2.1.1 Konsep KedwibahasaanBilingualisme
Istilah bilingualisme Inggris: bilingualism dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kedwibahasaan, yaitu berkenaan dengan pemilihan dua bahasa atau dua
kode bahasa. Secara sosiolinguistik, bilingualisme diartikan sebagai pemilihan dua bahasa oleh seseorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara
bergantian.
35
There are various kinds of code switching. Immigrants often use many words from their new language in their old language, because many of the people
they speak to know both languages. In situations like this, bilinguals often develop a mixed code. In such a case, we might want to distinguish between
code switching of the two languages and the mixed variety. Alih kode yang terjadi dalam sosiolinguistik dijelaskan oleh Spolky
2008 sebagai berikut:
36
Menurut Spolky dalam penjelasan di atas, ada berbagai jenis alih kode. Para imigran sering memilih menggunakan banyak kata dari bahasa baru mereka dalam
bahasa lama mereka, karena banyak orang yang berbicara dan mengetahui kedua bahasa itu. Di dalam situasi seperti ini, bilingual sering mengembangkan kode
campuran. Bahkan, di dalam kasus seperti itu, kita mungkin ingin membedakan antara alih kode dari dua bahasa dan berbagai campuran kode
Esensi bahasa di bidang sosiolinguistik dalam suatu negara menarik perhatian. Dalam hal ini, Brass 2005 mengatakan, “Contemporary research in sociolinguistic
has also revealed considerable variation in the capacities of individuals and groups .
35
Abdul Chaer dan Agustina, Sosiolinguistik: Perkenalan Awal, Jakarta: Rineka Cipta, 1995, p 122.
36
Bernard Spolsky, op.cit., p 49.
Universitas Sumatera Utara
to command more than one linguistic code.”
37
Untuk dapat memilih menggunakan dua bahasa tentunya seseorang harus menguasai kedua bahasa tersebut. Pertama adalah bahasa ibu atau bahasa pertamanya
disingkat B-1. Kedua adalah bahasa yang lain sebagai bahasa keduanya disingkat B-2. Orang yang memiliki kemampuan menggunakan dua bahasa sekaligus disebut
dengan orang yang bilingual, atau masyarakat yang memiliki kemapuan menggunakan dua bahasa sekaligus yaitu B-1 dan B-2 adalah masyarakat yang
bilingual. Oleh karena itu, pada kenyataanya orang Aceh atau masyarakat Aceh pada umumnya orang yang biligual atau masyarakat yang bilingual, karena memiliki
kemapuan berbahasa Aceh sebagai bahasa ibu dan mampu menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Konsep bilingualisme adalah kebiasaan memilih
menggunakan dua bahasa dalam interaksi komunikasi dengan orang lain dan merupakan perilaku pemilihan dua bahasa atau dua kode secara bersamaan dalam
interaksi dan komunikasi verbal Budiarsa, 2006. Di dalam konsep kedwibahasaan tampak jelas adanya persentuhan atau kontak antara B-1 dan B-2. Frekuensi tinggi
Menurut Brass, penelitian baru-baru ini di bidang sosiolinguistik menekankan variasi besar dalam komposisi bahasa
negara, dalam perkembangan bahasa-bahasa yang berbeda dan dalam kapasitas perseorangan dan kelompok untuk mengharuskan kode bahasa berbeda. Fenomena
berbahasa seperti ini terjadi di India dan Indonesia di mana bahasa minoritas menjadi bahasa negara dengan bahasa asing dan bahasa etnis lain menjadi bahasa yang
memiliki hak hidup yang sama dalam sistem komunikasi masyarakatnya.
37
Brass, Paul R, Language, Religion and Politics in North India,Lincoln: iUniverse, Inc., 2005, p 25.
Universitas Sumatera Utara
rendahnya kontak B-1 dan B-2 sangatlah tergantung pada ruang gerak atau tingkat aktivitas komunikasi penutur dua bahasa itu sendiri. Sebagai suatu konsekensi dari
efek kontak kedua bahasa adalah akan terjadi suatu proses saling pengaruh- mempengaruhi antara B-1 dan B-2 baik secara langsung ataupun secara tidak
langsung. Pengaruh yang terjadi memungkinkan positif terhadap B-1 atau negatif terhadap B-2.
Masyarakat Aceh pada umumnya adalah masyarakat tutur yang terbuka. Artinya, masyarakat Aceh mempunyai hubungan tutur antara suatu kelompok
masyarakat dengan kelompok masyarakat lainnya, baik hubungan secara sosial kemasyarakatan maupun hubungan komunikasi politik yang dibangun oleh partai
politik, baik parlok maupun partai politik nasional. Hal ini tentunya akan mengalami apa yang disebut dengan istilah kontak bahasa dengan segala peristiwa-peristiwa
kebahasaan. Sebagai akibatnya, salah satu akibat dari kontak bahasa yang terjadi dalam masyarakat Aceh adalah bilingualisme atau yang kita sebut dengan
kedwibahasaan. Dengan demikian, pada umumnya masyarakat Aceh tidak asing dengan memilih menggunakan BA dan BI dalam komunikasi sehari-hari dalam
bentuk tukar kode atau alih kode.
2.1.2 Konsep dan Variabel Penelitian