dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang banyak dan sangat bermanfaat.”
82
Di dalam penelitian ini yang menjadi sumber data adalah pengurus parlok di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen serta beberapa tokoh masyarakat. Hal ini
dilakukan sebagai penopang analisis data kuantitatif, terutama penentuan sebab akibat faktor-faktor yang melemahkan pemilihan bahasa, sikap bahasa, dan kohesi sosial.
Instrumen utama yang digunakan adalah wawancara dengan responden kunci pengurus yang dominan beraktivitas dalam parlok. Untuk mensahihkan jawaban
dari responden kunci maka peneliti mewawancarai tokoh-tokoh masyarakat setempat sebagai uji kelayakan dan kebenaran atas informasi data yang diperoleh sebelumnya.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa Aceh dan bahasa Indonesia.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah pengurus parlok di Pemerintahan Aceh yang mempunyai wakilnya di DPRK sebagai anggota dewan. Parlok yang terdapat di Aceh
adalah Partai Aceh PA, Partai Aman Sejahtera PAAS, Partai Daulat Atjeh PDA, Partai Suara Independen Rakyat Aceh SIRA, Partai Rakyat Aceh PRA, dan Partai
Bersatu Atjeh PBA. Namun, dari 6 enam parlok ini hanya 3 tiga partai saja yang memiliki wakil di DPRK, sehingga hanya 3 parlok saja yang layak menjadi populasi
penelitian ini, yaitu Partai Aceh PA, Partai Bersatu Atjeh PBA, dan Partai Suara Independen Rakyat Aceh SIRA.
82
Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman, op.cit., p 2.
Universitas Sumatera Utara
Populasi yang menjadi responden adalah tokoh masyarakat yang memiliki kompetensi dalam memahami serta memiliki wawasan tentang aktivitas komunikasi
politik parlok di Pemerintahan Aceh. Responden dari tokoh masyarakat hanya dilibatkan dalam wawancara untuk melihat dan mengetahui secara pasti bahasa apa
yang dipilih dalam komunikasi politik dan bagaimana sikap bahasa yang dilakukan oleh parlok terhadap masyarakat dalam komunikasi pada era kampanye Pemilu
Legislatif 2009 dan aktivitas parlok di DPRK. Berdasarkan populasi yang ada dari tiga parlok, yaitu Partai Aceh PA, Partai
Bersatu Atjeh PBA, dan partai Suara Independen Rakyat Aceh SIRA terdapat 64 orang pengurus parlok. Oleh karena itu, penelitian ini menetapkan 30 orang populasi
sebagai sampel yang menjadi responden. Mereka terdiri dari 15 populasi sampel di Kota Langsa dan 15 populasi sampel di Kabupaten Bireueu.
3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Langsa dan Kabupaten Bireuen. Penentuan Pemerintah Kota Langsa sebagai lokasi penelitian dikarenakan Kota
Langsa memiliki karakter yang berpenduduk heterogen. Kota Langsa yang berpenduduk multietnik secara signifikan dapat mewakili kemultietnikan Kota Banda
Aceh, Kota Sabang, Kota Lhokseumawe, dan bahkan dengan Kabupaten Aceh Tamiang. Hal ini disebabkan kota dan kabupaten tersebut merupakan kota dan
kabupaten yang sama karakternya dengan Kota Langsa.
Universitas Sumatera Utara
Penentuan Pemerintahan Kabupaten Bireuen disebabkan karena kabupaten ini yang memiliki karakter yang berpenduduk homogeny. Kabupaten ini berpenduduk
kebanyakan terdiri dari satu suku. Oleh karena itu, Kabupaten Bireuen dapat mewakili Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Aceh Besar, Kabupaten Pidie, atau
Kabupaten Pidie Jaya, karena kabupaten tersebut memiliki karakter penduduk yang sama denga Kabupaten Bireuen. Sementara itu, kabupaten lainnya tidak menjadi
daerahlokasi penelitian dikarenakan daerah tersebut tidak memilih bahasa Aceh dalam komunikasi masyarakat. Kabupaten tersebut memiliki bahasa daerah masing-
masing dan bukan bahasa Aceh, seperti Kabupaten Simeulu, Kabupaten Aceh Tenggara, Kabupaten Aceh Selatan, Kabupaten Aceh Singkil, Kabupaten Aceh Barat
Daya, Kabupaten Gayo Lues, Kabupaten Nagan Raya, Kabupaten Benar Meriah, dan Kabupaten Subussalam .
Penelitian dilaksanakan dalam dua tahapan. Tahap pertama dimulai pada bulan Mei 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Tahap kedua dilaksanakan pada
pertengahan bulan Desember 2010 sampai Maret 2011. Akan tetapi, pengamatan fenomena bahasa di Pemerintahan Aceh jauh sebelumnya sudah menjadi perhatian
peneliti, secara khusus sejak tahun 2006 sampai sekarang ada sesuatu fenomena baru yang terjadi terhadap pemilihan bahasa dan sikap bahasa di Pemerintahan Aceh.
Jadwal waktu penelitian ini didasarkan pada masa tersebut parlok sangat aktif berkomunikasi dalam rangka merancang kegiatan politik untuk Pemilihan Gubernur
dan Wakil Gubernur Pemerintahan Aceh Periode 2011- 2016 dan membicarakan isu- isu daerah dan nasional dengan masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Teknik Pengumpulan Data