Kondisi Hidrologi Kondisi Fisik Alam Provinsi DIY

LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 12 sawah sudah mendapat irigasi seluas 84,08 . Namun demikian, telah terjadi pergeseran fungsi lahan sawah menjadi lahan bukan sawah dengan rata-rata sebesar 0,39 per tahun terhitung dari tahun 2001 hingga 2007. Faktor pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perubahan ini. Jumlah penduduk yang terus meningkat serta banyaknya perubahan lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman, fasilitas umum serta sarana dan prasarana kerja terkait dengan penggunaan lahan sektor non pertanian.

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi

Suhu udara tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 18 o C sampai dengan 24 o C. Curah hujan tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 718 mmth sampai 2292,3 mmth. Curah hujan yang rendah umumnya dijumpai di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul, sedangkan curah hujan yang relatif tinggi dijumpai di wilayah Kabupaten Sleman. Berdasarkan fakta ini dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya air yang besar ditinjau dari banyaknya input dari air hujan. Data suhu dan curah hujan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Suhu Udara dan Curah Hujan Rata-rata Provinsi DIY Tahun 2010 Bulan Suhu Udara o C Jumlah Hujan mm Jumlah Hari Hujan kali Minimum Maksimum Rata-Rata Januari 21,0 32,6 26,2 316,5 20 Februari 21,0 32,4 25,7 311,7 24 Maret 22,0 34,2 26,7 249,4 18 April 22,6 34,3 27,3 191,0 15 Mei 21,8 33,2 26,8 122,3 17 Juni 20,4 34,0 26,6 41,6 2 Juli 18,2 33,8 25,2 2 Agustus 18,9 34,0 25,4 1 September 21,0 34,4 26,8 Oktober 21,0 37,9 27,8 70,3 8 November 24,0 37,2 27,9 120,9 16 Desember 22,2 34,0 27,5 184,9 14 Sumber: DIY Dalam Angka, Tahun 2010

2.1.1.7 Kondisi Hidrologi

Sumberdaya air utama di D. I. Yogyakarta adalah Wilayah Sungai WS Progo-Opak-Oyo yang berasal dari Daerah Aliran Sungai DAS Progo, DAS Opak dan DAS Serang. Potensi sumberdaya air WS Progo-Opak-Oyo berasal dari air hujan, air permukaan, air tanah, mata air, sungai bawah tanah, waduk dan embung. Ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air berasal dari air hujan, air permukaan, dan air tanah. Potensi paling besar untuk dimanfaatkan adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, dan waduk. Potensi air di Provinsi D. I. Yogyakarta adalah curah hujan rata-rata 1.700 mm - 4.000 mm per tahun, air permukaan meliputi S. Progo Debit rerata 58.5m 3 det. St. Kalibawang, S. Opak debit rerata 12.35 m 3 det. St. Karangsemut, S. Oyo debit rerata 9.31 m 3 det. St. Bunder, S. Serang debit rerata 10.8 m 3 det. St. Durungan, sungai bawah tanah meliputi SBT Bribin debit rerata 956 ltdet, SBT Ngobaran debit rerata 700 ltdet, SBT Seropan debit rerata 800 ltdet, SBT Baron debit rerata 100 ltdet. Total ketersediaan air di Provinsi D. I. Yogyakarta adalah 6.342.455.367 m 3 , sedangkan pemanfaatannya untuk keperluan domestik, industri, dan pertanian sebanyak 1.670.750.084 m 3 Neraca SDA Provinsi D. I. Yogyakarta, 2007. Pemanfaatan air di Provinsi D. I. Yogyakarta meliputi irigasi sesuai dengan UU No 7 Tahun 2004 dan PP No 20 Tahun 2006, kewenangan provinsi adalah daerah irigasi dengan luasan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 13 1.000-3.000 ha dan daerah irigasi lintas kabupatenkota. Selain itu juga dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga, perkotaan, dan industri RKI serta pemanfaatan lain untuk tenaga listrik dan penggelontoran. Kebutuhan air untuk rumah tangga dipenuhi melalui sistem air pipa PDAM, sumur dan hidran umum. Pemanfaatan air untuk industri berasal dari air tanah sumur dalam dan sebagian kecil memakai air dan sistem suplai perpipaan. Pemanfaatan air untuk tenaga listrik mikro hidro dilakukan di Saluran Van Der Wicjk dan Saluran Mataram dengan memanfaatkan air irigasi yang sudah ada. Pemanfaatan air untuk penggelontoran dilakukan dalam sistem penggelontoran sanitasi perkotaan dengan menggunakan air permukaan. Saat ini terjadi penurunan kuantitas dan kualitas air yang mengalir di badan sungai. Penurunan kuantitas terjadi sebagai akibat terganggunya fungsi hidrologi sebagai dampak penggunaan tanah atau alih fungsi lahan dan pengelolaan tanah yang tidak dikendalikan di daerah tangkapan air. Penurunan kualitas air akibat peningkatan limbah cair dari kegiatan penduduk dan berkembangnya industri. Selain itu juga terjadi pemakaian air yang tidak efisien, terutama untuk keperluan irigasi dan kolam ikan.

2.1.2 Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan

Luas lahan bukan pertanian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah 92.400 Hektar, sedangkan lahan pertanian dibagi menjadi 2, yaitu lahan sawah dengan luas 56.538 Ha dan non pertanian seluas 169.602 Hektar. Luas total adalah 318.580 Hektar. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.2 Luas Lahan Pertanian dan Non Pertanian di Provinsi D. I. Yogyakarta Tahun 2011 Ha KabupatenKota RegencyCity Luas Lahan Pertanian Agricultural Area Luas Lahan Bukan Pertanian Non Agricultural Area Jumlah Total Sawah Wetland Bukan Sawah Dry land 1 2 3 4 5

1. Kulonprogo 10 304

35 027 13 296 58 627

2. Bantul 15 465

13 628 21 592 50 685

3. Gunungkidul 7 865

104 117 36 554 148 536

4. Sleman 22 819

16 643 18 020 57 482

5. Yogyakarta 85

187 2 978 57 482 Provinsi DIY 56 538 169 602 92 440 318 580 Sumber : Provinsi DIY dalam Angka, Tahun 2011

2.1.3 Kondisi Kependudukan

Laju pertumbuhan penduduk di D. I. Yogyakarta antara 2003-2007 sebanyak 135.915 jiwa atau kenaikan rata-rata pertahun sebesar 1,1. Umur Harapan Hidup UHH penduduk di D. I. Yogyakarta menunjukkan kecenderungan yang meningkat dari 72,4 tahun pada tahun 2002 menjadi 72,9 tahun pada tahun 2005. Ditinjau dari sisi distribusi penduduk menurut usia, terlihat kecenderungan yang semakin meningkat pada penduduk usia di atas 60 tahun. Jumlah penduduk di Provinsi D. I. Yogyakarta menurut sensus Tahun 2010 sebanyak 3.457.491 jiwa dengan proporsi 49,43 laki-laki dan 50,57 perempuan. Pertumbuhan penduduk pada Tahun 2010 sebesar 1,02 realtif lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan penduduk tahun sebelumnya. Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman memiliki angka pertumbuhan penduduk di atas angka provinsi, masing- masing sebesar 1,55 dan 1,92.