PENDAHULUAN PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK MONITORING DAN EVALUASI PENUTUP PEMBAGIAN URUSAN

LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 7

1.8 Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan penyusunan Rencana Aksi Daerah RAD Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, tujuan dan sasaran, keluran, landasan hukum, kerangka waktu penyusunan, serta sistematika pembahasan.

BAB II PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA

Pada bab ini berisi mengenai profil dan karakteristik daerah, program prioritas daerah, serta permasalahan emisi gas rumah kaca.

BAB III PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP

Pada bab ini berisi mengenai pembagian urusan sektoral maupun administratif sebagai bahan masukan menentukan ruang lingkup daerah dalam kegiatan penyusunan Rencana Aksi Daerah RAD Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.

BAB IV ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA

Pada bab ini berisi tentang penyusunan baseline emisi Gas Rumah Kaca, usulan aksi mitigasi dan perkiraan penurunan emisi gas rumah kaca, serta penyusunan skala prioritas penanganan emisi gas rumah kaca.

BAB V STRATEGI IMPLEMENTASI RAD-GRK

Pada bab ini berisi mengenai pemetaan kelembagaan dan pembagian peran dalam penurunan emisi gas rumah kaca, identifikasi sumber pendanaan, serta penyusunan jadwal implementasi penurunan emisi gas rumah kaca.

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi mengenai monitoring dan evaluasi programkegiatan pemerintah yang sudah ada saat ini dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca.

BAB VII PENUTUP

Pada bab ini berisi mengenai kesimpulan, saran, dan kaidah-kaidah pelaksanaan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 8

BAB 2 PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA DI PROVINSI DIY

2.1 Profil dan Karakteristik Daerah

2.1.1 Kondisi Fisik Alam Provinsi DIY

Kondisi fisik alam Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari kondisi geografis dan administrasi, kondisi topografi, kondisi litologi, kondisi hidrologi, serta kondisi tata guna lahan.

2.1.1.1 Kondisi Geografis dan Administasi

Daerah Istimewa Yogyakarta terletak antara 7 33’-8 12’ Lintang Selatan dan 110 00’- 110 50’ Bujur Timur, tercatat memiliki luas 3.185,80 km 2 atau 0,17 persen dari luas Indonesia 1.890.754 km 2 , merupakan provinsi terkecil setelah Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari : 1. Kabupaten Kulon Progo, dengan luas 586,27 km 2 18,40 2. Kabupaten Bantul, dengan luas 506,85 km 2 15,91 3. Kabupaten Gunungkidul dengan luas 1.485,36 km 2 46,63 4. Kabupaten Sleman, dengan luas 574,82 km 2 18,04 5. Kota Yogyakarta, dengan luas 32,50 km 2 1,02 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari empat kabupaten dan satu kota dengan 78 kecamatan dan 438 desakelurahan yaitu: 1. Kabupaten Kulonprogo terdiri dari 12 kecamatan dan 88 kelurahandesa. 2. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan dan 75 kelurahandesa. 3. Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan dan 144 kelurahandesa. 4. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan dan 86 kelurahandesa.

5. Kota Yogyakarta terdiri dari 14 kecamatan dan 45 kelurahandesa.

Kondisi administrasi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. PROFIL DAERAH DAN PROFIL DAERAH DAN PROFIL DAERAH DAN PROFIL DAERAH DAN PERMASALAHAN EMISI PERMASALAHAN EMISI PERMASALAHAN EMISI PERMASALAHAN EMISI GAS RUMAH KACA DI GAS RUMAH KACA DI GAS RUMAH KACA DI GAS RUMAH KACA DI PROVINSI DIY PROVINSI DIY PROVINSI DIY PROVINSI DIY 2 2 2 2 BAB BAB BAB BAB LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 9 Gambar 2.1 Peta Administrasi Provinsi DIY LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 10

2.1.1.2 Kondisi Bentang Alam

Berdasarkan bentang alam, wilayah D. I. Yogyakarta dapat dikelompokkan menjadi empat satuan fisiografi, yaitu satuan fisiografi Gunungapi Merapi, satuan fisiografi Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, satuan fisiografi Pegunungan Kulon Progo, dan satuan fisiografi Dataran Rendah. a. Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, yang terbentang mulai dari kerucut gunung api hingga dataran fluvial gunung api termasuk juga bentang lahan vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Gunung Merapi yang merupakan gunungapi aktif dengan karakteristik khusus, mempunyai daya tarik sebagai obyek penelitian, pendidikan, dan pariwisata. b. Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Seribu, yang terletak di wilayah Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan batu gamping limestone dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari Wonosari Basin yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari dataran tinggi Wonosari. Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional pelarutan, dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang. c. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. d. Satuan Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial hasil proses pengendapan sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan D. I. Yogyakarta, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulon Progo sampai Bantul. Khusus bentang lahan marin dan eolin di Parangtritis Bantul, yang terkenal dengan gumuk pasirnya, merupakan laboratorium alam untuk kajian bentang alam pantai. Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, dan kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial yang meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul khususnya di wilayah Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta adalah wilayah dengan kepadatan penduduk tinggi dan memiliki kegiatan sosial ekonomi berintensitas tinggi, sehingga merupakan wilayah yang lebih maju dan berkembang. Dua daerah aliran sungai DAS yang cukup besar di DIY adalah DAS Progo di barat dan DAS Opak-Oya di timur. Sungai-sungai yang cukup terkenal di DIY antara lain adalah Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Boyong-Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Opak, dan Sungai Oyo.

2.1.1.3 Kondisi Topografi dan Fisiografi

Sebagian besar wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta yang terletak pada ketinggian antara 100- 499 m dari permukaan laut memiliki luas sebesar 65,65, ketinggian kurang dari 100 meter sebesar 28,84, ketinggian antara 500-999 m yang terdapat sebagian besar di Bantul sebesar 5,04 dan ketinggian di atas 1000 m yang terdapat sebagian besar di Sleman sebesar 0,47. Pada tahun 2007 dari total luas area tersebut terbagi menjadi lahan sawah 17,97 dan lahan bukan sawah 82,02 termasuk wilayah hutan. Berdasarkan satuan fisiografis, D. I. Yogyakarta terdiri dari : LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 11 Pegunungan Sewu luas: ± 1.656,25 km², ketinggian: 150 – 700 m; Gunung Merapi luas: ± 582,81 km², ketinggian: 80 – 2.911 m; Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo luas : ± 215,62 km², ketinggian: 0 – 80 m; Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah Selatan luas; ± 706,25 km², ketinggian: 0 – 572 m; Satuan fisiografi Gunung Merapi yang meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul terbentang mulai dari kerucut gunung berapi hingga dataran fluvial gunung berapi termasuk juga bentang lahan vulkanik. Daerah kerucut dan lereng gunung berapi merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Sewu yang terletak di wilayah Gunungkidul merupakan kawasan perbukitan batu gamping limestone dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari Wonosari Basin yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari dataran tinggi Wonosari. Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional pelarutan, dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional yang memiliki topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Satuan Dataran Rendah merupakan bentang lahan fluvial, yaitu hasil dari proses pengendapan sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan D. I. Yogyakarta, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulonprogo sampai Bantul. Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul.

2.1.1.4 Kondisi Geologi

Dilihat dari sisi geologi, wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta bersifat cukup kompleks karena secara struktural terdiri dari lipatan dan patahan. Lipatan terdiri dari antiklinal dan sinklinal pada Formasi Semilir dan Kepek di sisi timur, sedangkan patahan berupa sesar turun berpola anthitetic fault block membentuk Graben Bantul. Formasi geologi dominan di wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta adalah endapan gunung merapi muda di bagian tengah, yakni Graben Bantul dan bagian kecil berupa Formasi Sentolo di bagian barat, formasi Aluvium, Andesit Baturagung, Formasi Semilir, Kepek dan Nglarang di sisi timur.

2.1.1.5 Kondisi Litologi

Berdasarkan data dari peta tanah Provinsi D. I. Yogyakarta, pembagian luas Provinsi D. I. Yogyakarta atas jenis tanahnya terdiri dari 33,05 jenis tanah Lithosol, 27,09 Regosol, 12,38 Lathosol, 10,97 Grumusol, 10,84 Mediteran, 3,19 Alluvial dan 2,47 jenis tanah Rensina. Dari total lahan sawah seluas 48.143 ha, secara umum wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta memiliki sarana untuk mengembangkan sektor pertanian, sehingga sebagian besar lahan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 12 sawah sudah mendapat irigasi seluas 84,08 . Namun demikian, telah terjadi pergeseran fungsi lahan sawah menjadi lahan bukan sawah dengan rata-rata sebesar 0,39 per tahun terhitung dari tahun 2001 hingga 2007. Faktor pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perubahan ini. Jumlah penduduk yang terus meningkat serta banyaknya perubahan lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman, fasilitas umum serta sarana dan prasarana kerja terkait dengan penggunaan lahan sektor non pertanian.

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi

Suhu udara tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 18 o C sampai dengan 24 o C. Curah hujan tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 718 mmth sampai 2292,3 mmth. Curah hujan yang rendah umumnya dijumpai di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul, sedangkan curah hujan yang relatif tinggi dijumpai di wilayah Kabupaten Sleman. Berdasarkan fakta ini dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya air yang besar ditinjau dari banyaknya input dari air hujan. Data suhu dan curah hujan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Suhu Udara dan Curah Hujan Rata-rata Provinsi DIY Tahun 2010 Bulan Suhu Udara o C Jumlah Hujan mm Jumlah Hari Hujan kali Minimum Maksimum Rata-Rata Januari 21,0 32,6 26,2 316,5 20 Februari 21,0 32,4 25,7 311,7 24 Maret 22,0 34,2 26,7 249,4 18 April 22,6 34,3 27,3 191,0 15 Mei 21,8 33,2 26,8 122,3 17 Juni 20,4 34,0 26,6 41,6 2 Juli 18,2 33,8 25,2 2 Agustus 18,9 34,0 25,4 1 September 21,0 34,4 26,8 Oktober 21,0 37,9 27,8 70,3 8 November 24,0 37,2 27,9 120,9 16 Desember 22,2 34,0 27,5 184,9 14 Sumber: DIY Dalam Angka, Tahun 2010

2.1.1.7 Kondisi Hidrologi

Sumberdaya air utama di D. I. Yogyakarta adalah Wilayah Sungai WS Progo-Opak-Oyo yang berasal dari Daerah Aliran Sungai DAS Progo, DAS Opak dan DAS Serang. Potensi sumberdaya air WS Progo-Opak-Oyo berasal dari air hujan, air permukaan, air tanah, mata air, sungai bawah tanah, waduk dan embung. Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air berasal dari air hujan, air permukaan, dan air tanah. Potensi paling besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, dan waduk. Potensi air di Provinsi D. I. Yogyakarta adalah curah hujan rata-rata 1.700 mm - 4.000 mm per tahun, air permukaan meliputi S. Progo Debit rerata 58.5m 3 det. St. Kalibawang, S. Opak debit rerata 12.35 m 3 det. St. Karangsemut, S. Oyo debit rerata 9.31 m 3 det. St. Bunder, S. Serang debit rerata 10.8 m 3 det. St. Durungan, sungai bawah tanah meliputi SBT Bribin debit rerata 956 ltdet, SBT Ngobaran debit rerata 700 ltdet, SBT Seropan debit rerata 800 ltdet, SBT Baron debit rerata 100 ltdet. Total ketersediaan air di Provinsi D. I. Yogyakarta adalah 6.342.455.367 m 3 , sedangkan pemanfaatannya untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian sebanyak 1.670.750.084 m 3 Neraca SDA Provinsi D. I. Yogyakarta, 2007. Pemanfaatan air di Provinsi D. I. Yogyakarta meliputi irigasi sesuai dengan UU No 7 Tahun 2004 dan PP No 20 Tahun 2006, kewenangan provinsi adalah daerah irigasi dengan luasan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 13 1.000-3.000 ha dan daerah irigasi lintas kabupatenkota. Selain itu juga dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan, dan industri RKI serta pemanfaatan lain untuk tenaga listrik dan penggelontoran. Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem air pipa PDAM, sumur dan hidran umum. Pemanfaatan air untuk industri berasal dari air tanah sumur dalam dan sebagian kecil memakai air dan sistem suplai perpipaan. Pemanfaatan air untuk tenaga listrik mikro hidro dilakukan di Saluran Van Der Wicjk dan Saluran Mataram dengan memanfaatkan air irigasi yang sudah ada. Pemanfaatan air untuk penggelontoran dilakukan dalam sistem penggelontoran sanitasi perkotaan dengan menggunakan air permukaan. Saat ini terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air yang mengalir di badan sungai. Penurunan kuantitas terjadi sebagai akibat terganggunya fungsi hidrologi sebagai dampak penggunaan tanah atau alih fungsi lahan dan pengelolaan tanah yang tidak dikendalikan di daerah tangkapan air. Penurunan kualitas air akibat peningkatan limbah cair dari kegiatan penduduk dan berkembangnya industri. Selain itu juga terjadi pemakaian air yang tidak efisien, terutama untuk keperluan irigasi dan kolam ikan.

