4.2.14 Argentina

Manajemen perikanan Argentina didasarkan pada pembatasan kuota terhadap spesies tertentu, yaitu spesies hake dan mackarel. Armada nasional memiliki 731 kapal, dengan kapal pekerja perikanan pantai sebanyak 310, 133 ice trawlers, 288 armada kapal pengolahan produk. Sistem monitoring di Argentina masih mengalami kegagalan dalam mengawasi overfishing terhadap spesies tertentu. Hal ini disebabkan karena kurangnya sumberdaya manusia yang terlatih dan peralatannya, tidak tepatnya perhitungan dalam manajemen keuangan, kurangnya transparansi dan konsistensi dalam manajemen dan praktek MCS lisensi, operasional, pinalti, dan lain lain, kurangnya kredibilitas yang terlihat dalam industri perikanan, dan yang lebih penting lagi adalah kurangnya keinginan politik dan pengetahuan yang merupakan hal yang penting dalam manajemen perikanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Hal ini sangat disayangkan, karena Argentina menjadi salah satu negara yang dirugikan karena adanya kesalahan dalam strategi negosiasi dengan kekuatan ekonomi yang lebih besar yang tidak mempunyai perhatian yang sama terhadap konservasi, sehingga negara terpaksa mengakomodasi berkembangnya overkapitalisme dalam industri perikanan. Perjanjian ini juga mengizinkan keberadaan kapal asing dan peralatannya di perairan Argentina yang dapat mempercepat kepunahan industri perikanan hake Flewwelling 2003. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah Argentina menutup industri perikanan hake sampai ada skema manajemen yang tepat, meskipun tindakan ini sangat tidak populer di kalangan nelayan. Keefektifan biaya sistem VMS dikaji ulang. Rencana lainnya adalah mendukung MCS yang meliputi: 1 Legislasi 2 Penguatan institusional dan transparansi 3 Pelatihan untuk penyidik pelabuhan, inspektur dan observer 4 Pengembangan program observer dan umpan baliknya bagi industri 5 MONPESAT VMS jika biaya mencukupi 79 6 Pengembangan koleksi data dan dihubungkan dengan propinsi 7 Dukungan Angkatan Laut dan Coast Guard. Pertimbangan lainnya ya ng berhubungan dengan MCS meliputi: 1 Manajemen ITQ dan keputusan untuk mengimplementasikannya dengan dukungan legal yang tepat, infrastruktur data, peralatan dan personel yang ditujukan untuk ITQ. 2 Adanya Memorandum of Agreement yang dihubungkan dengan propinsi pantai yang dapat menjamin usaha kerjasama untuk lisensi, informasi dan aktivitas MCS yang mendukung sistem ITQ. Setelah menilai kondisi geografis, demografis, ekonomi dan politik untuk sistem MCS, maka negara harus mempertimbangkan bagaimana sistem MCS dapat diimplementasikan. Hal ini mempengaruhi desain sistem MCS yang tepat. Pertimbangannya harus meliputi sistem biaya yang efisien dan efektif untuk lembaga; kerangka kerja legal yang diperlukan dan dapat diterima oleh nelayan; koordinasi antara lembaga dan departemen; pelatihan, infrastruktur, mekanisme organisasi yang mendukung; dan sumberdaya keuangan.

4.2.15 Australia

Australia seperti umumnya negara lainnya memiliki kesiagaan dalam menghadapi sejumlah masalah di bidang kelautan yang muncul dari berbagai sumber. Usaha ini dikonsentrasikan pada pencegahan kapal asing yang memasuki zona perikanan Australia Australian Fishing ZoneAFZ, kapal asing yang melakukan kegiatan perikanan akan dideteksi dan ditahan. Rata-rata setiap tahun dilakukan penangkapan terhadap 100 kapal asing yang melakukan kegiatan ilegal di dalam wilayah AFZ, meskipun jumlahnya tidak cukup signifikan karena luasnya wilayah laut Australia terbesar ketiga di dunia yang perlu pemantauan yang lebih efektif dan dengan keterbatasan sumberdaya yang dapat melakukan pemantauan. Dalam penerapan MCS, di Australia terdapat the Australian Fisheries Management Authority AFMA. AFMA mengembangkan penilaian resiko dan rancangan kepatuhan untuk pengelolaan setiap usaha perikanan dan selanjutnya bertindak sebagai suatu badan koordinasi yang menggunakan penggabungan aset di