Variabel Terikat Kohesi Sosial

5.1.3 Variabel Terikat Kohesi Sosial

Pertanyaan nomor 33 untuk kohesi sosial diberi apresiasi yang berbeda antara pengurus parlok di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen. Meskipun demikian, pengurus parlok pada dasarnya senang memilih BI dalam komunikasi politik tetapi tetap ada yang kurang senang. Untuk Kota Langsa, pengurus parlok menyatakan senang 73,3 dan sangat senang 6,7 tetapi terdapat 20 yang kurang senang. Demikian halnya dengan pengurus parlok di Kabupaten Bireuen pada dasarnya memiliki perasaan yang senang ketika memilih BI. Sebanyak 66,7 responden memilih sangat senang. Akan tetapi, terdapat 26,7 yang menyatakan kurang senang dan 6,7 terus-terang menyatakan tidak senang. Setelah dilakukan crosstab, diketahui bahwa terdapat faktor yang menjadi penyebab kelemahan, yakni jabatan parlok dan asal suku orang tua. Perincian pembahasan ini dapat diuji pada tabel crosstabs lampiran 3. 1 Berdasarkan jabatan parlok diperoleh hasil crosstab yang menyatakan bahwa ketua dan pengurus parlok lebih banyak menyatakan sangat senang ketika memilih BI. Nilai Chi square hitungnya 7,969 Chi square tabel 5,991 dan signifikasi 0,019 0,05 sehingga Ho ditolak. Akan tetapi, berdasarkan hasil symmetric measures diperoleh Approx. Significantcontingency coefficient sebesar 0,565 atau mendekati 1 yang berarti hubungan yang terjadi kuat. 2 Berdasarkan orang tua ibu kandung responden diperoleh hasil crosstab yang menyatakan bahwa lebih banyak menyatakan sangat senang ketika memilih BI. Universitas Sumatera Utara Nilai Chi square hitungnya 0,495 Chi square tabel 5,991 dan signifikasi 0,781 0,05 sehingga Ho diterima. Akan tetapi, berdasarkan hasil symmetricmeasures diperoleh Approx. Significantcontingency coefficient sebesar 0,168 atau mendekati 0 yang berarti hubungan yang terjadi sangat lemah. Pertanyaan nomor 33 kohesi sosial mendapat apresiasi yang dominan sangat senang. Akan tetapi, setelah dilakukan crosstab terhadap jabatan parlok diperoleh hasil menolak Ho yang berarti menyatakan ada hubungan jabatan parlok dengan kohesi sosial. Sebaliknya, terhadap suku ibu kandung tidak terdapat hubungan dengan kohesi sosial dalam komunikasi politik di Kota Langsa, terutama di Kabupaten Bieruen. Dengan demikian, tidak terjadi sinkronisasi latar belakang pengurus parlok dalam mendukung adanya hubungan jabatan dan orang tua dengan kohesi sosial.

5.1.4 Korelasi Variabel Pemilihan Bahasa dengan Variabel Terikat