2.1.2 Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan

Luas lahan bukan pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 92.400 Hektar, sedangkan lahan pertanian dibagi menjadi 2, yaitu lahan sawah dengan luas 56.538 Ha dan non pertanian seluas 169.602 Hektar. Luas total adalah 318.580 Hektar. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Luas Lahan Pertanian dan Non Pertanian di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2011 Ha KabupatenKota RegencyCity Luas Lahan Pertanian Agricultural Area Luas Lahan Bukan Pertanian Non Agricultural Area Jumlah Total Sawah Wetland Bukan Sawah Dry land 1 2 3 4 5

1. Kulonprogo 10 304

35 027 13 296 58 627

2. Bantul 15 465

13 628 21 592 50 685

3. Gunungkidul 7 865

104 117 36 554 148 536

4. Sleman 22 819

16 643 18 020 57 482

5. Yogyakarta 85

187 2 978 57 482 Provinsi DIY 56 538 169 602 92 440 318 580 Sumber : Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011

2.1.3 Kondisi Kependudukan

Laju pertumbuhan penduduk di D. I. Yogyakarta antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1. Umur Harapan Hidup UHH penduduk di D. I. Yogyakarta menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun. Jumlah penduduk di Provinsi D. I. Yogyakarta menurut sensus Tahun 2010 sebanyak 3.457.491 jiwa dengan proporsi 49,43 laki-laki dan 50,57 perempuan. Pertumbuhan penduduk pada Tahun 2010 sebesar 1,02 realtif lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk tahun sebelumnya. Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman memiliki angka pertumbuhan penduduk di atas angka provinsi, masing- masing sebesar 1,55 dan 1,92. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 14 Kepadatan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tercatat 1.085 jiwaKm2. Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Yogyakrta yakni 11.958 jiwaKm 2 dengan luas wilayah hanya sekitar 1 dari luas seluruh Provinsi DIY. Komposisi kelompok umur penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didominasi oleh kelompok usia dewasa, yaitu kelompok umur 25-29 tahun, yaitu sebesar 10,78. Kelompok umur 0-24 tahun tercatat 33,42, kelompok umur 25-59 tahun tercatat 53,43 dan lanjut usia, yaitu umur 60 tahun ke atas sebesar 13,15. Besarnya proporsi penduduk yang berusia lanjut mengisyaratkan tingginya usia harapan hidup penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakar\ta. Jumlah penduduk secara keseluruhan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2010 KabupatenKota Laki-laki Perempuan Jumlah Sex Ratio Laju Pertum- buhan Kepadatan Penduduk OrangKm 2 1 2 3 4 5 6 7 01. Kulonprogo 190.694 198.175 388.869 96,23 0,47 663,29 02. Bantul 454.491 457.012 911.503 99,45 1,55 1.798,37 03. Gunungkidul 326.703 348.679 675.382 93,70 0,06 454,69 04. Sleman 547.885 545.225 1.093.110 100,49 1,92 1.901,66 71. Yogyakarta 189.137 199.490 388.627 94,81 -0,22 11.957,75

34. D.I.Yogyakarta 1.708.910

1.748.581 3.457.491 97,73 1,02 1.085,28 Sumber : BPS Provinsi D. I. Yogyakarta, Tahun 2011

2.1.3.1 Kondisi Tenaga Kerja

Pelaksanaan kegiatan pemerintahan di Provinsi DIY pada tahun 2010 didukung oleh 93.407 orang pegawai negeri sipil. Ditinjau menurut level pemerintahan, pegawai pemerintahan tersebar pada 5 kabupatenkota di DIY. Menurut golongan, dari total PNS di DIY, 2,68 persen menduduki golongan I, golongan II sebesar 21,97 persen, 46,62 persen menduduki golongan III, dan selebihnya golongan IV sebesar 28,73 persen. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi, mencatat jumlah pencari kerja pada tahun 2010 sebanyak 129.793 orang, turun sekitar 4,00 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 135.207 orang. Mereka terdiri dari 53,87 persen laki-laki dan 46,13 persen perempuan. Dari jumlah tersebut 40,09 persen berpendidikan SLTA, 13,89 persen Diploma I-III, 42,44 persen Diploma IV-S1, serta 0,91 persen S2-S3, 2,32 persen adalah SLTP dan sisanya 0,34 persen berpendidikan SD. Persentase lowongan pekerjaan yang tersedia dan penempatan masing-masing adalah 18,06 persen dan 13,82 persen dari total pencari kerja. Berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2010, persentase penduduk DIY umur 15 tahun ke atas menurut kegiatan adalah 69,76 persen merupakan angkatan kerja 65,79 persen bekerja dan 3,97 persen pengangguran, sedangkan sisanya sebesar 30,24 persen merupakan bukan angkatan kerja sekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya masing–masing adalah 10,36 persen, 16,22 persen, dan 3,66 persen. Sedangkan berdasarkan lapangan usaha utama, penduduk yang bekerja bergerak pada sektor pertanian 30,40 persen, perdagangan 24,69 persen, jasa 17,93 persen, industri 13,92 persen dan sisanya 13,05 persen di sektor-sektor lainnya.

2.1.3.2 Transmigrasi

Sebagai upaya melakukan pemerataan penyebaran penduduk antar wilayah di Indonesia, pemerintah melakukan transmigrasi penduduk. Jumlah transmigran dari DIY pada tahun LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 15 2010 tercatat sebanyak 250 KK atau sebanyak 824 jiwa. Jumlah KK transmigran terbanyak berasal dari Kabupaten Kulonprogo serta daerah penempatan terbanyak adalah Provinsi Sumatera Selatan.

2.1.3.3 Kualitas Pendidikan

Kualitas pendidikan yang memadai diperlukan penduduk untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Tingginya permintaan jasa pendidikan menuntut tersedianya penyelenggara pendidikan yang makin bermutu. Secara nasional, pendidikan diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta. Pada tahun 2010 untuk jenjang TK hingga Sekolah Menengah Atas tercatat 5.178 unit sekolah atau meningkat 2,07 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang tercatat 5.073 sekolah. Pada jenjang Sekolah Dasar SD, pada tahun 2010 memiliki 1.858 sekolah dengan jumlah murid sebanyak 294.224 anak dan diasuh oleh 22.141 guru. Untuk jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yakni SMP tercatat sebanyak 421 sekolah dengan 127.214 anak didik yang diasuh oleh 10.798 orang guru. Pada Sekolah Menengah Umum, tercatat sebanyak 5.624 orang guru yang mengajar 81.315 siswa yang tersebar pada 165 sekolah. Adapun untuk tingkat Sekolah Menengah Kejuruan terdapat 195 unit sekolah dengan 77.077 siswa yang diajar oleh 8.067 orang guru. Jumlah murid putus sekolah tercatat 1.425 anak atau mengalami peningkatan 1,01 persen dibandingkan tahun 2009. Pada jenjang perguruan tinggi negeri, Provinsi D.I. Yogyakarta memiliki 10 perguruan tinggi, dengan jumlah mahasiswa keseluruhan sebanyak 78.992 orang dengan jumlah dosen tetap sebanyak 4.545 orang. Adapun perguruan tinggi swasta PTStercatat sebanyak 112 institusi dengan rincian 38,39 persen akademi, 34,82 persen sekolah tinggi, 16,07 persen universitas serta masing-masing 7,14 persen politeknik dan 3,57 persen institut, dengan jumlah mahasiswa sebanyak 154.222 orang yang diasuh oleh 6.102 orang dosen.

2.1.3.4 Kesehatan

Untuk meningkatkan kualitas kesehatan penduduk, pemerintah berupaya menyediakan sarana dan prasarana kesehatan disertai tenaga kesehatan yang memadai baik kualitas maupun kuantitas. Upaya ini diarahkan agar tempat pelayanan kesehatan mudah dikunjungi dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Pada tahun 2010 sarana kesehatan yang tersedia di Provinsi D.I. Yogyakarta sebanyak 63 unit rumah sakit umum, 71 unit rumah bersalin, 180 unit balai pengobatan dan 121 unit puskesmas induk dan 1.697 praktek dokter perorangan. Untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk, pemerintah mencanangkan program Keluarga Berencana KB dengan memberikan sarana pelayanan dan prasarana yang memadai. Hal ini memperoleh respon baik dari masyarakat yang tercermin dengan tingginya pencapaian akseptor aktif, dan tahun 2010 tercatat mencapai 430.231 orang dari target sebanyak 436.212 orang atau 98,63 persen dari target. 45,50 persen dari akseptor aktif memilih suntik, disusul 24,57 persen menggunakan IUD serta 12,68 persen memakai pil dan selebihnya 17,25 persen menggunakan alat kontrasepsi lainnya.

2.1.4 Aktivitas Pertanian

2.1.4.1 Tanaman Pangan

Tanaman pangan meliputi komoditas padi, palawija serta hortikultura. Tanaman palawija terdiri dari komoditas jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang kedelai serta kacang hijau. Adapun hortikultura terdiri dari komoditas sayur-sayuran, buah- LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 16 buahanserta tanaman hias. Data tanaman hias tidak disajikan karena pengumpulan datanya tidak rutin setiap tahun. Pada tahun 2010, produksi padi tercatat sebesar 823.887 ton menurun sebesar 1,68 persen dari tahun 2009 dengan rincian 78,51 persen merupakan padi sawah dan 21,49 persen padi ladang. Dengan luas panen masingmasing sebesar 106.907 ha dan 40.151 ha diperoleh angka produktivitas sebesar 60,5 kuintal per ha untuk padi sawah dan 44,1 kuintal per ha untuk padi ladang. Produksi palawija didominasi oleh komoditas ubi kayu sebesar 1.114.665 ton, kemudian jagung sebesar 345.576 ton serta kacang tanah dan kedelai masing-masing 58.918 ton dan 38.244 ton. Adapun ubi jalar, kacang hijau, serta cantel relatif kecil masingmasing 6.484 ton, 610 ton, dan 228 ton. Komoditas yang mengalami kenaikan produksi apabila dibandingkan dengan tahun 2009 adalah kacang hijau, jagung dan ubi kayu, masingmasing sebesar 28,96 persen, 9,73 persen serta 6,39 persen. Sedangkan cantel, kacang tanah, kedelai dan ubi jalar mengalami penurunan masing-masing sebesar 23,49 persen, 10,59 persen, 5,05 persen dan 3,04 persen. Tanaman sayur-sayuran yang banyak dihasilkan adalah bawang merah, cabe besar dan sawi masing-masing sebesar 19.950 ton, 13.049 ton, 6.756 ton. Bawang merah dan sawi masing-masing mengalami kenaikan produksi sebesar 0,95 persen dan 18,68 persen; sedangkan cabe besar menurun 13,69 persen. Adapun produksi jenis tanaman sayur- sayuran lainnya relatif kecil. Pada tahun 2010, produksi salak mencapai 57.801,1 ton atau mengalami penurunan sebesar 7,62 persen dibandingkan dengan produksi tahun sebelumnya yang mencapai 62.571,7 ton. Buah-buahan lainnya yang mengalami penurunan produksi juga adalah mangga, durian, jambu biji, rambutan, alpukat, pepaya, belimbing, melon, jeruk siam, dan pisang masing-masing sebesar 71,65 persen, 41,61 persen, 26,03 persen, 19,24 persen, 17,12 persen, 13,22 persen, 9,55 persen, 7,08 persen, 5,39 persen dan 3,62 persen. Sedangkan tanaman tahunan lainnya mengalami kenaikan Kenaikan produksi cukup besar terjadi pada buah sukun 1.527,97. Diikuti jeruk besar, manggis, semangka, jambu air, nangka, sawo, duku dan nanas masingmasing turun sebesar 52,41 persen, 44,65 persen, 15,32 persen, 14,97 persen, 4,29 persen, 4,23 persen, 3,98 persen dan 0,87 persen.

2.1.4.2 Perkebunan

Dari segi produksi, tanaman perkebunan yang cukup potensial di Provinsi D.I. Yogyakarta adalah kelapa dan tebu. Pada tahun 2010 produksi masing-masing komoditas mencapai 56.754,13 ton atau naik 6,77 persen dan 17.031,34 ton atau menurun 2,9 persen.

2.1.4.3 Kehutanan

D.I. Yogyakarta memiliki kawasan hutan yang terkonsentrasi di Kabupaten Gunungkidul seluas 79,59 persen dari keseluruhan 18,71 ribu ha. Sebagian besar dari kawasan hutan tersebut merupakan hutan produksi sebesar 71,66 persen, hutan lindung 12,36 persen dan hutan konversi 15,98 persen. Nilai produksi hutan pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 5.067,22 juta, meningkat sebesar 23,41 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar Rp 4.106,12 juta. Adapun luas Kawasan Hutan yang ada di wilayah Provinsi D.I. Yogyakarta dapat diperinci sbb : 1. Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam :2.990,5640 ha, terdiri dari : a. Taman Nasional TN : 1.728,3800 ha b. Taman Hutan Raya Tahura : 634,1000 ha c. Suaka Margasatwa SM : 615,6000 ha d. Cagar Alam CA : 11,4375 ha LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 17 e. Taman Wisata Alam TWA : 1,0465 ha 2. Hutan Lindung HL : 2.312,8000 ha 3. Hutan Produksi HP : 13.411,7000 ha

2.1.4.4 Peternakan

Populasi ternak di D.I. Yogyakarta tahun 2010 mengalami kenaikan sebesar 4,44 persen, dari 747.335 ekor pada tahun 2009 menjadi 780.551 ekor. Jenis ternak yang dominan adalah kambing, sapi, dan domba masing-masing sebesar 42,42 persen, 37,27 persen dan 17,51 persen. Sedangkan ternak lainnya 2,79 persen. Adapun jumlah populasi unggas pada tahun 2010 tercatat sebanyak 12,59 juta ekor, turun 2,1 persen dari tahun 2009 sebesar 12,86 juta ekor. Sekitar 30,66 persen dari seluruh unggas adalah ayam kampung, ayam ras 65,38 persen petelur 22,23 persen, pedaging 43,16 persen dan selebihnya 3,96 persen adalah itik. Untuk memenuhi konsumsi masyarakat, jumlah ternak yang dipotong mencapai 93.154 ekor pada tahun 2010, menurun sebesar 25,36 persen dibanding tahun sebelumnya. Ternak yang dipotong terdiri dari sapi 27,58 persen, domba 42,19 persen, kambing 29,65 persen, kuda sebesar 0,59 persen serta kerbau sebesar 0,0 persen. Adapun jumlah unggas yang dipotong mencapai 18,58 juta ekor, terdiri dari 16,35 persen ayam kampung, 82,96 persen ayam ras 77,85 persen ayam pedaging dan 5,12 persen ayam petelur. Dengan membandingkan antara jumlah populasi unggas dan jumlah unggas yang dipotong terlihat bahwa Provinsi D.I. Yogyakarta memasukkan unggas dari daerah lainnya dengan porsi 32,20 persen dari total yang dipotong. Kenyataan ini menggambarkan tingginya permintaan daging unggas, khususnya daging ayam dan memberi peluang bagi peternak di Provinsi D.I. Yogyakarta untuk mengembangkan usaha serupa. Selain daging, produksi peternakan yang banyak dikonsumsi adalah telur. Produksi telur pada tahun 2010 mencapai 17.940,79 juta butir, naik 3.602,59 persen dari tahun 2009 yang tercatat sebanyak 484,55 juta butir. Andil peternakan rakyat dalam produksi telur mencapai 3,19 persen telur ayam kampung 0,27 persen, telur ayam ras 2,68 persen, dan telur itik 0,23 persen dan selebihnya 96,81 persen dihasilkan oleh perusahaan seluruhnya berupa telur ayam ras. Produksi peternakan lainnya adalah susu dan kulit. Produksi susu tahun 2010 tercatat 4,99 juta liter, turun 0,98 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 5,04 juta liter. Andil peternakan rakyat sebesar 95,56 persen dan yang berasal dari peternakan perusahaan sebesar 4,44 persen. Sedangkan produksi kulit naik 1,57 persen dari 144.470 lembar pada tahun 2009 menjadi 146.739 lembar pada tahun 2010. Sebagian besar berupa kulit sapi, domba, dan kambing masing-masing sebesar 23,42 persen, 34,17 persen, dan 41,82 persen. Sisanya berupa kulit kuda sebesar 0,59 persen. Ketersediaan daging untuk dikonsumsi pada tahun 2010 mengalami kenaikan 18,76 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau tercatat sebesar 22,40 juta kg. Sebaliknya, persediaan telur untuk dikunsumsi menurun sebesar 9,41 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya atau tercatat sebesar 27,73 juta kg.

