Sikap Bahasa Konsep dan Variabel Penelitian

has a special role, in part because it organizes thought and in part because it establishes social relations. 40 Terjemahan penulis: Mengapa multilingualisme dan bahasa memerlukan reaksi emosional begitu banyak? Jawabannya terletak tidak di dunia komunikasi praktis, tetapi dalam fungsi simbolik bahasa dan varietas. Salah satu cara yang paling umum mengidentifikasi seseorang adalah dengan bahasanya. Karena bahasa yang dipilih digunakan adalah identitas penting bagi sesuatu kelompok. Ada penanda identitas etnis lain, seperti makanan atau pakaian atau agama. Tapi bahasa memiliki peran khusus, sebagian karena mengatur pemikiran dan sebagian karena menetapkan hubungan sosial . Berdasarkan penjelasan di atas, pemilihan bahasa menjadi penting karena bahasa menjadi identitas personal dan komunal. Oleh karena itu, pemilihan bahasa memiliki argumentasi tersendiri atau alasan khusus setiap pemakai bahasa. Alasan pemilihan bahasa dapat berupa alasan kebiasaan dan fasih bertutur sehari-hari tetapi dapat pula karena perasaan puas hati atau rasa bangga memilih menggunakan bahasa tertentu dan juga dengan alasan merasa akrab dengan memimilih menggunakan bahasa komunikasinya. Hal seperti inilah yang menjadi fokus penelitian terhadap bahasa dalam komunikasi politik oleh pengurus parlok di Pemerintahan Aceh.

