Pemilihan Bahasa dalam Membahas APBD secara Resmi di DPRK Pemilihan Bahasa dalam Dengar Pendapat dengan Pemerintah secara Resmi di DPRK

5.2.1.18 Pemilihan Bahasa dalam Membahas APBD secara Resmi di DPRK

Berdasarkan hasil penelitian bahwa bahwa responden dalam penelitian ini lebih bervariasi memilih bahasa dalam interaksi politik dalam membahasAPBD secara resmi di DPRK. Sebanyak 40 responden memilih BA, dan 16,7 memilih menggunakan BABI dengan posisi BI yang lebih dominan, hanya dijumpai 20 responden yang memilih BABI dengan BI yang dominan. 23,3 yang hanya memilih BI dalam membahas APBD secara resmi di DPRK. Untuk pemilihan bahasa dalam domain tersebut diatas tentu memiliki alasan yang bervariatif yaitu pemilihan BA yang mencapai 40 disebabkan alasan karena kebiasaan dan fasih dalam komunikasi. Jawaban ini dipilih oleh 13 responden 43,3, sedangkan jawaban lain berfrekuensi mendekati, yakni 36,6 karena merasa akrab memilih bahasa tersebut, dan 16,7 karena puas hati memilih menggunakan bahasa tersebut. Hanya 3,3 yang menyatakan karena bangga dan senang menggunakan bahasa tersebut dalam membahas APBD secara resmi di DPRK. Pemilihan bahasa dalam domain ini menunjukkan bahwa pemilihan BA lebih disebabkan oleh karena kebiasaan dan fasih dalam berkomunikasi, dan selanjutnya pemilihan BABI dengan BI yang dominan dengan alasan karena merasa akrab memiliki persentasi yang sangat mendekati, artinya BA menjadi pilhan utama parlok dalam membahas APBD dalam domain ini adalah tentang pemilihan BI dengan persentase yang tinggi yaitu 23.3 dan disebabkan oleh karena puas hati memilih BI dalam membahas APBD, hal ini kemungkinan dalam membahas APBD lebih kepada membahas angka-angka dalam ekonomi dan parlok tidak dapat menghindar dari BI. Universitas Sumatera Utara Kenapa demikian, karena dalam BA kurang adanya istilah ekonomi yang khusus dan memang selama ini masih menyebutkan istilah perencanaan dan keuangan dalam BI.

5.2.1.19 Pemilihan Bahasa dalam Dengar Pendapat dengan Pemerintah secara Resmi di DPRK

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden dalam penelitian ini lebih berimbang memilih bahasa dalam interaksi politik dalam dengar pendapat dengan pihak pemerintah. Sebanyak 33,3 responden memilih BA, dan 20 memilih BABI dengan BA yang dominan. Kemudian, dijumpai 23,30 responden yang memimilh BABI dengan BI yang dominan,serta dengan persentase yang sama, yakni 23,3 responden memilih BI saja dalam dengar pendapat di DPRK. Alasan pemilihan bahasa diperoleh fakta bahwa dominasi pemilihan BA disebabkan karena bangga dan senang memilih bahasa tersebut. Jawaban ini dipilih oleh 13 responden 43,3 sedangkan jawaban lain, yakni 30 karena puas hati memilih bahasa tersebut, dan 16,7 karena kebiasaan dan fasih dalam komunikasi. Dari jawaban tersebut, hanya 3,3 yang menyatakan karena merasa akrab menggunakan bahasa tersebut dalam dengar pendapat dengan pihak pemerintah. Pemilihan bahasa dalam domain ini memiliki nuansa yang sangat berberbeda dengan domain-lainnya. Pemilihan BA dengan persentase hanya 43.3 disebabkan oleh karena bangga dan senang. Selanjutnya, pemilihan BABI dengan BA yang dominan atau BI yang dominan memiliki argumentasi karena puas hati memilih bahasa tersebut, serta 23.3 lainnya memilih BI karena disebabkan keakraban antara Universitas Sumatera Utara sesama peserta dalam rapat dengan pendapat. Artinya, ada kelompok pengurus parlok yang tetap bertahan dengan BA karena anggapan bahwa rapat tersebut dalam wilayah berbahasa Aceh dan ingin mempertahankan BA sebagai bahasa identas parlok. Hal ini terungkap pada wawancara mendalam dengan anggota parlok yang juga sebagai anggota DPRK.

5.2.2 Pembahasan Sikap Bahasa