2.1.4.5 Perikanan

Data perikanan tahun 2010 di Provinsi D.I. Yogyakarta mencatat bahwa produksi perikanan mencapai 41.558,4 ton atau naik sebesar 70,72 persen dibandingkan dengan tahun 2009 yang tercatat sebesar 24.343,4 ton. Sekitar 93,92 persen dari total produksi perikanan merupakan hasil budidaya perikanan darat dan selebihnya 6,08 adalah hasil perikanan laut. Produksi terbesar perikanan darat berasal dari budidaya di kolam yang mencapai 37.934 ton 97,18 persen, disusul hasil dari budidaya sawah sebesar 483,8 ton 1,24 persen. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 18 Tahun 2010 nilai produksi perikanan sebesar Rp. 647,02 milyar, atau naik sebesar 230,71 persen dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp. 195,64 milyar. Andil perikanan darat sebesar 96,13 persen dan sisanya 3,87 persen merupakan hasil perikanan laut.

2.1.5 Kondisi Transportasi di Provinsi DIY

Kondisi transportasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi menjadi transportasi darat, transportasi laut, dan transportasi udara.

2.1.5.1 Transportasi Darat

Transportasi darat di Provinsi DIY dikelompokkan menjadi transportasi jalan raya dan transportasi kereta api.

A. Transportasi Jalan Raya

Jumlah Kendaraan Bermotor yang Terdaftar Menurut Jenisnya Jumlah kendaraan bermotor di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta megalami perkembangan jumlah yang cukup signifikan terkait dengan pertumbuhan penduduk di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Jumlah kepemilikan kendaraan bermotor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan hasil data Badan Pusat Statistik Provinsi daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 didapat nilai bahwa jumlah kendaraan yang terdaftar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta untuk jenis mobil penumpang adalah berjumlah 15.166 unit, mbil bus berjumlah 150 unit, mobil barang berjumlah 2.332 unit, sepeda motor berjumlah 114.786 unit dan kendaraan khusus berjumlah 16 unit. Total secara keseluruhan berjumlah 132.450 unit. Secara lebih jelasnya jumlah kendaraan tiap jenis yang terdaftar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.4 Jumlah Kendaraan Bermotor Non Perorangan yang Terdaftar Menurut Jenisnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Jenis Kendaraan Bukan Umum Perorangan Umum Perusahaan Pemerintah Jumlah Mobil Penumpang 15,104 39 23 15,166 Sedan 2,752 5 2,757 Setation Wagon 440 440 Mini Bus 10,941 18 10,959 Jeep 971 39 1,010 Lain-lain Mobil Bus 72 54 24 150 Bus Biasa 37 36 1 74 Mikro Bus 35 18 23 76 Bus Tingkat Lain-lain Mobil Barang 2,195 121 16 2,332 Pick Up 1,469 12 9 1,490 Van 15 1 16 Truk Barang 659 108 5 772 Truk Tank BBMAir 30 30 LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 19 Jenis Kendaraan Bukan Umum Perorangan Umum Perusahaan Pemerintah Jumlah Double Cabin 21 1 22 Lain-lain 1 1 2 Sepeda Motor 114,654 26 106 114,786 Sepeda Motor Solo 114,573 26 103 114,702 Sepeda Motor dengan Kereta Samping 23 23 Scooter 57 57 Trail Lain-lain 1 3 4 Kendaraan Khusus 16 16 Truk Pemadam Api Ambul;ans 2 2 Mobil Jenazah 2 2 Forklift 12 12 Lain-lain Total 132,041 240 169 132,450 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011 Kendaraan Umum Menurut Jenisnya Jumlah kendaraan bermotor umum di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terdaftar menurut jenisnya berupa jenis mobil penumpang berjumlah 124.177 kendaraan, bus berjumlah 11.028, mobil beban berjumlah 42.650 kendaraan, dan sepeda motor berjumlah 1.310.241 kendaraan. Total secara keseluruhan berjumlah 1.488.096 kendaraan. Peningkatan jumlah kendaraan secara keseluruhan terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta terjadi dari jumlah kendaraan berkisar 641.093 unit pada Tahun 2001 menjadi 1.488.096 unit pada Tahun 2010. Kondisi demikian memberikan multiplier effect terhadap peningkatan aktivitas transportasi yang menurunkan kinerja ruas jalan, serta meningkatkan tundaan lalu lintas, serta peningkatan emisi gas rumah kaca secara signifikan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.5 Jumlah Kendaraan Umum yang Terdaftar Menurut Jenisnya di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 KabupatenKota Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Mobil Beban Kendaraan Khusus Sepeda Motor Jumlah Kulon Progo 5,142 435 2,772 103,083 111,432 Bantul 22,537 711 10,844 314,839 348,931 Gunungkidul 6,854 749 5,016 125,471 138,090 Sleman 48,627 6,981 11,165 460,666 527,439 Yogyakarta 41,017 2,152 12,853 306,182 362,204 Jumlah 2010 124,177 11,028 42,650 1,310,241 1,488,096 2009 115,244 10,909 41,186 1,206,863 1,374,202 2008 108,387 10,876 39,654 478 1,116,914 1,276,309 2007 89,598 21,232 38,537 1,012,319 1,161,686 LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 20 KabupatenKota Jenis Kendaraan Mobil Penumpang Bus Mobil Beban Kendaraan Khusus Sepeda Motor Jumlah 2006 84,786 17,673 36,812 916,204 1,055,475 2005 82,705 14,685 35,670 843,077 976,137 2004 78,817 9,968 34,031 755,101 877,917 2003 74,728 8,039 32,520 666,941 782,228 2002 70,203 7,400 30,816 597,143 705,562 2001 67,309 6,591 27,745 539,448 641,093 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011 Kendaraan Wajib Uji Salah satu permasalahan peningkatan aktivitas gas rumah kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah banyaknya kendaraan yang wajib uji, dimana kendaraan-kendaraan tersebut tentunya mengalami permasalahan dari aspek emisi karena faktor usia, operasional kendaraan, faktor kondisi fisik kendaraan, serta faktor lainnya. • Kendaraan Bukan Umum Wajib Uji Jumlah kendaraan bukan umum yang wajib uji, meliputi jenis Bus berjumlah 409 unit, Truk 10.313 unit, ambulan berjumlah 34 unit, mbil pick up berjumlah 22.867 unit, truk tangki berjumlah 105 unit, kendaraan khusus berjumlah 32 unit, kereta gandeng berjumlah 39 unit. Total keseluruhan berjumlah 33.809 unit. Tabel 2.6 Jumlah Kendaraan Bukan Umum yang Wajib Uji Emisi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Jenis Kendaraan KabupatenKota Provinsi DIY Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Sedan Oto Bus 1 4 5 Bus 37 66 66 45 195 409 Truk 981 3,604 1,373 2,145 2,210 10,313 Ambulan 25 9 34 Pick Up 1,217 6,596 3,073 5,451 6,530 22,867 Tangki 3 13 7 3 79 105 Kendaraan Khusus 14 5 13 32 Kereta Gandeng 30 3 6 39 Kereta Tempel 5 5 Jip Mobil Penumpang Taksi Jumlah 2,263 10,324 4,528 7,652 9,042 33,809 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011 • Kendaraan Umum Wajib Uji Jumlah kendaraan bukan umum yang wajib uji, meliputi jenis sedan berjumlah 729 unit, Oto Bus berjumlah 502 unit, Bus berjumlah 3.205 unit, Truk berjumlah 230 unit, mobil pick up berjumlah 17 unit, kendaraan khusus berjumlah 4 unit, serta kendaraan temple LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 21 berjumlah 15 unit. Total keseluruhan berjumlah 4.711 unit. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.7 Jumlah Kendaraan Umum yang Wajib Uji Emisi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Jenis Kendaraan KabupatenKota Provinsi DIY Kulon Progo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Sedan 200 529 729 Oto Bus 75 21 139 267 502 Bus 283 724 597 670 931 3,205 Truk 51 76 25 31 47 230 Ambulan Pick Up 17 17 Tangki 1 8 9 Kendaraan Khusus 4 4 Kereta Gandeng Kereta Tempel 15 15 Jip Mobil Penumpang Taksi Jumlah 414 1,036 778 968 1,515 4,711 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011 Terminal di Provinsi DIY Terminal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum tersebar di beberapa kabupatenkota dengan terminal induk tipe A terdapat di Terminal Giwangan Kota Yogyakarta. Luas Terminal Tipe A Giwangan adalah 58.850 m2, dengan kapasitas kendaraan adalah berjumlah 116 kendaraan AKAP, 25 AKDP, 240 kendaraan probadi roda 2, serta kendaraan pribadi roda 4. Lebih dari itu terdapat pula terminal dengan kapasitas tampungan kendaraan yang cukup besar, yaitu terminal Jombor dengan luas terminal mencapai 7.800 m 2 , serta memiliki kapasitas tampungan untuk 250 kendaraan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.8 Terminal di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 KabupatenKota Terminal Luas m 2 Kapasitas Kulon Progo Wates 7,910 60 Kendaraan Jangkaran 1,000 12 Kendaraan Brosot 700 6 Kendaraan Ngeplang 1,000 12 Kendaraan Kenteng 1,000 12 Kendaraan Jagalan 1,000 12 Kendaraan Bantul Palbapang 15,000 30 Kendaraan Gunungkidul Dhaksinarga 18,250 59 Bus Besar Wonosari 65 Bus Kecil Sleman Jombor 7,800 250 Kendaraan Pakem 2,240 50 Kendaraan Condongcatur 3,397 70 Kendaraan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 22 KabupatenKota Terminal Luas m 2 Kapasitas Prambanan 1,977 30 Kendaraan Yogyakarta Giwangan 58,850 116 AKAP 25 AKDP 70 Taksi 240 Kendaraan Pribadi Roda 2 125 Kendaraan Pribadi Roda 4 120,124 1,244 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011

