Mekanisme antar lembaga Desain sistem monitoring control and surveillance nasional dalam pembangunan kelautan Indonesia

98 Dua contoh paling baik dalam penerapan MCS yang berhubungan dengan mekanisme antar lembaga adalah MECC di Malaysia untuk pengoperasian MCS antar lembaga dan SAMs di Srilangka untuk komunitas pesisir dan manajemen area. Hal ini selanjutnya dapat dipertimbangkan sebagai suatu model bagi negara lainnya.

4.4.4 Sistem Data

Umumnya sistem data masih manual dan tidak terdapat sistem verifikasi data. Malaysia mempunyai sistem manajemen data yang terkomputerisasi. Philipina berusaha memperbaharui sistemnya dan diharapkan mempunyai sistem kerja yang sesuai dengan kebutuhan manajemen untuk kebutuhan nasional dan daerah. Indonesia sedang mengembangkan sistem manajemen data dan lisensi yang terkomputerisasi secara nasional dan kemudian didelegasikan ke tingkat daerah kabupaten dan propinsi. Maladewa mempunyai sistem data yang terkomputerisasi berdasarkan pada laporan penangkapan ikan dengan cross-check terhadap laporan pendaratan kapal, tetapi tidak meliputi semua wilayah di negara tersebut. Maladewa juga mempunyai persyaratan regulasi untuk semua kapal asing dengan melakukan pelaporan di pelabuhan, meskipun instrumen ini cukup efektif tetapi tidak didayagunakan. India mempunyai sistem nasional untuk mengontrol usaha kerjasama asingarmada kapal sewa dengan laporan harian, tetapi sistem data perikanan untuk armada nasionalnya sangat lemah. Kamboja mempunyai sistem manual yang diperbaharui dan dikomputerisasi oleh proyek Danish Flewwelling 2001.

4.4.5 Persyaratan operasional

Hanya Malaysia dan Thailand yang mempunyai armada pengawas perikanan sendiri yang memiliki kemampuan pengawasan di wilayah pesisir dan di laut dalam. Armada patroli Malaysia diperkirakan sekitar 60 kapal dengan penyewaan pengawasan udara meliputi taman laut, area perbatasan dan gangguan asing. Armada Thailand diperkirakan 100 kapal dengan pengawasan udara paruh waktu meliputi perbatasan dan keseluruhan area secara umum. Negara lainnya mempercayakan hampir seluruhnya pada polisi laut mereka, penjaga pantai atau angkatan la ut untuk patroli perikanan dan hal ini hanya mencakup pengawasan perbatasan. Di beberapa negara, hampir tidak ada monitoring dan penyidikan terhadap armada domestik kecuali Philipina yang mengaktifkan program “bantay dagat atau save the seas” yang 99 dibuat di tingkat daerah untuk pemberdayaan sektor kelautan pesisir dan perikanan. Indonesia melalui COREMAP mempunyai keinginan untuk mengembangkan kemampuan MCS pesisir dengan menggunakan kapal-kapal, personel berbasis darat dan radar pantai untuk cakupan wilayah lokal Flewwelling 2001. Tidak ada negara yang mempunyai laporan inspeksi dan pendaratan yang lengkap, mengadakan inspeksi peralatan perikanan, mengadakan inspeksi pelabuhan, atau perkiraan penangkapan ikan yang di-cross-check dengan logbooks atau laporan penangkapan. Hal ini merupakan aktivitas yang kritis dalam pelaksanaan MCS untuk mengembangkan sistem manajemen data.

4.4.6 Vessel Monitoring System

Penggunaan jalur satelitsistem monitoring kapal VMS dan citra satelit merupakan dua teknologi baru yang dapat digunakan lebih efektif untuk MCS perikanan. VMS merupakan instrumen yang dapat mengawasi kapal yang berlisensi, tetapi tidak dapat berfungsi terhadap kapal yang tidak berlisensi. VMS dengan peralatan lain, seperti citra satelit dapat memberikan foto semua kapal dan kemudian mengidentifikasi kapal-kapal yang tidak mempunyai transponder, dan karenanya dapat diidentifikasikan dan memungkinkan untuk diperiksa. Sistem ini masih dalam tahap percobaan tetapi diharapkan dapat memberikan pengetahuan untuk operasional MCS selanjutnya. Indonesia secara aktif mencoba beberapa sistem VMS dan sedapat mungkin mengimplementasikannya untuk semua kapal dalam waktu dekat. Malaysia mempunyai sistem pilot yang menjajaki sekitar 25 masalah perkapalan. Legislasi untuk MCS masih belum berperan dalam Hukum Perikanan Malaysia. Srilangka dengan VMS berusaha memonitor kapal-kapal Board of Investment BOI yang melakukan bongkar muat di pelabuhan mereka. Maladewa mempunyai sistem elektronik MCS dan memiliki VMS serta citra satelit, tetapi sistem ini tidak bekerja efektif karena kurangnya pendanaan untuk pengoperasian peralatan secara terus menerus dan kurangnya sumberdaya manusia yang terlatih.