sebagai berikut: i dyadic; ii kelompok; dan, 3 publik. Dalam hal dyadic exchange ada keperluan need oleh pihak komunikator adalah untuk memperoleh
rasa prestise, untuk mengilangkan suatu keraguan dari pihak komunikan, untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang-orang yang sama ide atau prinsip, dan untuk
mendapatkan manfaat yang nyata. Kemudian, dalam tujuanhubungan dengan jaringan formal secara internal dan eksternal, dan jaringan informal secara internal
dan eksternal dari segi tugas, pemeliharaan, kemanusiaan, dan pembaruan baik secara verbal atau nonverbal. Hal ini menunjukkan bahwa satu pesan dalam organisasi dapat
dilihat dari bermacam-macam penggolongan, yaitu suatu pesan dalam jaringan komunikasi formal dapat bersifat internal dan eksternal, baik itu komunikasi dyadic,
kelompok, dan publik.
57
2.1.5 Komunikasi Politik
Komunikasi politik merupakan proses penyampaian pesan-pesan politik. dalam fungsi komunikasi politik yang terdapat secara inherent di dalam setiap fungsi
sistem politik. Perloff dalam Budiharjo 1982 mengatakan bahwa, “Process by which a nation’s leadership, media, and citizency exchange and confer meaning upon
messages that relate to the conduct of public policy.”
58
57
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi Jakarta: Bumi Aksara, 2007.
Kegiatan komunikasi yang dapat dianggap sebagai komunikasi politik adalah berdasarkan konsekuensinya, harus
aktual dan memiliki nilai yang potensial yang mengatur perbuatan manusia dalam
58
Budiardjo Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik Jakarta: Gramedia, 1982.
Universitas Sumatera Utara
kondisi konflik. Dengan demikian, yang memiliki cakupan komunikator yaitu politisi, profesional, aktivis dengan memiliki pesan, persuasi, media khalayak dan akibat.
Komunikasi politik merupakan salah satu fungsi partai politik, yaitu menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi politik masyarakat dan mengaturnya
sedemikian rupa dalam penggabungan kepentingan interest aggregation dan perumusan kepentingan interest articulation untuk memperjuangkan menjadi public
policy, baik secara internal maupun eksternal.
59
Meskipun komunikasi politik tidak dapat menghindarkan diri dari membicarakan kekuasaan tetapi komunikasi politik memiliki hubungan yang erat
dengan bahasa. Menurut Graber dalam Cangara 2009, komunikasi politik tidak hanya retorika melainkan juga mencakup simbol-simbol bahasa, seperti bahasa tubuh
serta tindakan-tindakan politik seperti boikot, protes, dan unjuk rasa. Di dalam hal ini, politisi adalah orang
yang bercita-cita untuk atau ingin memegang jabatan pemerintahan, seperti aktivis parpol, anggota parlemen, atau menteri.
60
Bahkan, Cangara 2009 riset komunikasi politik tidak terbatas pada perilaku voting pemilih
saja, melainkan sudah mencakup peta politik baik berdasarkan hasil pemilu sebelumnya maupun kecenderungan perilaku politik pemilih dengan melihat berbagai
aspek, seperti bahasa politik dan sosio-demografinya.
61
59
Ibid.
Dengan demikian, komunikasi politik merupakan suatu proses komunikasi yang memiliki implikasi atau
60
Hafied Cangara, op.cit., p 36.
61
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
konsekuensi terhadap aktivitas politik di mana penggunaan dan pemilihan bahasa menentukan keberhasilan komunikasi tersebut.
2.1.6 Partai Politik Lokal