B. Angkutan Kereta Api

Angkutan kereta api di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi salah satu pilihan penggunaan moda transportasi untuk melakukan perjalanan regional di beberapa wilayah di Pulau Jawa. Stasiun di Provinsi DIY Adapun beberapa stasiun yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut : 1. Stasiun Lempuyangan Stasiun lempuyangan terletak di Kota Yogyakarta yang didirikan pada tanggal 2 Maret 1872 ini melayani pemberhentian semua KA ekonomi yang melintasi Yogyakarta. Stasiun Lempuyangan beserta dengan rel yang membujur dari barat ke timur merupakan perbatasan antara Kecamatan Gondokusuman di utara dan Danurejan di selatan. • Kereta api Progo: ke Stasiun Pasarsenen; • Kereta api Gajah Wong: ke Stasiun Pasarsenen; • Kereta api Senja Bengawan: Stasiun Tanahabang dan Stasiun Solojebres; • Kereta api Gaya Baru Malam Selatan: Stasiun Jakarta Kota dan Stasiun Surabaya Gubeng; • Kereta api Kahuripan: ke Stasiun Padalarang dan Stasiun Kediri; • Kereta api Pasundan: ke Stasiun Kiara Condong dan Stasiun Surabaya Gubeng; • Kereta api Logawa: ke Stasiun Jember dan Stasiun Purwokerto; • Kereta api Sri Tanjung: Stasiun Banyuwangi Baru; • Kereta api Prambanan Ekspres: ke Stasiun Kutoarjo dan Stasiun Palur; • Kereta api Madiun Jaya: ke Stasiun Yogyakarta dan Stasiun Madiun. Secara lebih jelasnaya dapat dilihat pada gambar berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 23 Gambar 2.2 Stasiun Lempuyangan Yogyakarta 2. Stasiun Maguwo Stasiun KA yang terletak di Desa Maguwoharjo, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Jalur ini terletak di petak jalur KA antara jalur ganda Kutoarjo-Solo. Pada awalnya, stasiun ini hanyalah stasiun kecil yang fungsinya hanya menjadi titik persilangan KA jarak jauh, bongkar muat gerbong pupuk Sriwijaya ke emplasemen gudang dan titik langsir untuk gerbong ketel untuk memasok Avtur. Dengan selesainya pembangunan jalur ganda Yogyakarta-Solo, dan karena letaknya yang berdekatan dengan Bandar Udara Adi Sucipto, stasiun ini kemudian dibenahi dan saat ini disinggahi oleh KA Pramex tujuan Kutoarjo-Yogyakarta-Solo Balapan-Palur. Bangunan lama stasiun ini dipertahankan karena memiliki nilai sejarah dan pernah ditampilkan dalam film Janur Kuning 1979. Stasiun ini difungsikan menjadi stasiun bandar udara yang akan melayani KA bandara untuk mengangkut penumpang antara Bandara Adisucipto dengan Yogyakarta maupun Solo, sekaligus menjadi titik sistem transportasi terpadu di Yogyakarta. Stasiun Maguwo sekarang dilengkapi dengan jalur bawah tanah yang menghubungkan penumpang pesawat terbang langsung dari stasiun. Di halaman depan juga telah berfungsi halte pemberhentian sistem angkutan dalam kota TransJogja. Untuk keperluan ini, posisi stasiun telah digeser sejauh kurang lebih 300m ke arah timur dari titik asalnya. Gambar 2.3 Stasiun Maguwo Yogyakarta LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 24 3. Stasiun Patukan Stasiun Patukan PTN merupakan stasiun kereta api yang terletak di Ambarketawang, Gamping, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta, dan merupakan stasiun KA paling barat di Kabupaten Sleman. Stasiun yang berketinggian +88 m dpl ini memiliki 5 jalur kereta api. Nama stasiun ini berasal dari nama dusun tempat stasiun ini berada. Jika sore tempat ini ramai dikunjungi masyarakat sekitar stasiun bahkan dari daerah-daerah disekitar dusun Patukan. Kereta api yang melewati stasiun ini, meliputi • Progo: ke Yogya Lempuyangan dan Jakarta Pasar Senen • Gajah Wong: ke Yogya Lempuyangan dan Jakarta Pasar Senen Gambar 2.4 Stasiun Patukan Yogyakarta 4. Stasiun Rewulu Stasiun Rewulu RWL merupakan stasiun kereta api yang terletak di Argomulyo, Sedayu, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +88 m dpl ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta. Stasiun ini memiliki 5 jalur, dan berada dekat dengandepot BBM yang terletak 1 kilometer di selatan stasiun, terhubung secara langsung dengan salah satu jalur rel kereta api melewati perkampungan Gancahan hingga masuk depot. Gambar 2.5 Stasiun Rewulu Yogyakarta LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 25 5. Stasiun Sentolo Stasiun Sentolo STL merupakan stasiun kereta api yang terletak di Sentolo, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +54 m ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta. Stasiun ini terletak di pinggir jalan raya Wates-Yogyakartasetelah menyeberangi rel di kiri. Ke arah selatan, sebelum Stasiun Wates, terdapat Stasiun Kalimenur yang sudah tidak digunakan lagi sejak tahun 1980-an. Gambar 2.6 Stasiun Sentolo Yogyakarta 6. Stasiun Wates Stasiun Wates WT merupakan stasiun kereta api yang terletak di Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +18 m dpl ini berada di Daerah Operasi 6 Yogyakarta. Stasiun Wates memiliki 5 jalur, dengan fungsi sebagai berikut: • Jalur 1 untuk berjalan langsung atau pemberhentian KA dari arah barat, • Jalur 2 untuk berjalan langsung KA dari timur, • Jalur 3 untuk pemberhentian KA dari arah barattimur, • Jalur 4 untuk stabling rangkaian gerbong balast kricak, dan • Jalur 5 untuk pengisian balast kricak ke gerbongnya Kereta api yang melewati Stasiun Wates, meliputi : • Malabar: ke Malang dan Bandung • Lodaya: ke Solo Balapan dan Bandung • Senja Utama Yogya: ke Yogyakarta dan Jakarta Pasar Senen • Fajar Utama Yogya: ke Yogyakarta dan Jakarta Pasar Senen • Prambanan Ekspres: ke Kutoarjo dan Palur • Progo: ke Yogya Lempuyangan dan Jakarta Pasar Senen • Kahuripan: ke Kediri dan Padalarang • Pasundan: ke Surabaya Gubeng dan Bandung Kiaracondong • Senja Bengawan: ke Solo Jebres • Logawa: ke Cilacap, Purwokerto, dan Jember • Kereta api Gaya Baru Malam Selatan : ke Jakarta Pasar Senen LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 26 Gambar 2.7 Stasiun Wates Yogyakarta 7. Stasiun Yogyakarta Stasiun Yogyakarta kode: YK, +113 m dpl — juga dikenal sebagai Stasiun Tugu — terletak di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan berada di bawah naungan PT Kereta Api Persero Daerah Operasi VI. Stasiun ini beserta rel KA yang membujur dari barat ke timur merupakan daerah perbatasan antara Kecamatan Jetis dan Gedongtengen. Stasiun ini melayani pemberangkatan dan kedatangan kereta api KA kelas eksekutif dan bisnis. Pemberangkatan dan kedatangan KA kelas ekonomi dilayani di Stasiun Lempuyangan. Dahulu, di stasiun ini terdapat dua percabangan jalur di sisi barat stasiun yang saat ini sudah tidak ada lagi. Jalur pertama ke utara menuju Magelang dan Parakan. Bekas jalur Jogja-Magelang ini dapat kita lihat di beberapa tempat di Jalan Tentara Pelajar, Yogyakarta. Jalur yang satu lagi, ke arah selatan menuju Palbapang di Kabupaten Bantul. Bekas jalur ini juga masih terlihat di beberapa tempat, salah satunya adalah yang sekarang menjadi lapangan parkir di sisi barat laut Kraton Yogya. Beberapa kereta api yang diberangkatkan dan berhenti di Stasiun Yogyakarta adalah, sebagai berikut : • Kereta Api Kelas Eksekutif - Argo Dwipangga - Argo Lawu - Argo Wilis - Bima - Gajayana - Taksaka - Turangga • Kelas Eksekutif dan BisnisEksekutif, Bisnis, dan Ekonomi - Lodaya - Sancaka - Malabar • Kelas Bisnis - Fajar Utama Yogya - Mutiara Selatan - Senja Utama Solo - Senja Utama Yogya - Kereta Prameks Prambanan Ekspres yang menghubungkan Yogyakarta dengan Palur dan Yogyakarta dengan Kutoarjo - Malioboro Ekspress tujuan Malang LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 27 Gambar 2.8 Stasiun Tugu Yogyakarta Penggunaan Kereta Api Sebagai Angkutan Penumpang dan Barang Provinsi DIY Kereta api digunakan salah satunya adalah sebagai angkutan penumpang yang sampai dengan Tahun 2012 terdapat 27.784 siklus keberangkatan kereta api yang digunakan untuk mengangkut penumpang dari sekitar arata-rata 2.300 periode angkut kereta api setiap bulannya. Jumlah penumpang untuk kereta api bisnis berjumlah 708.470 orang, kereta api bisnis berjumlah 781.112 orang, dan kereta api ekonomi berjumlah 1.829.569 penumpang. Jumlah penumpang secara keseluruhan adalah 3.319.151 orang. Secara lebih jelasnya dapat dilhat pada tabel berikut ini. Tabel 2.9 Jumlah Angkutan Penumpang dengan Kereta Api di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Bulan Kereta Api Penumpang Jumlah Eksekutif Bisnis Ekonomi Januari 2,357 53,670 60,113 154,836 268,619 Februari 2,128 50,383 52,886 131,865 235,134 Maret 2,357 54,906 56,640 136,849 248,395 April 2,281 52,463 53,394 148,792 254,649 Mei 2,357 56,290 61,936 149,579 267,805 Juni 2,281 71,754 78,670 166,173 316,597 Juli 2,358 69,097 95,116 173,597 337,810 Agustus 2,358 60,118 66,956 110,492 237,566 September 2,281 44,941 56,345 200,443 301,729 Oktober 2,388 56,156 59,302 141,785 257,243 November 2,280 72,809 65,601 150,207 288,617 Desember 2,358 65,883 74,153 164,951 304,987 Jumlah 27,784 708,470 781,112 1,829,569 3,319,151 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011 Untuk kereta api yang mengangkut barang terdapat beberapa siklus pengangkutan selama 1 satu tahun yang dihitung antara bulan Januari-Desember dengan jenis barang yang diangkut, meliputi bahan bakar minyak sejumlah 326.233 kiriman, barang hantaran berjumlah 2.234 kiriman yang secara keseluruhan dalam 1 satu tahun berjumlah 328.467 pengiriman. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 28 Tabel 2.10 Jumlah Angkutan Barang dengan Kereta Api di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Bulan Bahan Bakar Minyak Kiriman Barang Barang Hantaran Jumlah Januari 38,520 257 38,777 Februari 36,980 195 37,175 Maret 44,897 127 45,024 April 26,571 131 26,702 Mei 22,183 216 22,399 Juni 23,075 244 23,319 Juli 27,369 211 27,580 Agustus 26,568 150 26,718 September 19,418 111 19,529 Oktober 22,229 250 22,479 November 21,436 185 21,621 Desember 16,987 157 17,144 Jumlah 326,233 2,234 328,467 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011

2.1.5.2 Transportasi Udara

Transportasi udara di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta didukung oleh keberadaan Bandar Udara Adi Sutjipto sebagai salah satu Bandar udara berkelas internasional yang melayani pergerakan domestic maupun mancanegara. Bandara Adisutjipto adalah bandar udara yang terletak di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kode ICAOnya WARJ dahulu WIIJ, Kode IATA: JOG. Bandar udara ini dulu dinamakan Maguwo, sesuai dengan nama desa tempatnya berada Maguwoharjo. Penggantian nama dilakukan setelah pesawat Dakota VT-CLA yang dikemudikan oleh Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto ditembak jatuh oleh pesawat Belanda tanggal 29 Juli 1947. Semula merupakan lapangan udara militer, namun penggunaannya diperluas untuk kepentingan sipil. Hingga sekarang masih terdapat bagian yang merupakan daerah tertutup terbatas untuk kegiatan militer. Bandar udara ini juga merupakan bandar udara pendidikan Akademi Angkatan Udara dari TNI Angkatan Udara. Juga Skadron Pendidikan 101 FFA AS-202-18A, T-41D dan Skadron Pendidikan 102 T-34C, KAI KT-1. Luas bandara: 88,690 m², dengan dua landasan pacu. Sampai akhir tahun 2004, diperkirakan sudah lebih dari 2 juta penumpang setiap tahun yang dilayani. Terminal Baru, ATC Baru, Apron Baru, Taxiway Baru, dan Runway Baru dibangun pada 12 April 2007 dioperasikan pada 20 Maret 2010. Penerbangan Internasional Bandara Adisucipto menjelma menjadi bandara internasional pada tanggal 21 Februari 2004. Pada saat itu, Garuda Indonesia mengoperasikan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sebulan selanjutnya, giliran Singapura yang dikunjungi oleh Garuda Indonesia. Sekitar bulan November 2006, Garuda Indonesia menghentikan rute - rute internasional. Tetapi pada tanggal 30 Januari 2008, penerbangan internasional dilanjutkan kembali dengan menghadirkan Air Asia yang mengoperasikan Airbus A320 dengan rute Yogyakarta - Kuala Lumpur. Sejak 1 Februari 2008, Malaysia Airlines turut datang ke Yogyakarta dengan mengoperasikan Boeing 737-400. Bulan April 2008, Air Asia membuat rute Yogyakarta - Kuala Lumpur menjadi setiap hari. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 29 Dan tanggal 16 Desember 2008, Garuda Indonesia kembali melayani rute Yogyakarta - Singapore mulai pukul 18.00 WIB, setiap hari Selasa, Kamis, dan Sabtu. Gambar 2.9 Bandar Udara Adi Sutjipto Yogyakarta Apabila dilihat dari lalu lintas domestik di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah secara keseluruhan berdasarkan data Badan Pusat Statistik tercatat untuk perjalanan domestic yang datang melalui Bandar udara Adisutjipto adalah 21.889 pesawat, sedangkan yang berangkat adalah 22.397. hal ini membuktikan bahwa jumlah keberangkatan pesawat untuk orang-orang baik dari Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta maupun dari luar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta cukup signifikan, sedangkan jumlah penumpang domestic adalah 1.720.951 orang yang datang dan 1.702.868 orang dan sisanya sejumlah 55.208 orang adalah melakukan transit. Sebagai Bandar udara internasional, pada Bandar Udara Adi Sutjipto tercatat jumlah pesawat yang datang dari Manca Negara adalah berjumlah 868 pesawat dan yang keluar adalah 860 pesawat. Untuk arus kunjungan datang juga lebih dominan, yaitu sejumlah 110.404 orang asing, sedangkan yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 99.267 orang asing dan sisanya sejumlah 55.208 orang asing melakukan transit. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.11 Arus Lalu Lintas Udara Penumpang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Tujuan Penerbangan Pesawat Penumpang Datang Berangkat Datang Berangkat Transit DOMESTIK 21,889 22,397 1,720,951 1,702,868 55,208 Balikpapan 1,467 1,474 178,738 179,653 7,282 Bandung 331 329 13,654 14,446 3,899 Banjarmasin 455 454 62,418 65,555 101 Batam 431 432 40,060 39,681 Denpasar 1,185 1,195 179,618 182,161 2,543 JakartaHalim Perdana Kusumah 83 93 1,087 1,069 1,913 JakartaSoekarno-Hatta 7,131 7,539 1,077,411 1,054,094 9,777 Kebumen 1 2 11 Kudus 1 2 5 LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 30 Tujuan Penerbangan Pesawat Penumpang Datang Berangkat Datang Berangkat Transit Lokal 8,962 9,031 Pontianak 336 336 31,533 31,936 12,931 Return To Apron 3 2 91,983 Surabaya 1,018 1,008 44,005 88,373 16,762 Ujung Pandang 471 479 8 45,726 Solo 4 5 126 Mataram 1 7 Bandar Lampung 1 Malang 1 Semarang 2 6 7 Curug 1 Kendari 1 1 3 Medan 1 1 214 Padang 1 2 211 7 Batutulis 1 7 Magelang 1 2 4 4 Purwokerto 1 1 4 Jambi 1 MANCA NEGARA 868 860 110404 99267 55208 Kuala Lumpur 502 501 65558 53575 Singapura 365 357 44799 45607 Bangkok 1 1 47 70 Hongkong 1 15 Brunai TOTAL 22,757 23,257 1,831,355 1,802,135 110,416 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011 Untuk lalu lintas barang yang menggunakan jasa pelayanan angkutan udara secara umum pergerakan yang terjadi dominan pada pelayanan domestic dengan tujuan utama adalah Bandar Udara Soekarno-Hatta dan Denpasar. Jumlah pesawat yang melakukan bongkar adalah 12.291.897 pesawat untuk penerbangan domestik dan 579.262 pesawat untuk penerbangan mancanegara. Muat barang sejumlah 14.379.651 oesawat domestic dan 271.812 pesawat untuk muat pesawat manca Negara. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.12 Arus Lalu Lintas Udara Barang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2011 Tujuan Penerbangan Pesawat Barang Paket Pos Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat DOMESTIK 12,291,897 14,379,651 4,695,019 7,192,736 255,510 181,940 Balikpapan 1,424,730 1,969,330 285,254 1,265,779 39,356 54 Bandung 102,896 109,005 3,358 634 578 Banjarmasin 441,678 667,675 66,725 377,895 Batam 392,891 439,325 41,908 775,018 LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 31 Tujuan Penerbangan Pesawat Barang Paket Pos Bongkar Muat Bongkar Muat Bongkar Muat Denpasar 1,451,896 1,500,704 200,201 419,118 4,830 13910 JakartaHalim Perdana Kusumah 4,334 5,654 1,705 651 14,457 515 JakartaSoekarno-Hatta 7,009,517 7,868,932 3,983,070 3,451,217 29,423 166687 Kebumen Kudus Lokal Pontianak 310,656 386,902 23,837 176,498 41,729 654 Return To Apron 4,146 Surabaya 682,932 831,766 42,768 144,084 125,137 Ujung Pandang 466,023 600,158 42,047 581,842 120 Solo Mataram Bandar Lampung Malang 200 Semarang Curug Kendari Medan 2,108 Padang 2,236 Batutulis Magelang Purwokerto Jambi MANCA NEGARA 579262 938289 56811 310639 Kuala Lumpur 77178 566327 50461 226018 Singapura 502084 371812 6350 84621 Bangkok Hongkong Brunai 150 TOTAL 12,871,159 15,317,940 4,751,830 7,503,375 255,510 181,940 Sumber : Data Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011

2.1.5.3 Transportasi Laut

Di sektor transportasi laut di Provinsi DIY terdapat Tempat Pendaratan Kapal TPK yang berfungsi sebagai pendaratan kapal pendaratan pencari ikan dan tempat wisata pantai. Terdapat 19 titik TPK yang dilayani oleh ± 450 kapal nelayan. Diantaranya disekitar kawasan pantai Sadeng, kawasan sekitar pantai Glagah. Secara lebih jelasnya dapat dilhat pada gambar berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 32 Gambar 2.10 Pelabuhan Perikanan Sadeng dan Glagah di Provinsi DIY

2.2 Kondisi Perekonomian Wilayah

2.2.1 Perdagangan Dalam Negeri

Ketersediaan bahan pokok strategis seperti beras memperoleh perhatian Pemerintah dalam hal pengadaan dan distribusi guna mengendalikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Program ini bertujuan menjaga kestabilan harga beras di pasaran. Pada tahun 2010, persediaan beras yang dikuasai oleh Badan Urusan Logistik BULOG Divre Yogyakarta mencapai 44.351,4 ton atau turun 35,97 persen dari tahun 2009 dan disalurkan sebesar 38.391,22 ton 86,56 persen. Sebagian besar penyaluran beras adalah untuk Operasi Pasar Khusus yaitu 97,17 persen, dan selebihnya 2,83 persen untuk konsumen lainnya.

