Pemerintahan Kabupaten Bireuen Rumusan Masalah

Langsa Timur dengan jumlah desa sebanyak 45 Desa Gampong dan 6 Kelurahan. Kemudian, berdasarkan Qanun Kota Langsa No. 5 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Langsa Lama dan Langsa Baro sehingga Kota Langsa memiliki 5 kecamatan dengan ibu kota bernama Langsa Kota.

1.4 Pemerintahan Kabupaten Bireuen

Kabupaten Bireuen disahkan oleh Pemerintah RI pada 12 Oktober 1999 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Aceh Utara. Bireuen terletak pada 4º.54’- 5º.21’ Lintang Utara dan 96º.20’.97º.21’ Bujur Timur. Luas kabupaten ini adalah 1.901,21 Km² 190.121 Ha. Secara administratif, di sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bener Meriah, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Aceh Utara, dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Pidie Jaya. 26 Penduduk Bireuen berjumlah 349.085 jiwa yang tersebar di 10 kecamatan sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2000. Kebanyakan penduduk hidup dari pertanian sebagai lapangan kerja utama. Selain penghasil beras, Bireuen juga dikenal dengan komoditas kacang kedelai. Secara persentase, sebanyak 33,05 persen bekerja di sektor agraris. Sisanya tersebar di berbagai lapangan usaha seperti jasa 21,62 persen, perdagangan 10,20 persen, dan industri 5,50 persen. 27 26 BPS Kabupaten Bieruen, Bireuen dalam Angka 2007 Bireuen: Badan Pusat Statistik dan Bappeda Kabupaten Bireuen, 2007, p 1. 27 Ibid, pp 27-133. Universitas Sumatera Utara Bireuen merupakan kabupaten yang berada di jalur strategis, antara Banda Aceh dan Medan serta berbatasan dengan Takengon, Aceh Tengah. Posisi strategis ini menempatkan Bireuen sebagai “daerah konflik” antara Pemerintah RI dengan GAM. Bahkan, dalam peta GAM, Bireuen termasuk wilayah Batee Iliek dalam kekuasaan Panglima Perang Dawis Djeunieb. Akibatnya, kontak senjata antara TNI dengan GAM kerap terjadi di wilayah ini sehingga muncul perundingan damai pada awal Maret 2003. Perundingan damai yang ditangani oleh Komite Keamanan Bersama atau JSC Joint Security Committee dengan menjadikan Kecamatan Peusangan sebagai zona damai di Aceh menyusul pemberlakuan demiliterisasi GAM dan relokasi prajurit TNI. Tujuannya, mewujudkan rasa damai dalam kehidupan masyarakat dan pemerintahan di Aceh.

1.5 Rumusan Masalah

Lahirnya partai politik lokal dalam sistem Pemerintahan Aceh di Pemerintahan Aceh merupakan sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia pada umumnya dan secara khusus bagi masyarakat Aceh, terutama masyarakat Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen. Tentunya keberadaan parlok ini memberikan suatu fenomena baru dalam masyarakat, utamanya masyarakat Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen. Fenomena yang timbul adalah fenomena berbahasa, baik pemilihan bahasa, sikap bahasa, maupun kohesi sosial yang muncul dari bahasa sebagai alat komunikasi Universitas Sumatera Utara tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini merumuskan masalah berdasarkan persoalan sosiolinguistik. Menurut Mahsun 2005, salah satu bidang penelitian sosiolinguistik adalah merujuk kepada penggunaan bahasa dan profesi yang terdiri dari politisi, akademisi, guru, ulama, wartawan 28 1. Bahasa apa yang dipilih dan alasan apa suatu bahasa dipilih oleh pengurus partai politik lokal dalam komunikasi politik di Pemerintahan Aceh? . Di dalam melihat fenomena yang baru tersebut, khususnya fenomena berbahasa para politisi dalam aktivitas politik oleh parlok dalam komunikasi politik, maka penelitian ini merumuskan masalah utama yang menjadi target penelitian. Adapun masalah utama dalam penelitian ini adalah: 2. Bagaimana sikap bahasa pengurus partai politik lokal dalam komunikasi politik di Pemerintahan Aceh? 3. Bagaimana hubungan pemilihan dan sikap bahasa dengan kohesi sosial dalam komunikasi politik oleh partai politik lokal pada Pemilu Legislatif 2009 secara internal dan eksternal di Pemerintahan Aceh?

1.6 Tujuan Penelitian