Smart DrivingEco Driving Unmotorized Priority

LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 153 Gambar 4.39 Konsep Integrasi Sistem Transportasi

4.2.1.4 Smart DrivingEco Driving

Smart Driving adalah metode berkendaraan yang hema energi, ramah lingkungan, selamat dan nyaman dengan strategi sasaran adalah menanamkan perilaku pengemudi dalam berkendaraan agar dicapai konsumsi bahan bakar lebih efisien. Secara nasional ditarget dapat menurunkan 20 Emisi Gas Rumah Kaca dan dapat menghemat bahan bakar 10 - 40. Berbagai langkah – langkah ditempuh : • Safety Driving : Lebih mengarah kepada pengetahuan teori dan ketrampilanteknik pengendara agar aman dan nyaman. • Defensive Driving : Pola sikap, mental dan perilaku pengendara yang lebih sopan taat pada peraturan yang ada. Sikap yang taat dan sopan dalam berkendaraan akan lebih menghemat bahan bakar. • Responsible Drive : Tanggung jawab pengendara terhadap diri sendiri, penumpang yang dibawa dan orang lain sesama pemakai jalan, sehingga diharapkan tercipta kondisi aman dan nyaman. • Eco Driving : Berkendara secara ekonomis Jika penerapan dapat dilakukan untuk D.I. Yogyakarta dengan target diatas dapat mengurangi 10 dari beban CO 2 di D.I. Yogyakarta maka Smart Driving sangat efektif untuk dilakukan sebagai Skenario Mitigasi sektor transportasi di D.I. Yogyakarta. Gambar 4.40 Pola Mengemudi Sepeda Motor dan Mobil LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 154

4.2.1.5 Unmotorized Priority

Pengembangan angkutan tidak bermotor di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dilakukan mengingat potensi Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata dengan pengembangan : 1. Prioritas bersepeda yang diatur dengan pengembangan jalur khusus sepeda tidak pada jalur transportasi umum atau dapat berdampingan dengan jalur pedestrian. Konsep pengembangan jalur khusus sepeda diikuti dengan Slogan SEGO SEGAWE, yaitu Sepeda kanggo Sekolah lan Nyambut Gawe Sepeda digunakan untuk Sekolah dan Bekerja. Adapun kegiatan yang telah dilakukan untuk mendukung kegiatan tersebut diantaranya adalah : • Pemberian jalur – jalur alternatif bagi para pengendara sepeda agar tidak terjebak kemacetan dan lebih nyaman; • Penyediaan ruangan khusus bagi pengendara sepeda di setiap Pemberhentian Trafic Ligth dengan cara dicat hijau cat marka didepan pengendara lain. • Khusus hari Jum’at bagi karyawan dan karyawati Pemda Kota dengan radius jarak dari rumah ke kantor 5 km wajib menggunakan sepeda serta setiap hari Jum’at Komplek Kantor Pemda Kota bebas dari Kendaraan bermotor; • Sosialisasi dan gerakan berolah raga dan rekreasi menggunakan sepeda 2. Jalur khusus angkutan wisata dan budaya, seperti becak dan dokar yang ke depan juga perlu diatur masalah kepemilikan dan izin pengoperasian sebagai salah satu angkutan paratransit; 3. Kegiatan diatas juga perlu didukung oleh pengendalian jumlah pengoperasian angkutan wisata dan budaya untuk menjaga eksistensi pendapatan pemilikpengusaha angkutan wisata dan budaya, serta kepadatan lalu lintas akibat pengoperasian angkutan wisata dan budaya tersebut; 4. Penerapan unmotorized dapat menjadi dominan diterapkan terutama pada Area Perkotaan Yogyakarta dengan pertimbangan eksistensi potensi wisata, serta kondisi topografi wilayah yang relatif datar pada Area Perkotaan Yogyakarta APY; 5. Lebih dari itu unmotorized priority dapat pula dikembangkan pada lokasi-lokasi wisata di kawasan pesisir Reduksi terhadap penggunaan unmotorized ini adalah dari split moda kendaraan bermotor menjadi tidak bermotor. Namun perlu diingat bahwa Kotoran Kuda menjadi salah satu penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca, sehingga juga perlu menjadi perhatian dalam proses penanganannya. Gambar 4.41 Unmotorized Priority LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 155 4.2.1.6 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Transportasi Sampai dengan Tahun 2020 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting BAU dari awal perhitungan yang kemudian dilakukan prediksi sampai dengan Tahun 2020 baik tanpa aksi mitigasi maupun menggunakan aksi mitigasi dapat dihitung. Sampai dengan Tahun 2020. Kesemua aksi mitigasi sektor transportasi tersebut saling terkait dan tidak dapat berdiri sendiri meskipun dalam perhitungannya dilakukan secara terpisah hanya untuk menunjukkan implikasi dari setiap aksi mitigasi sektor transportasi dalam mengurangi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hasil yang didapat dari aksi mirigasi sektor transportasi secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.75 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi Sampai dengan Tahun 2020 Keterangan 2013 2016 2020 BAU Model Kendaraan Tanpa Simpang 81.94 103.80 142.27 BAU Total 247.11 313.02 429.03 Tanpa Optimasi Simpang 1 Simpang 2.80 3.55 4.86 Optimasi Simpang 1 Simpang 2.47 3.13 4.29 Tanpa Optimasi Simpang 59 Simpang 165.17 209.22 286.76 Optimasi Simpang 59 Simpang tereduksi -19.34 145.74 184.61 253.02 Selisih 19.43 24.61 33.74 Persen Selisih 7.86 7.86 7.86 Memahalkan Kendaraan Pribadi -61,2 95.88 121.45 166.46 Smart Driving 4.10 5.19 7.11 Persilangan Tidak Sebidang 228.25 294.16 410.17 Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012 Berdasarkan hasil uraian perhitungan aksi mitigasi sektor transportasi sampai dengan Tahun 2020, dapat dilihat pula perkembangan estimasi kondisi BAU Baseline dari Tahun 2013 sampai dengan Tahun 2020. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar grafik berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 156 Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012 Gambar 4.42 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Sektor Transportasi Sampai dengan Tahun 2020

4.2.2 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Berbasis Lahan Peternakan