2.2.2 Ekspor dan Impor

Perkembangan transaksi ekspor dan impor menunjukkan dinamika perekonomian suatu wilayahnegara dalam konteks hubungan antar wilayahnegara. Aktivitas ini juga mengisyaratkan kemampuan daya saing produk-produk suatu negara dalam perdagangan global. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi D.I. Yogyakarta mencatat nilai ekspor daerah ini tahun 2010 mencapai US 140,23 juta, meningkat sebesar 29,01 persen dari tahun 2009 yang sebesar US 108,70 juta. Sebagian besar volume produk diekspor melalui Tanjung Mas sebagai pelabuhan laut terdekat dengan Provinsi D.I. Yogyakarta yakni sekitar 55,84 persen. Dilihat menurut komoditas, persentase nilai ekspor didominasi oleh pakaian jadi, mebel kayu dan sarung tangan kulit masingmasing sebesar 30,07 persen, 12,97 persen dan 12,30 persen, sarung tangan kulit sintetis 10,44 persen, serta kerajinan kertas 4,29 persen. Andil kelima produk tersebut mencapai 70,07 persen dari total nilai ekspor. Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor Provinsi D.I.Yogyakarta yang pada tahun 2010 melakukan transaksi sebesar US 47,23 juta atau sekitar 33,68 persen dari total nilai ekspor. Disusul oleh Jerman, Korea Selatan, Jepang, Inggris dan Perancis yang masing-masing sebesar 11,31 persen, 7,61 persen, 6,73 persen, 3,89 persen dan 3,78 persen. Sisanya 32,99 persen dikirim ke negara-negara lainnya. Untuk kegiatan impor, mulai tahun 2001 ada kebijakan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan bahwa pelaku impor diharuskan untuk melaporkan kegiatan impor mereka. Sedangkan sebelumnya tidak ada kewajiban tersebut. Kebijakan ini berpengaruh pada data impor tahun 2001 yang melonjak cukup tajam dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 33 karena sebagian kegiatan impor sebelum tahun 2001 tidak tercatat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi D.I. Yogyakarta. Menurut negara asal, nilai impor yang terbesar berasal dari China yang mencapai US 7,16 juta atau 27,61 persen dari total nilai impor. Kemudian Korea, Taiwan, Hongkong dan Jepang masing-masing sebesar 22,05 persen, 13,34 persen, 9,22 persen, dan 7,31 persen. Sedangkan sisanya berasal dari negaranegara lain sebesar 20,41 persen.

2.2.3 Pendapatan Daerah

Produk Domestik Regional Bruto PDRB adalah nilai tambah yang terbentuk dari keseluruhan kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dengan rentang waktu tertentu. PDRB disajikan menurut harga konstan dan harga berlaku. Dari PDRB atas dasar harga konstan dapat dihitung pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan pertambahan riil size ekonomi suatu wilayah. Adapun dengan PDRB atas dasar harga berlaku dapat dilihat struktur ekonomi yang menggambarkan andil masing-masing sektor ekonomi.

2.2.3.1 Pertumbuhan Ekonomi

Berdasarkan perhitungan PDRB atas harga konstan, perekonomian Provinsi D.I. Yogyakarta tahun 2010 tumbuh sebesar 4,87 persen, lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 4,43 persen angka diperbaiki. Hal yang menggembirakan dari gambaran ekonomi D.I. Yogyakarta tahun 2010 adalah pertumbuhan positif dari hampir seluruh sektor, kecuali sektor pertanian. Sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan paling besar yaitu sebesar 7,87 persen, disusul sektor industri pengolahan; sektor jasa-jasa; sektor konstruksi; sektor pengangkutan dan komunikasi; serta Perdagangan, hotel dan restoran masingmasing sebesar 7,0 persen, 6,44 persen, 6,06 persen, 5,5 persen dan 5,09 persen. Sedangkan sektor pertanian justru mengalami penurunan sebesar 0,7 persen. Meski andil sektor industri masih lebih kecil dari sektor perdaganganhotelrestauran, sektor pertanian ataupun sektor jasa-jasa, namun sektor industri tetap merupakan salah satu penggerak pertumbuhan ekonomi yang potensial karena sifat industri yang mampu mendorong pembentukan nilai tambah yang tinggi.

2.2.3.2 Struktur Ekonomi

Nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2010 tercatat sebesar Rp 45.591.853 juta dengan PDRB per kapita sebesar Rp13.186.398 atau naik 9,12 persen. Berdasarkan komposisi nilai Produk Domestik Regional Bruto atas dasar harga berlaku dapat diketahui bahwa peran sektor Pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam perekonomian Provinsi D.I. Yogyakarta mulai tergeser oleh sektor lain. Pada tahun 2010, andil terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,79 persen. Kemudian sektor pertanian ; sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan memiliki andil 17,19 persen; 17,04 persen dan 13,28 persen. Sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan serta sektor bangunan masing-masing berperan sebesar 10,67 persen, 9,76 persen dan 9,70 persen. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor dengan andil terkecil yakni masing-masing berkontribusi 0,92 persen dan 0,67 persen dari total PDRB harga berlaku.

2.3 Program Prioritas Daerah

Program prioritas daerah dalam penyusunan Rencana Aksi Daerah tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta disusun dengan beberapa LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 34 landasan programkegiatan yang sudah disusun oleh daerah yang dalam hal ini diwadahi didalam beberapa kebijakan perencanaan pembangunan daerah, meliputi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJMD, Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW, serta Rencana Strategis Sektoral.

2.3.1 Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi DIY 2005- 2025

Untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan, rencana pembangunan jangka panjang Daerah Istimewa Yogyakarta membutuhkan tahapan dan prioritas yang akan menjadi agenda dalam rencana pembangunan jangka menengah. Tahapan dan prioritas yang ditetapkan mencerminkan keutamaan permasalahan yang hendak diselesaikan, tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena itu, tekanan prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua itu harus berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan jangka panjang. Adapun rencana pembangunan jangka panjang daerah RPJPD Provinsi DIY disusun selama 25 dua puluh lima tahunan yang terdiri dari 5 tahapan prioritas pembangunan selama 5 tahunan sebagai penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMD Provinsi DIY.

2.3.1.1 Lima Tahun Pertama 2005-2009

Penekanan pada lima tahun pertama adalah pembangunan sarana dan prasarana dasar keunggulan daerah, dan persiapan dasar kompetensi SDM yang berdaya saing unggul, serta konsolidasi potensi-potensi unggulan, yang diuraikan pada masing-masing misi yang sesuai dengan upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY, meliputi : 1. Untuk mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan, maka tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan adalah: a. Meningkatkan ketahanan dan daya saing kebudayaan di DIY, dengan prioritas pada: 1 Peletakan dasar-dasar regulasi ketahanan budaya; 2 Peletakan strategi daya saing kebudayaan. 2. Untuk mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat, maka tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan adalah: a. Membangun kesadaran sikap tanggap dan tanggung jawab masyarakat terhadap penanganan masalah kesejahteraan sosial di lingkungannya, dengan prioritas: 1 Penguatan kepedulian masyarakat untuk meningkatkan ketahanan dan pelayanan dalam kehidupan sosial kemasyarakatan; 2 Penyebarluasan informasi di seluruh lapisan masyarakat. b. Membentuk masyarakat yang mempunyai wawasan dan perilaku hidup sehat, aktif mengelola sanitasi lingkungan yang didukung penyuluh dan petugas kesehatan yang semakin profesional dan berdedikasi, dengan prioritas: 1 Peningkatan wawasan masyarakat akan budaya hidup sehat dan prinsip- prinsip pencegahan gangguan kesehatan melalui sosialisasi; 2 Peningkatan komitmen dan profesionalisme para penyuluh dan petugas kesehatan melalui diklat; LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 35 3 Peningkatan penanggulangan masalah kesehatan reproduksi serta kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak; 4 Fasilitasi sarana pendukung dan layanan kesehatan. c. Membentuk kesadaran masyakat akan pentingnya pemberdayaan perempuan untuk mencapai kesejahteraan sosial-ekonomi, dengan prioritas pengembangan wawasan dan kesadaran kesetaraan gender di lapisan masyarakat, organisasi, dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. d. Menyediakan pelayanan sosial dan ekonomi dengan memperhatikan ketersediaan sumber energi pendukung, dengan prioritas: 1 Pemantapan tata ruang wilayah sebagai respon terhadap kebutuhan dinamika lokasi-lokasi peruntukan industri skala besar dan menengah, serta jenis-jenis industri prioritas; 2 Penataan ruang bagi pertanian progresif, sistem agropolitan, permukiman dan pusat-pusat pertumbuhan baru; 3 Penataan ruang yang memadukan jaringan infrastruktur dan pelayanan sosial ekonomi wilayah; 4 Peningkatan pelayanan sistem transportasi wilayah melalui sinergitas antar moda guna mendukung perekonomian pendidikan dan pariwisata; 5 Pemanfaatan sumberdaya alam dengan memperhatikan kelestarian lingkungan serta pengembangan energi alternatif untuk pemenuhan kesejahteraan masyarakat e. Pengembangan sistem industri yang ramah lingkungan di lingkup usaha mikro, kecil, menengah, serta koperasi berbasis keluarga teknologi yang berkualitas, inovatif, dan jangkauan pemasaran yang lebih luas, sumberdaya manusia yang terampil, dengan motivasi usaha dan kewirausahaan yang kuat, didukung lembaga pelatihan dan pendidikan yang maju dan berkembang, dengan prioritas: 1 Pengembangan unit-unit usaha industri kecil dan kerajinan rakyat yang potensial; 2 Mendorong dan memfasilitasi tumbuhnya potensi industri kreatif; 3 Peningkatan ketrampilan dan pemanfaatan secara nyata; 4 Peningkatan penyiapan dan penggunaan bahan baku lokal; 5 Peningkatan inovasi produk dan jangkauan pemasarannya; 6 Pengembangan bidang industri kerajinan dan industri kreatif dengan melibatkan lembaga pendidikan dan profesional; 7 Peningkatan kerjasama kemitraan dengan pihak-pihak yang berkompeten baik dalam negeri maupun luar negeri. f. Peningkatan budidaya pertanian serta mengelola dan melindungi lahan-lahan subur pertanian dari tekanan alih fungsi pertanian ke non pertanian, dengan prioritas: 1 Optimalisasi pusat-pusat perbenihan; 2 Perlindungan lahan-lahan pertanian subur, produktif, dan beririgasi dari proses konversi ke non-pertanian; 3 Peningkatan budidaya, produksi, produktifitas, dan mutu produk pertanian yang berorientasi pasar dalam negeri dan ekspor. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 36 g. Menumbuhkan unit-unit usaha dan sentra budidaya ikan; benih, konsumsi, dan ikan hias, disertai keragaman produksi, dan produktivitas perikanan, dengan prioritas: 1 Penentuan dan pemantapan lokasi sentra-sentra pembibitan ikan, budidaya ikan hias dan ikan konsumsi; 2 Pelatihan keahlian dan motivasi petani budidaya ikan air tawar, air laut, dan perikanan tangkap; 3 Peningkatan pengolahan hasil laut dan konsumsi ikan di masyarakat. h. Menentukan wilayah prioritas pengembangan hutan berdasarkan berbagai fungsi, baik hutan konservasi, maupun hutan produksi, dan hutan untuk penyelamatan lingkungan, dengan prioritas: 1 Penetapan kawasan hutan untuk berbagai fungsi pada unit-unit wilayah; 2 Pembangunan hutan taman kota; 3 Optimalisasi, rehabilitasi dan konservasi fungsi hutan untuk penyelamatan lingkungan bagi kepentingan kehidupan generasi mendatang; 4 Peningkatan budidaya, produksi, produktifitas, dan mutu produk perkebunan mendukung peningkatan pendapatan petani. i. Memantapkan sistem penyelenggaraan pemerintahan menuju terciptanya kelembagaan sosial, politik, ekonomi yang mantap serta peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjalankan kewajiban dan haknya, dengan prioritas: 1 Menjalin komunikasi, koordinasi dan sinergi dalam hubungan kerja antar lembaga pemerintahan baik vertikal maupun antar bidang; 2 Peningkatan forum komunikasi dan saling tukar informasi; 3 Penguatan komitmen dan kerjasama yang sinergi antar lembagabidang baik dalam daerah maupun antara daerah; 4 Peningkatan pengembangan kapasitas kelembagaan, otonomi daerah, pemerintahan umum dan sumberdaya aparatur, dengan titik berat: a Sistem rekruitmen SDM Pemerintahan PNS sesuai dengan kebutuhan kerja dan berbasis keahlian secara berkelanjutan; b Sistem peningkatan kualitas SDM Pemerintahan PNS melalui diklat, kursus-kursus kepemimpinan dan upaya-upaya lainnya secara berkelanjutan. 5 Peningkatan pemanfaatan teknologi informasi dalam pelayanan publik; 6 Penciptaan kepastian hukum, ketertiban dan keamanan masyarakat; 7 Pemahaman manajemen pencegahan dan penanggulangan bencana.

