Pemilihan Bahasa Konsep dan Variabel Penelitian

kohesi sosial dalam masyarakat pada Pemilu Legislatif 2009 dan juga memungkinkan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap parlok tersebut.

2.1.2.1 Pemilihan Bahasa

Pemilihan bahasa adalah kebiasaan berbahasa seorang penutur di dalam peristiwa bahasa tertentu dengan petutur mitra bicara pada ranah-ranah pemakaian bahasa. 38 Bahasa yang menjadi sasaran pengidentifikasian dalam pemilihan bahasa adalah BA, BABI dengan BI yang dominan dan BABI dengan BI yang dominan dan BI. Kedua bahasa ini dalam ranah pemakaian bahasa memiliki kecenderungan pendominasian di mana pada domain tertentu BA mendominasi tetapi pada domain yang lain BI mendominasi pemilihan bahasa, baik di Kota Langsa maupun Kabupaten Bireuen. Ranah pemakaian bahasa itu sendiri terbagi dalam beberapa aspek, seperti bahasa dalam komunikasi politik secara internal dan eksternal ataupun bahasa dalam komunikasi politik dengan masyarakat dan pemerintah. Pemilihan bahasa dalam masyarakat homogen memiliki kecenderungan yang tidak sama dengan pemilihan bahasa dalam masyarakat heterogen. Di dalam penelitian ini, penggunaan bahasa masyarakat homogen merujuk pada pemilihan bahasa masyarakat Kabupaten Bireuen sedangkan bahasa masyarakat heterogen mengacu pada bahasa masyarakat Kota Langsa. Pemilihan bahasa muncul akibat adanya pemilihan penggunaan bahasa di mana masyarakat memiliki alasan tersendiri untuk menggunakan bahasa tertentu. Di 38 Bahren Umar Siregar, D. Syahrial Isa, dan Chairul Husni, op.cit., p. 10. Universitas Sumatera Utara dalam pemilihan bahasa, masyarakat memiliki alasan berdasarkan faktor kebiasaan, rasa bangga, rasa puas, atau berdasarkan faktor merasa akrab memilih suatu bahasa. Oleh karena itu, setiap anggota masyarakat mempunyai latar belakang sosial dan kebahasaan dalam memilih bahasa yang menjadi alat komunikasi. Di dalam penelitian ini, komunikasi terjadi secara politis dalam usaha menumbuhkan respon positif dari masyarakat terhadap parlok pada Pemilu Legislatif 2009 di Pemerintahan Aceh. Di dalam konteks pemilihan bahasa, Fasold 1984 menegaskan bahwa sosiolinguistik menjadi studi karena adanya pemilihan bahasa. Asumsinya banyak bahasa dalam masyarakat, dimana bahasa-bahasa tersebut dipilih oleh masyarakat sebagai alat komunikasi mereka. Oleh karena itu, deskripsi tentang kemungkinan adanya pemilihan bahasa bergantung pada adanya pemilihan penggunaan variasi bahasa sehingga dapat dilakukan kajian sosiolinguistik dengan menggunakan rumus statistik terhadap pemilihan bahasa tersebut. 39 Pemilihan bahasa merupakan faktor penting untuk mengungkapkan pemikiran dan hubungan sosial pemakai bahasa. Spolsky 2008 menjelaskan posisi multilungual dalam pemilihan bahasa sebagai berikut: Why does multilingualism and language contact entail so much emotional reaction? The answer lies not in the practical communication realm, but in teh symbolic function of language and varieties. One of the most commom ways of identifying a person is by his or her language. Because language is language you speak is an important identity group for you. There are other markers of ethnic identity, such as food or clothing or religion. But language 39 Ralph Fasold, The Sociolinguistics of Society Oxford: Blackwell, 1984, p 180. Universitas Sumatera Utara has a special role, in part because it organizes thought and in part because it establishes social relations. 40 Terjemahan penulis: Mengapa multilingualisme dan bahasa memerlukan reaksi emosional begitu banyak? Jawabannya terletak tidak di dunia komunikasi praktis, tetapi dalam fungsi simbolik bahasa dan varietas. Salah satu cara yang paling umum mengidentifikasi seseorang adalah dengan bahasanya. Karena bahasa yang dipilih digunakan adalah identitas penting bagi sesuatu kelompok. Ada penanda identitas etnis lain, seperti makanan atau pakaian atau agama. Tapi bahasa memiliki peran khusus, sebagian karena mengatur pemikiran dan sebagian karena menetapkan hubungan sosial . Berdasarkan penjelasan di atas, pemilihan bahasa menjadi penting karena bahasa menjadi identitas personal dan komunal. Oleh karena itu, pemilihan bahasa memiliki argumentasi tersendiri atau alasan khusus setiap pemakai bahasa. Alasan pemilihan bahasa dapat berupa alasan kebiasaan dan fasih bertutur sehari-hari tetapi dapat pula karena perasaan puas hati atau rasa bangga memilih menggunakan bahasa tertentu dan juga dengan alasan merasa akrab dengan memimilih menggunakan bahasa komunikasinya. Hal seperti inilah yang menjadi fokus penelitian terhadap bahasa dalam komunikasi politik oleh pengurus parlok di Pemerintahan Aceh.

2.1.2.2 Sikap Bahasa