LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
144
4.2.1.2 Penanganan Persilangan Tidak Sebidang Pada Jalur Kereta Api
Penanganan persilangan tidak sebidang dengan rel kereta api dilakukan dengan melakukan pembangunan overpass, flyover, underpass atau merubah menjadi persilangan tidak
sebidang merupakan mekanisme yang sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Kereta Api. Dalam hal ini dapat disebutkan beberapa klausul tentang aturan
tersebut, yaitu :
1. Berdasarkan pendekatan kebijakan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007, maka perlu dilihat bahwa secara hukum terdapat beberapa point penting yang harus
dicermati, yaitu terdapat klausul atau pasal-pasal yang telah menetapkan bahwa sebagai pengguna jalan wajib Mendahulukan perjalanan kereta api di perpotongan
sebidang dengan jalan.
2. Kemudian kaitannya dengan kebutuhan pembangunan persilangan sebidang dengan kereta api di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, sudah terdapat penegasan yang
menyebutkan bahwa : a. Perpotongan antara jalur kereta api dan jalan dibuat tidak sebidang;
b. Untuk keselamatan perjalanan kereta api dan pemakai jalan, perlintasan sebidang
yang tidak mempunyai izin harus ditutup; c. Penutupan perlintasan sebidang sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan
oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah; d. Pada perpotongan sebidang antara jalur kereta api dan jalan, pemakai jalan wajib
mendahulukan perjalanan kereta api. Secara lebih jelasnya untuk 1 satu persilangan sebidang antara jalan dengan kereta api
dapat dihitung kondisi lalu lintas yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.68 Hasil Perhitungan Persilangan Sebidang Eksisting dan Setelah
Dilakukan Pembangunan Persilangan Tidak Sebidang
No. Rekapitulasi Kondisi Arus Lalu Lintas
Eksisting Intrv.
FO Selisih
1 Total Delay hr
49.9 16.3
33.6
2 DelayVehicle s
425.7 91.5
334.2
3 Stop DelayVehicle hr
389 460
-71
4 Travel Dist mi
52.8 95.5
-42.7
5 Travel Time hr
51.9 20.4
31.5
6 Average Speed mph
4 11
-7
7 Fuel Used gal
14 8.5
5.5
8 Vehicle Entered
423 640
-217
9 Vehicle Exited
421 644
-223
10 Hourly Exit Rate
2526 3864
-1338
11 Input Volume
12030 11120
910
12 of Volume
21 35
-14
13 Denied Entry Before
63 40
23
14 Denied Entry After
446 99
347
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Dengan melakukan perhitungan tersebut maka didapat hasil perhitungan bahan bakar minyak pada persilangan sebidang eksisting dan setelah dilakukan pembangunan
persilangan tidak sebidang antara jalan dan rel kereta api didapat angka yang secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
145
Tabel 4.69 Hasil Perhitungan Bahan Bakar Pada Persilangan Sebidang Eksisting
dan Setelah Dilakukan Pembangunan Persilangan Tidak Sebidang
JENIS KENDARAAN BBM
AVR JARAK EKSISTING KL
FO KL
Kendaraan Tidak Bermotor
no Synchro
no no
Sepeda Motor Bensin
Synchro 4.22
2.56
Mobil Penumpang Bensin Bensin
Synchro 0.63
0.38
Mobil Penumpang Diesel Solar
Synchro 0.19
0.11
Bus Sedang Solar
Synchro 0.07
0.04
Bus Besar Solar
Synchro 0.00
0.00
Truk Solar
Synchro 0.01
0.01
Truk Gandeng Solar
Synchro 0.00
0.00
Truk Tempel Solar
Synchro 0.00
0.00
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Hasil perhitungan terhadap bahan bakar minyak diatas dalam satuan kiloliter KL didapat perhitungan Gas Rumah kaca jenis CO
2
, CH
4
, serta N
2