2.3.1.2 Lima Tahun Kedua 2010-2014

Penekanan pada lima tahun kedua adalah pembangunan fasilitas-fasilitas pendukung utama keunggulan daerah yang memiliki daya dukung berantai positif backward effect and forward effect untuk mendorong kemajuan daerah dan melanjutkan pembangunan kompetensi SDM yang berdaya saing unggul secara lebih luas serta menggerakkan potensi ekonomi dan industri unggulan. Adapun misi dari RPJPD Provinsi DIY yang sesuai dengan upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY, meliputi : LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 37 a. Menjalin kerjasama antar daerah untuk memperlancar transfer tenaga kerja antar daerah dan antar usaha sektor ekonomi untuk saling mencukupi kebutuhan tenaga kerja, serta aliran investasi, dengan prioritas: 1 Peningkatan kegiatan usaha yang mendukung karakter wilayah sebagai pusat pendidikan dan pariwisata; 2 Peningkatan dorongan berwirausaha bagi masyarakat; 3 Pemantapan sistem informasi ketenagakerjaan; 4 Terpeliharanya hubungan industrial. b. Memperkuat ekonomi masyarakat melalui investasi, membuka usaha ekonomi produktif pada lokasi industri yang didukung dengan infrastruktur yang memadai, dengan prioritas: 1 Penguatan industri kecil dan kerajinan rakyat yang memberi nilai tambah daya tarik wisata; 2 Pengembangan budaya daerah dan menjadikan lokasi-lokasi industri sebagai kunjungan dan atraksi wisata; 3 Pemanfaatan infrastruktur dan jaringan ekonomi sesuai dengan peruntukan dan prioritasnya; 4 Pemantapan sistem jaringan transportasi yang sinergi inter dan antar moda; 5 Peningkatan ekonomi masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya alam. c. Meningkatkan komoditas produk industri di lingkup usaha, mikro, kecil, menengah, koperasi, dan industri kreatif yang khas dan orisinal, didukung lokasi- lokasi kegiatan industri yang berperan sebagai daya tarik kunjungan dan atraksi wisata daerah, dengan prioritas: 1 Pemasyarakatan peraturan dan penerapan tata ruang wilayah yang tanggap dini terhadap perkembangan dan dinamika sosial ekonomi di masa depan; 2 Peningkatan peluang investasi disertai jaminan fasilitas dan kemudahan prosedur; 3 Mengembangkan sentra-sentra industri kreatif untuk mendorong perekonomian rakyat; 4 Mempertahankan dan mengembangkan kerjasama kemitraan, baik dalam maupun luar negeri. d. Membentuk sistem budidaya pertanian yang menjamin kebutuhan pangan penduduk serta berkembangnya jenis-jenis komoditas pertanian yang lebih teragamkan diversifikasi, bernilai ekonomi lebih tinggi komersial serta kompetitif dari segi kualitas produknya termasuk produk pertanian lahan kota, dengan prioritas: 1 Pemanfaatan benih unggul guna meningkatkan pendapatan petani; 2 Mempertahankan lahan pertanian sebagai upaya meningkatkan produktifitas pertanian; 3 Penganekaragaman jenis komoditas pertanian yang mempunyai nilai komersial dan menguntungkan; 4 Peningkatan pembangunan industri pengolahan hasil pertanian. e. Meningkatkan konsumsi dan permintaan produk ikan dari dunia usaha dan masyarakat, dengan prioritas: LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 38 1 Peningkatan keterampilan pelatihan dan pemberian stimulan usaha pengolahan produk ikan; 2 Peningkatan pemasaran dan tata niaga produk ikan; 3 Penyebarluasankampanyesosialisasi mengkonsumsi ikan di masyarakat; 4 Pengembangan budidaya ikan air tawar, air laut, dan peningkatan kemampuan petani perikanan tangkap. f. Menjaga dan melestarikan pertumbuhan tanaman hutan serta tersedianya produk hutan dan hasil ikutan hutan untuk kebutuhan dunia usaha dan rumahtangga serta terbentuknya kelompok-kelompok pelestari hutan, dengan prioritas: 1 Peningkatan produksi hasil hutan; 2 Pengoptimalisasian pertumbuhan tegakan kawasan hutan melalui peran masyarakat secara terstruktur; 3 Pemberian sosialisasi pelestarian hutan di lingkungan pendidikan dasar menengah; 4 Pengelolaan dan pengembangan hutan taman kota; 5 Pemanfaatan produksi perkebunan yang berorientasi pasar dalam negeri dan ekspor. g. Merumuskan peraturan dan ketentutan teknis kompetensi dalam pembagian urusan untuk mengurangi tumpang-tindih dan konflik kepentingan sebagai tindak lanjut otonomi pemerintahan daerah, dengan prioritas: 1 Pengembangan komunikasi, integrasi sinkronisasi, dan sinergi antar lembaga pemerintah; 2 Pengurangan tumpang-tindih kewenangan dan yurisdiksi serta konflik kepentingan antar daerah, antara daerah dan pusat, antar bidang, dan antar lembaga melalui peraturan dan ketentuan teknis kompetensi dan pembagian urusan; 3 Memantapkan penggunaan teknologi informasi yang terintegrasi, dengan titik berat pada penguasaan teknologi informasi oleh seluruh jajaran pegawai pemerintahan sebagai basis utama pelayanan publik; 4 Peningkatan dan pengembangan jejaring kemitraan antar stakeholder; 5 Peningkatan kapasitas kelembagaan, otonomi daerah, pemerintahan umum, dan sumberdaya aparatur, dengan titik berat pada peningkatan kualitas SDM Pemerintahan PNS untuk mencapai profesionalisme kinerja pegawai guna mendukung layanan publik yang prima; 6 Peningkatan ketentraman, ketertiban umum, perlindungan masyarakat, dan penegakan hukum; 7 Peningkatan manajemen pencegahan dan penanggulangan bencana.

2.3.1.3 Lima Tahun Ketiga 2015-2019

Penekanan pada lima tahun ketiga adalah pendayagunaan kapasitas keunggulan daerah melalui pengerahan SDM dan fasilitas-fasilitas utama pendukung keunggulan daerah, akselerasi usaha ekonomi dan industri unggulan, serta penguatan jejaring untuk meningkatkan daya saing keunggulan daerah. Adapun misi yang sesuai dengan upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY, meliputi : LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 39 1. Untuk mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat, maka tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan adalah: a. Mengintegrasikan ekonomi produktif serta pusat-pusat pertumbuhan baru dalam sistem jaring infrastruktur dan komunikasi untuk mempermudah transportasi input produksi dan pemasaran hasil produksi, serta terbentuknya kawasan agropolitan, dengan prioritas: 1 Peningkatan peluang bagi industri kecil dan kerajinan rakyat untuk terkait dengan sumber-sumber pemasaran regional, nasional, dan internasional; 2 Pemantapan penyediaan infrastruktur publik yang selaras dengan pusat- pusat pertumbuhan baru; 3 Pemanfaatan sumberdaya alam yang memperhatikan pelestarian lingkungan bagi peningkatan ekonomi masyarakat. b. Meningkatkan komoditas, produk industri kecil, kerajinan rakyat, koperasi dan industri kreatif yang menjangkau pasar lebih luas dan berkualitas, di tingkat regional, nasional, dan internasional, dengan prioritas: 1 Akselerasi, optimalisasi, dan integrasi proses kegiatan sosial ekonomi, permukiman, dan industri kreatif dengan dinamika pembangunan tata-ruang, serta ketersediaan infrastruktur wilayah didukung pemanfaatan energi dan sumber daya mineral; 2 Mempertahankan dan mengembangkan peluang investasi; 3 Perkuatan industri kreatif menuju pasar internasional; 4 Perkuatan jejaring dan pemasaran dalam negeri dan luar negeri. c. Membentuk sikap petani yang berorientasi kemajuan dan keuntungan petani progressive serta mudah menerima pengenalan metode tanam, teknologi, maupun komoditas yang lebih maju, dengan prioritas: 1 Peningkatan jiwa usaha, proressivitas dan adoptivitas petani dalam merespon permintaan dan peluang pasar didukung perbaikan infrastruktur dan permodalan; 2 Mempertahankan lahan pertanian untuk meningkatkan produktifitas pertanian; 3 Pengembangan benih unggul menuju pasar dalam negeri; 4 Perkuatan pembangunan industri pengolahan dan peningkaan keanekaragaman yang mempunyai nilai komersial dan menguntungkan. d. Meningkatnya produktivitas perikanan dan peningkatan kualitas sehingga memperluas jangkauan pemasaran produk perikanan ke pasar swalayan, supermarket, pasar luar daerah, dan ekspor, dengan prioritas: 1 Pengawasan standar kualitas, kesehatan produk, dan sanitasi kolam budidaya untuk memperluas dan meningkatkan jangkauan pemasaran; 2 Pengembangan usaha pengolahan produk ikan; 3 Pembudayaan gemar makan ikan; 4 Perkuatan budidaya ikan air tawar, air laut, dan kemandirian nelayan perikanan tangkap. e. Mewujudkan hutan yang berkembang dan lebih dinamis dengan flora dan fauna yang lebih variatif, serta fasilitas pendukung optimalisasi fungsi hutan dalam LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 40 perbaikan kualitas lingkungan, kebersihan udara, dan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat, dengan prioritas: 1 Pengembangan, perluasan, dan pengayaan hutan untuk jenis-jenis flora dan fauna yang langka dan atraktif sebagai bagian penganekaragaman hayati; 2 Perluasan pemanfaatan hutan untuk peningkatan pendapatan petani hutan melalui tanaman tegakan; 3 Perluasan hutan taman kota sebagai paru-paru kota; 4 Peningkatan produksi perkebunan. f. Menjalin kerjasama antar lembaga dilandasi kompetensi dan komitmen yang tinggi dalam mewujudkan pelayanan terbaik dan pencapaian rencana dan program pembangunan daerah, dengan prioritas: 1 Penguatan pemahaman atas situasi nyata sistem dan etika birokrasi serta pemerintahan; 2 Penguatan jalinan kerjasama antar lembaga dilandasi kompetensi dan komitmen yang tinggi; 3 Peningkatan pelayanan terbaik dan pencapaian rencana dan program, dan mewujudkan keterpaduan multi sektor untuk merumuskan solusi dan alternatif pembangunan daerah; 4 Perkuatan komunikasi, koordinasi dan sinergi dalam hubungan kerja antar lembaga pemerintahan baik vertikal maupun antar bidang; 5 Perkuatan pengembangan kapasitas kelembagaan, otonomi daerah, pemerintahan umum, dan sumber daya aparatur; 6 Perkuatan kinerja birokrasi pemerintahan yang pro bisnis untuk mendukung percepatan pengembangan dunia usaha; 7 Perkuatan pelayanan publik lewat pemanfataan teknologi informasi; 8 Perkuatan kepastian hukum, ketertiban dan keamanan masyarakat; 9 Perkuatan manajemen pencegahan dan penanggulangan bencana.

2.3.1.4 Lima Tahun Keempat 2020-2025

Penekanan pada lima tahun keempat adalah penguatan upaya pencapaian keunggulan daerah melalui sarana-sarana pendukung lanjut, penguatan orientasi kompetisi pada pembangunan SDM unggul, serta ekspansi perekonomian dan industri berbasis keunggulan daerah yang didukung dengan ketersediaan energi. Adapun misi yang sesuai dengan upaya penurunan emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY, meliputi : 1. Untuk mewujudkan sosiokultural dan sosioekonomi yang inovatif, berbasis pada kearifan budaya lokal, ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan rakyat, maka tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan adalah: a. Mewujudkan struktur ruang dan infrastruktur yang mantap yang mampu mengakomodasi dinamika sosial ekonomi masyarakat, dengan prioritas penataan struktur ruang fungsional yang memberikan dampak pertumbuhan ekonomi dan terpenuhinya infrastruktur pelayanan publik bagi kesejahteraan masyarakat. b. Membentuk ekonomi industri kecil, koperasi dan industri kreatif yang kuat serta budaya berkerajinan craftmanship yang menghasilkan produk berkualitas, orisinal, dan berpeluang memperoleh hak paten dengan daya dukung kecukupan energi, dengan prioritas: LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 41 1 Pemantapan budaya berkerajinan craftsmanship didukung pemantapan standard mutu dan orisinalitas paten produk-produk industri kecil dan kerajinan rakyat, serta industri kreatif. 2 Pemantapan industri kreatif dengan mewujudkan sentra industri kreatif terpadu untuk mendukung ekspansi pasar c. Membentuk petani yang dinamis, mandiri, berlandaskan semangat gotong royong dan berorientasi kesejahteraan, dengan prioritas perkuatan, pengembangan, dan pemantapan kelembagaan petani yang berorientasi kemajuan, keuntungan, dan kesejahteraan serta berdasarkan kekhasan kultur gotong-royong. d. Mengintegrasikan wilayah-wilayah hutan dalam kegiatan pariwisata dan rekreasi wana wisata, dalam sistem pendidikan, dan penelitian untuk pengembangan lebih lanjut, dengan prioritas: 1 Pengembangan hutan untuk rekreasi wana wisata; 2 Pemanfaatan hutan untuk pendidikan dan penelitian. e. Mewujudkan sistem kelembagaan dengan kesatuan pandang yang bersifat dialogis dalam penanganan masalah, peningkatan reputasi pembangunan daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat luas, dengan prioritas: 1 Peningkatan hubungan dan sistem kelembagaan yang serasi dan profesional dalam kesamaan pandang yang bersifat dialogis untuk perencanaan dan implementasi program pembangunan; 2 Penanganan masalah pembangunan secara terpadu; 3 Peningkatan reputasi birokrasi serta kepercayaan masyarakat; 4 Perwujudan pembangunan daerah yang maju diiringi peningkatan kesejahteraan masyarakat luas; 5 Perwujudan keadilan, ketenteraman, ketertiban, dan keamanan bagi masyarakat; f. Membudayanya manajeman penanggulangan dan pencegahan bencana.

