Partai Politik Lokal Deskripsi Teoretis

konsekuensi terhadap aktivitas politik di mana penggunaan dan pemilihan bahasa menentukan keberhasilan komunikasi tersebut.

2.1.6 Partai Politik Lokal

Di dalam undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa kedaulatan di tangan rakyat. Hal ini memberikan makna bahwa rakyat memiliki kedaulatan dalam kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemudian, sesuai dengan Undang-Undang RI nomor 10 tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Dewan Perwakilan Daerah, bahwa peserta pemilu anggota DPRD Provinsi dan DPRD KabupatenKota adalah partai politik sedangkan peserta pemilu DPD adalah orang perseorangan. Dengan demikian, partai politik merupakan saluran untuk memperjuangkan aspirasi masyarakat sekaligus berfungsi sebagai sarana untuk rekrutmen pemimpin yang baik, di tingkat nasional maupun di tingkat daerah. Sedangkan pemilu merupakan bentuk legitimasi yang diberikan rakyat kepada partai politik untuk mewakilinya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pemilu dapat menjadi fondasi legitimasi pemerintah dan DPR RI, DPRD ProvinsiKabupatenKota. Menurut Lijphart dan Friederich dalam Supardan 2008, konsep dasar partai politik mengacu pada sekelompok manusia yang terorganisasi secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pemimpin partainya. Berdasarkan penguasaan ini memberikan kemanfaatan bagi Universitas Sumatera Utara anggota dan partai politiknya, baik bersifat idiil maupun material. 62 Menurut Dadang Supardan 2008, tujuan partai politik adalah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik –biasanya dengan cara konstitusional- untuk melaksanakan kebijakasaan yang mereka tetapkan. 63 Untuk mewujudkan tujuan politik, setiap partai politik mengikuti pemilihan umum. Menurut Dadang Supardan 2008, “pemilihan umum adalah suatu kegiatan politik untuk memilih atau menentukan orang-orang yang duduk di dewan legislatif maupun eksekutif.” 64 Di dalam nota kesepahaman antara RI dan GAM yang ditandatangi bersama itu, pada ayat I.2 sub 1.2.1 dalam nota dituliskan dan disepakati sebagai berikut: Di Indonesia, KPU Komisi Pemilihan Umum pada Pemilu Legislatif 2009 menetapkan jumlah Partai Politik Peserta Pemilu sebanyak 44 empat puluh empat partai politik yang terdiri dari 38 tiga puluh delapan partai politik nasional dan 6 enam partai politik lokal di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam nama resmi Aceh sebelum menjadi: Pemerintahan Aceh. Pembentukan parlok di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adalah berdasarkan pada Nota Kesepahaman antara Pemerintah RI dan GAM yang ditandatangani bersama di Helsinnki, Finlandia pada tanggal 15 Agustus 2005. Sesegera mungkin, tetapi tidak lebih dari satu tahun sejak Nota Kesepahaman ini, pemerintah RI menyepakati dan akan memfasilitasi pembentukan partai- partai politik yang berbasis di Aceh yang memenuhi persyaratan Nasional. Memahami aspirasi rakyat Aceh untuk partai-partai politik lokal, pemerintah RI dalam tempo satu tahun, atau paling lambat 18 delapan belas bulan sejak 62 Dadang Supardan, op.cit., p 571. 63 Ibid. 64 Ibid,p 570. Universitas Sumatera Utara Nota Kesepahaman ini, akan menciptakan kondisi politik dan hukum untuk pendirian partai politik lokal di Aceh dengan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat. Pelaksanaan Nota Kesepahaman ini yang tepat waktu akan memberi sumbangan positif bagi maksud tersebut. Lihat nota kesepahaman antara RI dan GAM di Helsinki, Finlandia, 15 Agustus 2005 65 Adapun keenam partai lokal yang disahkan pemerintah sesuai dengan UU Pemilu Nomor 10 Tahun 2008 dan ketetapan KPU tahun 2009 adalah sebagai berikut: 1. Partai Aceh Aman Sejahtera PAAS berasaskan Islam. 2. Partai Daulat Atjeh PDA berasaskan Islam Ahlul Sunnah Waljamaah I’tiqadan Mazhab Syafi’i amalan. 3. Partai Suara Independen Rakyat Aceh SIRA berazaskan Islam. 4. Partai Rakyat Aceh PRA berasaskan Pancasila. 5. Partai Aceh PA berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Kanun Meukuta Alam Al-Asyi. 6. Partai Bersatu Atjeh PBA berasaskan akhlak politik mulia berlandaskan agama yang membawa rahmat bagi sekalian alam. Keenam parlok berkantor pusat di ibukota Pemerintahan Aceh, yaitu Kota Banda Aceh. Untuk kantor di Kota Langsa berkedudukan sebagai pemimpin wilayah Kota Langsa. Demikian juga kedudukan kantor di Bieruen berkedudukan sebagai pemimpin wilayah Kabupaten Bieruen. Keenam parlok tersebut memiliki kantor yang tetap serta aktif dalam kegiatan politik serta kegiatan sosial masyarakat. 65 J. Anto, dkk., Resolusi Konflik Melalui Jurnalisme Damai: Panduan untuk Peliputan Konflik Aceh Medan: KIPPAS, 2005, p 38. Universitas Sumatera Utara

2.2 Hasil Penelitian Terdahulu

Mahsun 2005 dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Bahasa menyatakan bahwa bidang linguistik yang berhubungan dengan pemakaian bahasa merupakan salah satu bagian dari bidang antardisiplin yang disebut sosiolinguistik. 66 Sosiolinguistik didefinisikan sebagai subbidang interdisipliner bahasa dengan sosiologi yang mengkaji fenomena kebahasaan dalam kaitannya dengan faktor sosial, termasuk kelas sosial, jenis kelamin, usia, dan etnisitas. Di dalam waktu yang bersamaan, mengkaji fenomena sosial dengan menggunakan penjelasan atas dasar evidensi kebahasaan. 67 Pemakaian bahasa dapat dimaknai sebagai penggunaan bahasa menurut dimensi ragam atau verietas, gaya resmi atau santai juga mencakup dimensi ‘siapa yang menggunakan bahasa itu’. Ikhwal tentang siapa yang menggunakan bahasa itu tentulah masyarakat tuturnya yang dalam hal ini adalah masyarakat itu sendiri yang tidak homogen, ia selalu hadir dalam bentuk heterogen. Artinya, dalam masyarakat tutur itu akan terpolarisasi kelompok-kelompok sosial yang masing-masing memiliki kesamaan fitur. Maka, sosiolinguistik memandang bahwa suatu bahasa tidak pernah homogen, akan tetapi bahasa selalu terdiri dari ragam-ragam yang terbentuk menurut kelompok-kelompok sosial yang ada. Dengan bertitik tolak pada pengertian Batasan ini tentu memiliki argumentasi yang sangat penting, karena bagaimanapun bahasa hadir dalam kehidupan manusia yang bersosialisasi, bahasa tidak hadir dalam situasi manusia itu dalam kesendirian. 66 Mahsun, op.cit., p 202. 67 Lihat Gunawan 2002 dan Hudson 1995. Universitas Sumatera Utara