2.1.2.2 Sikap Bahasa

Sikap bahasa adalah kepercayaan, penilaian, dan pandangan terhadap bahasa, penutur atau masyarakatnya serta kecenderungan untuk berperilaku terhadap bahasa, penutur bahasa atau masyarakat dengan cara-cara tertentu. 41 40 Bernard Spolsky, ot.cit., p 57. Sikap bahasa dapat dinilai secara positif atau negatif dalam bentuk sangat setuju, setuju, kurang setuju 41 Ralph Fasold, op.cit., p 180. Universitas Sumatera Utara dan tidak setuju. Akan tetapi, dalam kenyatannya terdapat kecenderungan beberapa orang berpegang pada sikap netral. Menurut Fasold 1984, untuk mengukur sikap seseorang terhadap bahasa dan atau penutur, ada dua metode yang diberlakukan, yaitu metode langsung dan metode tidak langsung. 1. Metode langsung Metode langsung adalah metode yang digunakan dalam mengukur sikap bahasa dengan mempertanyakan pertanyaan dalam sebuah wawancara atau dengan membagikan kuesioner untuk diisi oleh beberapa responden. Dalam metode ini pewawancara akan mengajukan pertanyaan di mana responnya akan secara langsung menunjukkan sikap bahasa orang yang diwawancarai. Pertanyaan yang diajukan dapat berupa struktur interogatif dengan kuesioner, responden menilai pernyataan itu untuk memperlihatkan kesetujuan atau ketidaksetujuan terhadap hal yang dipaparkan. 2. Metode tidak langsung Metode tidak langsung adalah metode untuk mengukur sikap bahasa seseorang., metode ini diberikan dalam suatu cara dimana peserta tidak menyadari sikap mereka yang akan diukur. Sebagian besar tipe populer disebut matched guise. Peneliti yang menggunakan metode ini tidak melakukan eksperimen untuk membuat responde mereka menilai kepribadian penutur didasarkan pada ucapan yang mereka dengar. 42 42 Made Iwan Indrawan Jendra, Sociolinguistics: The Study of Societies’ Languages Yogyakarta: Graha Ilmu, pp 106-107. Universitas Sumatera Utara Lebih lanjut, Fasold 1984 mengatakan beberapa faktor dapat mempengaruhi sikap bahasa. Di beberapa penelitian, prestise atau kemampuan bahasa, latar belakang historis berkaitan dengan bahasa dan pemilihan penggunanya, perubahan sosial ditemukan dalam masyarakat dan pengalaman dalam belajar bahasa adalah faktor yang umum mempengaruhi sikap terhadap pemilihan penggunaan bahasa. 43 Orang dapat mengungkapkan penilaiannya terhadap pemilihan penggunaan bahasa tertentu dalam sikap positif atau sikap negatif; sikap bahasa positif itu diikuti dengan aksi positif. Sementara itu, sikap bahasa negatif diikuti oleh sikap negatif. Dalam situasi kontak bahasa, bilingual dan monolingual biasanya memiliki sikap positif terhadap bahasa yang dianggap lebih berprestise dan berhubungan secara normal dengan kekuatan politik yang lebih kuat atau menjanjikan secara ekonomis. Sikap terhadap bahasa seringkali dihadapkan dengan sikap terhadap pengguna suatu bahasa. Bahkan, sikap terhadap pengguna bahasa dapat dikaitkan dengan sentimen politik atau sosial. Oleh karena itu, Jendra 2010 berkesimpulan bahwa teori komunikasi adalah teori yang menjelaskan sikap bahasa positif dan negatif yang ditemukan di antara komunikasi dalam berkomunikasi. Teori ini digunakan untuk menjelaskan secara khusus sikap yang diperlihatkan oleh penutur perseorangan terhadap pendengar dalam sebuah percakapan. 44 Hasil pengukuran terhadap sikap bahasa, baik dengan metode langsung maupun metode tidak langsung, menghasilkan sikap positif dan sikap negatif sesuai 43 Ibid, p 107. 44 Ibid, pp 113-125. Universitas Sumatera Utara dengan indikator sikap bahasanya. Menurut Garvin dan Mathiot 1986 dalam Sumarsono 2004, sikap bahasa mengandung tiga ciri pokok, yaitu 1 kesetiaan bahasa loyalty language yang mendorong masyarakat mempertahankan bahasanya; bila perlu mencegah pengaruh bahasa asing, 2 kebanggaan bahasa language pride yang mendorong masyarakat mengembangkan dan menggunakan bahasanya sebagai lambang identitas dan kesatuan masyarakat; dan 3 kesadaran norma bahasa awareness of the norm yang mendorong masyarakat menggunakan bahasanya dengan cermat dan santun. 45 Sikap bahasa masyarakat yang positif memiliki kecenderungan kuat untuk mempertahankan bahasanya. Sebaliknya, sikap bahasa yang negatif cenderung mengabaikan tiga ciri pokok sikap bahasa di atas dan tidak peduli terhadap pemertahanan bahasanya. Di dalam pemertahanan bahasa ini, Siregar dkk. 1987 membedakan pemertahanan bahasa pasif dan aktif. Pemertahanan bahasa pasif merupakan ciri masyarakat bahasa di dalamnya terdapat nilai dan sikap yang tumpang tindih. Anggota masyarakat tidak menggunakan bahasa etniknya secara teratur sesuai dengan fungsi bahasa etnik sebagai lambang identitas keetnikannya. Sebaliknya, pemertahanan bahasa yang aktif memiliki hubungan yang harmonis antara satu bahasa dengan bahasa yang lain dalam konteks sosial pemakaian bahasa tersebut. Anggota masyarakat dapat membedakan bahasa untuk melambangkan dua atau bebetapa jenis nilai, sikap, dan perilaku bahasa yang tidak tumpang tindih. 46 45 Piana Pratana Sumarsono, Sosiolinguistik Yokyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, p 364. Dengan 46 Bahren Umar Siregar, D. Syahrial Isa, dan Chairul Husni, op.cit., p. 14. Universitas Sumatera Utara demikian, sikap positif bahasa dapat melahirkan pemertahanan bahasa yang aktif, sehingga memberikan identitas etnik dalam konteks linguistik.

2.1.2.3 Kohesi Sosial