O eksisting pada persilangan sebidang dengan rel kereta api sebelum dilakukan intervensi menjadi persilangan tidak
sebidang. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.70 Hasil Perhitungan Gas Rumah Kaca Pada Persilangan Sebidang
Eksisting di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
JENIS KENDARAAN CO2 EKS Gg
CH4 EKS Gg N2O EKS Gg
Kendaraan Tidak Bermotor
no no
no
Sepeda Motor
1.3158472 0.0006266
0.0000026
Mobil Penumpang Bensin
0.1940834 0.0000924
0.0000004
Mobil Penumpang Diesel
0.0608430 0.0000032
0.0000001
Bus Sedang
0.0234811 0.0000012
0.0000001
Bus Besar
0.0015115 0.0000001
0.0000000
Truk
0.0039221 0.0000002
0.0000000
Truk Gandeng
0.0002015 0.0000000
0.0000000
Truk Tempel
0.0000132 0.0000000
0.0000000 1.5999030
0.0007237 0.0000031
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Setelah dilakukan pemodelan dengan membangun overpas, flyoverunderpass, maka persilangan sebidang tersebut dapat menjadi persilangan tidak sebidang. Hasil perhitungan
didapat bahwa jumlah gas CO2 untuk 1 satu unit persilangan sebidang yang diintervensi adalah 0,971 Gg, Gas CH4 adalah 0,00044 Gg. Secara lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.71 Hasil Perhitungan Gas Rumah Kaca Pada Persilangan Tidak Sebidang
di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
JENIS KENDARAAN CO2 FO Gg
CH4 FO Gg NO2 FO Gg
Kendaraan Tidak Bermotor
no no
no
Sepeda Motor
0.7989072 0.0003804
0.0000000
LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
146
JENIS KENDARAAN CO2 FO Gg
CH4 FO Gg NO2 FO Gg
Mobil Penumpang Bensin
0.1178364 0.0000561
0.0000000
Mobil Penumpang Diesel
0.0369404 0.0000019
0.0000000
Bus Sedang
0.0142564 0.0000008
0.0000000
Bus Besar
0.0009177 0.0000000
0.0000000
Truk
0.0023813 0.0000001
0.0000000
Truk Gandeng
0.0001223 0.0000000
0.0000000
Truk Tempel
0.0000080 0.0000000
0.0000000 0.9713697
0.0004394 0.0000000
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Jika dengan jumlah persilangan sebidang berdasarkan hasil survei primer persilangan sebidang yang belum dilakukan intervensi sejumlah 30 unit, dengan asumsi bahwa 4
empat persilangan sebidang lainnya sudah dilakukan intervensi, meliputi :
1.
Underpass Badran;
2.
Underpass Kleringan;
3.
Flyover Janti;
4.
Flyover Lempuyangan. Berikut dapat dilihat lokasi-lokasi persilangan sebidang di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Gambar 4.34 Persilangan Sebidang dengan Kereta Api di Provinsi DIY
Persilangan sebidang dengan kereta api di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang sudah melalui intervensi dapat dilihat pada gambar berikut ini.
LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
147
Gambar 4.35 Flyover Lempuyangan dan Flyover Janti
Dapat dihitung jumlah pengurangan konsumsi gas CO
2
per 1 satu unit flyover adalah 0,63 Gg dan 18,86 Gg Gas CO
2
untuk 30 unit lokasi persilangan sebidang yang sudah dilakukan
intervensi atau dapat mengurangi sekitar 9,65 dari total gas rumah kaca sektor transportasi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Catatatan :
• Jika diintegrasikan dengan Optimasi Simpang dan Penataan Traffic di Seluruh
Provinsi DIY •
Pola Pengintegrasian dengan Tata Ruang •
Aspek Intervensi Belum Memasukkan Unsur Pengurangan Jumlah Kendaraan
•
Intevensi Hanya Mencakup Optimasi + Pembangunan Persilangan Sebidang + Penataan Transportasi
4.2.1.3 Split Kendaraan Pribadi Menjadi Menggunakan Angkutan Umum