2.3.2 Rencana Jangka Menengah Provinsi DIY

Dalam hal ini program pembangunan sektor lingkungan hidup sesuai amanat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMD Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah, sebagai berikut : 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup; 2. Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam; 3. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup; 4. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan; 5. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau. Penyelerasan programkegiatan yang tertuang didalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah RPJMD Provinsi DIY tersebut sudah dilakukan dengan merestrukturisasi rincian programkegiatan yang telah disusun pada Tahun 2009 dan disesuaikan pada Tahun berikutnya sampai dengan Tahun 2012. Program didalam RPJMD Provinsi DIY tersebut dijabarkan lagi ke dalam indikator pembangunan daerah yang dapat dilihat pada tabel berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 42 Tabel 2.13 Indikator dan Target Sektor Lingkungan Hidup Menurut RPJMD Provinsi DIY Tahun 2009-2013 INDIKATOR Satuan Target 2009 2010 2011 2012 2013 1. Tingkat Penurunan Pencemaran Udara dan Air: a. Air BOD mglt 10 10 9 9 8 COD mglt 50 50 45 45 40 b. Udara CO ppm 15 15 14 14 13 HCµgm 3 150 150 145 145 140 2. Jumlah Sumber Pencemar Lingkungan yang Tertangani Unit usaha 290 320 360 360 360 3. Penurunan Luas Kerusakan Lahan Ha 3.00 6.00 6.00 9.00 9.00 4. Penurunan Fluktuasi Muka Air Tanah Cm 268.00 263.00 258.00 253.00 248.00 Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012 Melihat dari capaian yang dilakukan berdasarkan hasil evaluasi sampai dengan Tahun 2011, maka dapat dijelaskan bahwa capaian target RPJMD untuk sektor lingkungan hidup sudah terlampaui. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.14 Indikator dan Hasil Capaian Sektor Lingkungan Hidup Menurut RPJMD Provinsi DIY Tahun 2009-2013 INDIKATOR Satuan Realisasi Kondisi yang diinginkan 2013 Target Akhir RPJMD Capaian sd 2011 Capaian sd Tahun 2011 2009 2010 2011 1. Tingkat Penurunan Pencemaran Udara dan Air: • Air BOD mglt 8 3.70 6.63 8 6.63 117.13 COD mglt 17 16.80 20.21 40 20.21 149.48 • Udara CO ppm 10 13.72 6.29 13 6.29 151.62 HCµgm 3 95 177.00 100.34 140 100 128.33 2. Jumlah Sumber Pencemar Lingkungan yang Tertangani Unit usaha 302 408 410 360 1,120 311.11 3. Penurunan Luas Kerusakan Lahan Ha 8 15.00 7.50 9.00 30.50 338.89 4. Penurunan Fluktuasi Muka Air Tanah Cm 188 76.00 197.00 248.00 197.00 120.56 Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012

2.3.3 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY

Didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY secara eksplisit belum menyebutkan upaya rencana penanganan permasalahan Gas Rumah Kaca, namun kebijakan-kebijakan didalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DIY pada dasarnya sudah memberikan beberapa rekomendasi lanjutan terkait dengan upaya penurunan emisi Gas rumah Kaca. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 43

2.3.3.1 Rencana Pengembangan Jaringan Jalan

Kebijakan pengembangan jaringan jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2, sebagai berikut : • Meningkatkan aksesibilitas ke seluruh Wilayah Daerah dan menembus keterisolasian; • Menciptakan keterpaduan yang maksimal antar berbagai moda transportasi Wilayah dan kota di Daerah;dan • Meningkatkan efektivitas dan efisiensi jaringan jalan. Dalam hal ini kebijakan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi tundaan lalu lintas yang berimplikasi pada penurunan Biaya Operasional Kendaraan dan penurunan konsumsi Bahan Bakar, serta penurunan emisi pada saat terjadi tundaan lalu lintas.

2.3.3.2 Rencana Pengembangan Prasarana Sumberdaya Air

Kebijakan pengembangan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 2 sebagai berikut : • Menjaga keseimbangan ekosistem; • Mengembangkan dan mengelola sumber daya air secara terpadu berbasis wilayah sungai dan terintegrasi dengan cekungan air tanah. • Mengembangkan jaringan prasarana sumber daya air untuk melayani lahan pertanian, kawasan permukiman, prasarana lingkungan perkotaan, industri, dan pengembangan kawasan strategis; • Wilayah sungai sebagaimana dimaksud dalam huruf b adalah wilayah Sungai Progo- Opak-Serang; dan • Mengurangi daya rusak air secara fisik dan non fisik.

2.3.3.3 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Bawahan

Kebijakan penetapan kawasan lindung bawahan adalah dengan memantapkan fungsi lindung kawasan hutan lindung dan kawasan resapan air.

2.3.3.4 Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung Setempat

Kebijakan penetapan kawasan lindung setempat adalah memantapkan fungsi lindung Kawasan Sempadan Pantai, Kawasan Sempadan Sungai, Kawasan Sempadan Waduk, Embung, Telaga, Laguna, dan Kawasan Sempadan Mata Air.

2.3.3.5 Rencana Pola Ruang Kawasan Suaka Alam

Kebijakan penetapan kawasan suaka alam adalah memantapkan fungsi lindung kawasan cagar alam, kawasan taman hutan raya, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.

2.3.3.6 Rencana Pola Ruang Kawasan Suaka Margasatwa

Kebijakan penetapan kawasan suaka margasatwa adalah untuk memantapkan fungsi lindung.

2.3.3.7 Rencana Pola Ruang Kawasan Rawan Bencana

Kebijakan penetapan kawasan rawan bencana alam adalah untuk memantapkan fungsi lindung dan upaya menyelamatkan manusia serta kegiatan hidupnya.

2.3.3.8 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Hutan Produksi

Kebijakan pengembangan kawasan peruntukan hutan produksi adalah, sebagai berikut : LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 44 1. Melestarikan kawasan hutan produksi sebagai kawasan hutan yang berkelanjutan untuk mendukung kebutuhan papan, energi dan pangan; 2. Mengembangkan hutan produksi untuk diversifikasi hutan kayu dan non kayu untuk menciptakan peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan; 3. Mengoptimalkan produktifitas kawasan hutan produksi; 4. Mempertahankan fungsi kawasan hutan; dan 5. Memanfaatkan kawasan hutan sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang

2.3.3.9 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Pertanian

Kebijakan penetapan kawasan peruntukan pertanian adalah, sebagai berikut : a. Pada kawasan peruntukan pertanian lahan basah dengan : • melestarikan kawasan peruntukan pertanian lahan basah sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan, menjaga ketersediaan lapangan kerja di bidang pertanian, dan menjaga keseimbangan lingkungan hidup; • mengendalikan alih fungsi lahan pertanian;dan • pemanfaatan lahan untuk pembangunan diluar sektor pertanian diarahkan pada lahan pertanian yang telah dikonversi sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang. b. Pada kawasan pertanian lahan kering dengan : • Melestarikan kawasan pertanian lahan kering sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan untuk mendukung ketahanan pangan dan energi; • Mengembangkan kawasan pertanian lahan kering untuk diversifikasi sumber pangan, dan sumber energi serta untuk menciptakan peluang ekonomi; • Mengoptimalkan produktifitas kawasan kawasan pertanian lahan kering; • Mengendalikan alih fungsi lahan pertanian, kecuali untuk kepentingan umum;dan • Pemanfaatan lahan untuk pembangunan diarahkan pada lahan pertanian yang telah dikonversi sesuai dengan Rencana Rinci Tata Ruang.

2.3.3.10 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Pertambangan

Kebijakan penetapan kawasan peruntukan pertambangan dimaksudkan untuk memanfaatkan potensi sumber daya mineral, batu bara dan panas bumi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.

2.3.3.11 Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya Peruntukan Industri

Kebijakan penetapan kawasan peruntukan industri adalah, sebagai berikut : • Mengembangkan kawasan untuk kegiatan industri Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; dan • Mengembangkan kegiatan industri yang tidak menimbulkan pencemaran.

2.3.3.12 Rencana Penetapan Kawasan Strategis

Kawasan Strategis di Daerah beberapa diantaranya adalah kebijakan yang terkait dengan upaya pengendalian kondisi lingkungan hidup di Provinsi DIY, meliputi : a. Kawasan strategis pendayagunaan sumberdaya alam danatau teknologi tinggi Kawasan strategis pendayagunaan sumberdaya alam danatau teknologi tinggi terdiri atas : LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 45 • Kawasan pantai selatan untuk pembangkit listrik tenaga angin dan gelombang laut di Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Gunungkidul;dan • kawasan teknologi tinggi di wilayah Gunung Merapi Kabupaten Sleman. b. Kawasan strategis lindung dan budidaya Kawasan strategis lindung dan budidaya terdiri atas : • Kawasan strategis nasional meliputi Taman Nasional Gunung Merapi seluas 1.743,250 ha di Kecamatan Turi,Cangkringan dan Pakem Kabupaten Sleman. • Kawasan strategis provinsi meliputi : − kawasan ekogeowisata karst di Kabupaten Gunungkidul; − kawasan Parangtritis dan gumuk pasir di Kabupaten Bantul;dan − kawasan Pantai Wedi Ombo di Kabupaten Gunungkidul.

2.3.4 Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY

Rencana Strategis yang disusun oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi DIY dan disahkan didalam Keputusan Kepala Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 6603556 Tentang Rencana Strategis Badan Lingkungan Hidup Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2013, meliputi : 1. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup dengan rencana kegiatan, sebagai berikut : • Pengelolaan kualitas air sungai, air tanah, dan air laut; • Pencemaran air dari kegiatan industri; • Pencemaran udara; • Pestisida dari kegiatan pertanian; • Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap Lingkungan Hidup yang masih relatif rendah; • Penegakan hukum lingkungan; • Komitmen para pengambil keputusan untuk berpihak kepada kepentingan Lingkungan Hidup; • Pengelolaan limbah domestik dan kegiatan lainnya; • Pengelolaan sampah padat organik dan anorganik; • Mewujudkan estetika lingkungan; • Membangun komitmen para pengambil keputusan untuk berpihak kepada kepentingan Lingkungan Hidup. 2. Program perlindungan dan Konservasi Sumberdaya Alam dengan Rencana Kegiatan, sebagai berikut : • Peningkatan kuantitas air tanah; • Penanganan akibat penambangan pasir galian golongan C; • Penanganan kerusakan gumuk pasir; • Pengelolaan vegetasi pantai; • Abarasi dan ablasi pantai; • Peningkatan kualitas sabuk hijau; • Rehabilitasi lahan kritis; • Pengendalian erosi tanah; • Pengendalian tanah longsor; • Penanganan kerusakan hutan; • Peningkatan fungsi daerah tangkapan air; • Pengelolaan keanekaragaman hayati; • Penanganan kerusakan karst; • Penanganan perubahan bentang lahan dan aih fungsi lahan; LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 46 • Membangun komitmen para pengambil keputusan untuk berpihak kepada kepentingan Lingkungan Hidup; • Penanganan terhadap pelanggaran sempadan sungai; • Penanganan terhadap penambangan emas tak berizin. 3. Program peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup dengan rencana kegiatan, sebagai berikut : • Peningkatan sinergitas antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan Lingkungan Hidup. • Data dan informasi Lingkungan Hidup sebagai basis data dalam perencanaan pengelolaan Lingkungan Hidup. 4. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau dengan rencana kegiatan, sebagai berikut : • Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau; • Membangun komitmen para pengambil keputusan untuk berpihak kepada kepentingan Lingkungan Hidup.

2.4 Permasalahan Emisi Gas Rumah Kaca

Didalam pembahasan permasalahan emisi gas rumah kaca, pembahasan dilakukan secara umum dan secara khusus pada lokasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

2.4.1 Permasalahan Umum Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida CO 2 dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO 2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk menyerapnya. a. Energi yang masuk ke Bumi: b. 25 dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer c. 25 diserap awan d. 45 diserap permukaan bumi e. 5 dipantulkan kembali oleh permukaan bumi Energi yang diserap dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan permukaan bumi. Namun sebagian besar inframerah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan dan gas CO 2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di bumi tidak terlalu jauh berbeda. Selain gas CO 2 , yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah belerang dioksida, nitrogen monoksida NO dan nitrogen dioksida NO 2 serta beberapa senyawa organik seperti gas metana dan klorofluorokarbon CFC. Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam meningkatkan efek rumah kaca. Sebagai akibat dari pengaruh gas rumah kaca adalah meningkatnya suhu permukaan bumi yang mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara kepulauan akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar. Menurut perhitungan simulasi, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu rata-rata bumi 1- 5 °C. Bila kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan pemanasan global antara 1,5-4,5 °C sekitar tahun 2030. Dengan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rum meningkatnya konsentrasi ga panas yang dipantulkan d mengakibatkan suhu permuka permasalahan akibat sumber- Gambar 2.11 Permasalah Berikut dapat dilihat pula kond memantulkan radiasi sinar ma Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 201 gas CO2 di atmosfer, maka akan semakin b dari permukaan bumi diserap atmosfer kaan bumi menjadi meningkat. Secara -sumber gas rumah kaca dapat dilihat pada g ahan Umum Peningkatan Emisi Gas Rumah ndisi permukaan bumi pada saat gas rumah k atahari keluar dari atmosfer. 2012 47 banyak gelombang fer. Hal ini akan ra lebih jelasnya a gambar berikut ini. ah Kaca h kaca menahan dan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 48 Gambar 2.12 Siklus Gas Rumah Kaca Menahan dan Memantulkan Radiasi Sinar Matahari di Atmosfer Bumi

2.4.2 Permasalahan Peningkatan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY

Permasalahan peningkatan emisi gas rumah kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum terjadi sebagai akibat dari peningkatan pertumbuhan jumlah penduduk yang berdampak pada meningkatnya aktivitas penduduk. Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa peningkatan Gas Rumah Kaca terjadi sebagai akibat dari beberapa peningkatan gas, sebagai berikut : 1. Uap Air Uap air adalah gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi secara regional, dan aktivitas manusia tidak secara langsung memengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. 2. Karbondikosida CO 2 Manusia telah meningkatkan jumlah karbondioksida yang dilepas ke atmosfer ketika mereka membakar bahan bakar fosil, limbah padat, dan kayu untuk menghangatkan bangunan, menggerakkan kendaraan dan menghasilkan listrik. 3. Gas Metana LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 49 Gas metana dilepaskan selama produksi dan transportasi batu bara, gas alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah organik di tempat pembuangan sampah landfill, bahkan dapat keluarkan oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari pencernaan. 4. Nitrogen Dioksida Nitrogen oksida adalah gas insulator panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Ntrogen oksida dapat menangkap panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida. Konsentrasi gas ini telah meningkat 16 persen bila dibandingkan masa pre-industri 5. Gas Lainnya Hidrofluorokarbon HCFC-22 terbentuk selama manufaktur beberapa produk termasuk busa dan insulasi. Secara lebih jelasnya dapat dilihat beberapa sumber gas rumah kaca secara umum pada gambar berikut ini. Gambar 2.13 Sumber Gas Rumah Kaca

2.4.2.1 Permasalahan Fisik

Untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta permasalahan secara fisik yang menyebabkan terjadinya peningkatan emisi Gas Rumah kaca terjadi sebagai akibat dari : 1. Peningkatan aktivitas transportasi akibat pertumbuhan kendaraan bermotor yang memicu permasalahan tundaan sampai dengan kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang memicu pula terhadap terjadinya peningkatan kadar zat CO 2 , NO, serta Pb. Dalam hal ini volume kendaraan, kendaraan tertunda, umur kendaraan, serta jenis bahan bakar yang digunakan akan sangat berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah zat pencemar yang dihasilkan. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambarf berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 50 Gambar 2.14 Permasalahan Transportasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 2. Peningkatan pertumbuhan aktivitas industri baik industri kecil maupun jenis industri yang memicu terjadinya permasalahan peningkatan kadar zat pencemar baik pencemaran air maupun pencemaran udara. Kadar zat pencemar udara dapat berupa gas CO 2 , Pb, serta secara khusus adalah berupa Hidrofluorokarbon HCFC-22 sebagai akibat dari proses produksi pada industri manufaktur, termasuk busa dan insulasi, perabotan furniture, dan tempat duduk di kendaraan, serta beberapa industri maupun limbah lainnya. 3. Peningkatan timbunan sampah baik domestik, industri, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan pendidikan, serta aktivitas lainnya memicu peningkatan gas metan yang dominan akan terjadi pada areal-areal penumpukan sampah, terutama pada area Tempat Pembuangan Sementara maupun lokasi-lokasi Tempat Pembuangan Akhir TPA di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta; Gambar 2.15 Penumpukan Sampah Pada Beberapa Lokasi di Provinsi DIY 4. Peningkatan akitivitas peternakan yang mendorong peningkatan kotoran hewan, terutama sapi di Provinsi DIY mengalami peningkatan dan perkembangan yang mendorong pada peningkatan gas rumah kaca jenis Metana; LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 51 Gambar 2.16 Peternakan Sapi di Provinsi DIY 5. Pengusahaan lahan pertanian memberikan pengaruh signifikan terhadap terjadinya peningkatan gas rumah kaca jenis Nirogen Oksida. Pengusahaan lahan pertanian yang tidak memperhatikan kondisi lahan, sehingga tanah banyak diantaranya mengalami kerusakan salah satunya adalah berkurangnya kesuburan tanah. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. Gambar 2.17 Lahan Pertanian di Provinsi DIY 6. Meningkatnya kebutuhan penduduk, serta tuntutan kenyamanan yang dalam hal ini melibatkan beberapa penggunaan perabotperalatan rumah tangga dan kantor di Provinsi DIY adalah berupa Air Conditioner yang terpasang baik di rumah-rumah, kawasan perkantoran, serta pada kendaraan bermotor juga memicu peningkatan gas rumah kaca jenis CFC. Jenis perabot lainnya yang berpotensi memberikan pengaruh terhadap peningkatan gas rumah kaca jenis CFC adalah lemari pendingin. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 52 Gambar 2.18 Jenis Refrigerant Penghasil Gas Rumah Kaca 7. Deforestrasi dan degradasi kawasan hutan menyebabkan terjadinya permasalahan lingkungan yang dalam hal ini akan berdampak pada berkurangnya tanaman penyerap karbon. Sebagai akibat dari deforestrasi dan degradasi kawasan hutan adalah ketidakseimbangan ekosistem tanaman penyerap karbon yang semakin mengalami penurunan jumlah pada suatu wilayah yang menyebabkan meningkatnya suhu udara akibat dari meningkatnya kadar zat karbon yang mengikat gas rumah kaca di Provinsi DIY. Deforestrasi dan degradasi kawasan hutan juga akan menyebabkan terjadinya permasalahan lahan kritis pada suatu wilayah; Gambar 2.19 Lahan Kritis di Provinsi DIY 8. Penambangan pada kawasan karst, penambangan pasir pantai, serta penambangan pasir sungai akan menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan. Sebagai akibat dari kegiatan penambangan tersebut adalah terjadinya kerusakan lahan, kerusakan kawasan karst yang berfungsi sebagai penyerap dan penyimpan cadangan air ke dalam tanah, sehingga akan menyebabkan terjadinya kekeringan pada suatu lokasi. Kegiatan penambangan lainnya adalah penambangan pasir besi yang memicu terjadinya kerusakan terhadap lingkungan diantaranya adalah, sebagai berikut : • Kerusakan lahan bekas tambang; • Merusak lahan perkebunan dan pertanian; • Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan; LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 53 • Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya; • Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi, dan lain sebagainya; • Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir; • Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati; • Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke laut akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut; • Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan; • Sarana dan prasarana seperti jalan dan infrastruktur lainnya mengalami rusak berat. Gambar 2.20 Penambangan Karst dan Pasir di Provinsi DIY 9. Proses eksploitasi dan eksplorasi air yang semakin mengalami peningkatan akan menyebabkan terjadinya peningkatan fluktuasi air tanah;

2.4.2.2 Permasalahan Ekonomi, Sosial, dan Budaya

Permasalahan terjadinya peningkatan emisi Gas Rumah Kaca merupakan permasalahan turunan yang disebabkan oleh peningkatan aktivitas penduduk di Provinsi DIY. Dalam hal ini permasalahan ekonomi, sosial, dan budaya. Permasalahan ekonomi, sosial, dan budaya tentunya merupakan permasalahan yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal ini merupakan komponen klasik yang terjadi di Provinsi DIY yang merupakan bagian dari Republik Indonesia dan masuk dalam kategori Negara Dunia ke-tiga. Adapun permasalahan-permasalahan yang termasuk kategori ekonomi, sosial, dan budaya adalah, sebagai berikut : 1. Kemiskinan menjadi salah satu faktor terjadinya deforestrasi dan degradasi kawasan hutan. Penduduk pada sekitar kawasan hutan dengan tingkat kesejahteraan yang rendah secara umum akan memicu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pembalakan hutan dan pencurian kayu-kayu hutan disekitar lokasi mereka bermukim. Lebih dari itu permasalahan tidak hanya pada deforestrasi dan degradasi areal hutan, namun juga terjadi pada penambangan kawasan karst, pasir besi, serta pasir pada kawasan sekitar sungai. Upaya memenuhi kebutuhan secara mudah dilakukan oleh penduduk untuk meningkatkan kesejahteraan, sehingga lingkungan alam menjadi salah satu bagian yang dikorbankan; 2. Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan hidup, diantaranya adalah dalam penggunaan air conditioner dan almari es, kurangnya kesadaran dalam membuang, mereduksi, serta dalam pengolahan kembali sampah yang dapat menjadi LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 54 sumber gas rumah kaca. Lebih dari itu adalah kesadaran dalam pemeliharaan kawasan hutan, serta upaya mereduksi terjadinya alih fungsi lahan pertanian masih sangat kurang. Hal ini berkorelasi terhadap pemenuhan kebutuhan penduduk akan peningkatan kesejahteraan dan peningkatan pemenuhan kebutuhan kawasan hunian. Sebagai akibat dari permasalahan tersebut adalah semakin berkurangnya lahan hutan sebagai sumber penyerpan karbon, berkurangnya kawasan catchment area, serta terancamnya ketahanan pangan lokal maupun nasional, terutama di Provinsi DIY;

2.4.2.3 Komitmen dalam Pemeliharaan Lingkungan

Komitmen menjadi salah satu komponen penting dalam pemeliharaan masalah lingkungan. Dalam hal ini komitmen akan berpengaruh secara politik terhadap kondisi lingkungan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Keberpihakan terhadap lingkungan tentunya harus terwujud dalam berbagai macam kegiatan dan upaya, khususnya dalam kegiatan perencanaan dan pembangunan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Komitmen lingkungan dalam hal ini akan berdampak secara luas terutama terhadap peningkatan emisi gas rumah kaca. Permasalahan kurangnya komitmen ini dapat dilihat dari : 1. Perencanaan pembangunan masih bersifat incremental dan belum terintegrasi dengan kaidah-kaidah lingkungan hidup secara terpadu; 2. Dalam kegiatan perencanaan dan pembangunan kaidah secara lingkungan masih belum secara luas terpenuhi, sebagai contoh produk perencanaan pembangunan tidak semuanya memuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis, belum secara luas dikembangkan konsep green building, 3. Programkegiatan pembangunan terutama dalam upaya mereduksi masalah lingkungan yang berdampak pada peningkatan emisi gas rumah kaca masih belum diintegrasikan secara menyeluruh di semua sektor kegiatan; 4. Masih adanya pertentangan kebijakan sektor lingkungan, khususnya dalam pengendalian emisi dengan kebijakan peningkatan pendapatan daerah, serta peningkatan pertumbuhan ekonomi wilayah, sebagai contoh masalah pertumbuhan kendaraan bermotor, pertumbuhan aktivitas industri, pertumbuhan kawasan permukiman baru untuk memenuhi kebutuhan hunian, pertumbuhan aktivitas ekonomi dan sektor informal pedagang kaki lima, ojek, angkutan plat hitam;

2.4.3 Dampak Aktivitas yang Memicu Peningkatan Gas Rumah Kaca

Dampak dari aktivitas yang memberikan pengaruh peningkatan gas rumah kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini dapat mulai dirasakan, diantaranya adalah, sebagai berikut : 1. Peningkatan suhu udara di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dari sekitar 24-32 C yang mengalami peningkatan menjadi 33 C; 2. Iklimcuaca menjadi lebih ekstrim lebih sering terjadi dimana suhu udara akibat gelombang panas menjadi lebih sering terjadi; 3. Perubahan musim yang tidak menentu, dimana musim hujan dan musim kemarau sampai saat ini tidak dapat diprediksi bulan terjadinya pergantian musim; 4. Peningkatan muka air laut di Kawasan pesisir bagian Selatan di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo; 5. Abrasi pantai di kawasan pesisir di Kabupaten Gunungkidul, Kabupaten Bantul, dan Kabupaten Kulon Progo; 6. Banyak bermunculannya bencana alam berupa angin putting beliung yang semakin meningkat intensitasnya; 7. Gangguan kesehatan karena perubahan cuacaiklim yang ekstrim. LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 55

BAB 3 PEMBAGIAN URUSAN

DAN RUANG LINGKUP Pembagian urusan dan ruang lingkup substansi penyusunan Rencana Aksi Daerah RAD tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta secara umum dikelompokkan berdasarkan kondisi eksiting wilayah studi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, serta permasalahan tiap bidang yang terjadi pada beberapa wilayahkawasan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kaidah pembagian sektorbidang didasarkan pada Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca. Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional tentang Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca, sektor yang menjadi target sasaran dalam penurunan emisi gas rumah kaca, meliputi : 1. Bidang Pertanian; 2. Bidang Kehutanan dan Lahan Gambut; 3. Bidang Energi dan Transportasi; 4. Bidang Industri; 5. Bidang Pengelolaan Limbah; 6. Kegiatan Pendukung Lainnya. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, maka pengampu bidang atau kegiatan-kegiatan tersebut diatas dapat dikelompokkan sesuai dengan kewenangan dan pengelolaan tiap bidangsektor. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 3.1 Matrik Pembagian Urusan dan Ruang Lingkup Sumber Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Bidang Sumber Data Potensi Sumber Emisi Gas Rumah Kaca Wilayah Pertanian Dinas Pertanian, Survei Primer Visualisasi • Kotoran Ternak pada Peternakan skala besar; • Kotoran ternak dari ternak masyarakat; • Kabupaten Gunungkidul sebagai salah satu sumber terbesar karena memiliki potensi ternak yang cukup dominan; • Kabupaten Sleman; • Kabupaten Bantul; • Produksi Biomassa; • Kabupaten Bantul; • Kabupaten Sleman. • Konversi lahan pertanian menjadi non pertanian • Kabupaten Sleman menjadi permukiman dan area perdagangan dan jasa; • Kabupaten Bantul menjadi permukiman PEMBAGIAN URUSAN PEMBAGIAN URUSAN PEMBAGIAN URUSAN PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP DAN RUANG LINGKUP DAN RUANG LINGKUP DAN RUANG LINGKUP 3 3 3 3 BAB BAB BAB BAB LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 56 Bidang Sumber Data Potensi Sumber Emisi Gas Rumah Kaca Wilayah Kehutanan Dinas Kehutanan, PLSH UGM • Perubahan tutupan lahan • Kabupaten Sleman; • Kabupaten Kulon Progo; • Kabupaten Gunungkidul; • Kabupaten Bantul. • Kekeringan dan Lahan Kritis • Kabupaten Gunungkidul • Kabupaten Kulon Progo Energi Dinas PUPESDM, Badan Pusat Statistik • Pertumbuhan aktivitas yang mendorong peningkatan penggunaan energi listrik • Area Perkotaan Yogyakarta, Provinsi DIY • Penggunaan listrik yang tidak hemat energi • Area Perkotaan Yogyakarta, Provinsi DIY • Penggunaan bahan bakar fosil untuk kegiatan sektor energi khusus pembangkit listrik diluar DIY • Provinsi DIY Transportasi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika, Badan Lingkungan Hidup, Badan Pusat Statistik • Pertumbuhan aktivitas tata guna lahan baru pendidikan, wisata, perdagangan dan jasa, dsb. • Area Perkotaan Yogyakarta • Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor pribadi • Provinsi DIY • Bangkitan dan tarikan perjalan tinggi terutama mengarah pada Area Perkotaan Yogyakarta • Provinsi DIY • Percampuran arus lalu lintas kendaraan pribadi dan angkutan umum • Provinsi DIY • BRT tidak berfungsi optimal karena masih menggunakan sistem lane, sehingga lajur BRT bercampur dengan arus lalu lintas lain. • Area Perkotaan Yogyakarta • Koridor BRT masih dilewati angkutan umum masal • Area Perkotaan Yogyakarta • Fase merah yang terlalu panjang pada traffic light yang menyebabkan peningkatan antrian kendaraan • Area Perkotaan Yogyakarta • Penurunan kinerja jalan akibat hambatan samping jalan dan tata guna lahan sekitar jalan • Kawasan Perkotaan di Provinsi DIY Kota Yogyakarta, Wonosari, Wates, Sleman • Struktur ruang polysentris pada wilayah Provinsi DIY mendorong terjadinya urban sprawl dan panjang perjalanan lebih jauh • Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta • Struktur ruang berbentuk grid yang memungkinkan banyak simpang • Area Perkotaan Yogyakarta • Peningkatan arus lalu lintas regional terutama pada musim liburan peak- hour yang membebani • Area Perkotaan Yogyakarta LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 57 Bidang Sumber Data Potensi Sumber Emisi Gas Rumah Kaca Wilayah jaringan jalan perkotaan • Perilaku pengemudi kendaraan bermotor tidak menerapkan prinsip Smart Driving • Area Perkotaan Yogyakarta • Pemborosan bahan bakar fosil akibat penggunaan yang berlebihan pada sektor transportasi • Provinsi DIY Industri Dinas Perindustrian • Pencemaran udara dari hasil proses produksi industri • Industri di Provinsi DIY • Penggunaan bahan bakar fosil untuk proses produksi • Provinsi DIY Pengelolaan Limbah Badan Lingkungan Hidup, Kartamantul, Balai IPAL • Pembuangan limbah rumah tangga ke sungai • Area Perkotaan Yogyakarta Kawasan Sungai Code, Gajah Wong, Winongo • Pembuangan limbah industri ke sungai • Area Perkotaan Yogyakarta Kawasan Sungai Code, Gajah Wong, Winongo • Pemilahan sampah belum banyak dilakukan • Provinsi DIY • Tingkat kesadaran masyarakat yang rendah dalam mengelola sampah misalnya dalam penerapan 3R • Provinsi DIY • Belum ada pembatasan produksi sampah melalui mekanisme insentif dan disinsentif • Provinsi DIY Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012 LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 58

BAB 4 ANALISIS EMISI GAS RUMAH KACA DI PROVINSI