Perdagangan Dalam Negeri Ekspor dan Impor

LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 32 Gambar 2.10 Pelabuhan Perikanan Sadeng dan Glagah di Provinsi DIY

2.2 Kondisi Perekonomian Wilayah

2.2.1 Perdagangan Dalam Negeri

Ketersediaan bahan pokok strategis seperti beras memperoleh perhatian Pemerintah dalam hal pengadaan dan distribusi guna mengendalikan keseimbangan antara pasokan dan permintaan. Program ini bertujuan menjaga kestabilan harga beras di pasaran. Pada tahun 2010, persediaan beras yang dikuasai oleh Badan Urusan Logistik BULOG Divre Yogyakarta mencapai 44.351,4 ton atau turun 35,97 persen dari tahun 2009 dan disalurkan sebesar 38.391,22 ton 86,56 persen. Sebagian besar penyaluran beras adalah untuk Operasi Pasar Khusus yaitu 97,17 persen, dan selebihnya 2,83 persen untuk konsumen lainnya.

2.2.2 Ekspor dan Impor

Perkembangan transaksi ekspor dan impor menunjukkan dinamika perekonomian suatu wilayahnegara dalam konteks hubungan antar wilayahnegara. Aktivitas ini juga mengisyaratkan kemampuan daya saing produk-produk suatu negara dalam perdagangan global. Data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi D.I. Yogyakarta mencatat nilai ekspor daerah ini tahun 2010 mencapai US 140,23 juta, meningkat sebesar 29,01 persen dari tahun 2009 yang sebesar US 108,70 juta. Sebagian besar volume produk diekspor melalui Tanjung Mas sebagai pelabuhan laut terdekat dengan Provinsi D.I. Yogyakarta yakni sekitar 55,84 persen. Dilihat menurut komoditas, persentase nilai ekspor didominasi oleh pakaian jadi, mebel kayu dan sarung tangan kulit masingmasing sebesar 30,07 persen, 12,97 persen dan 12,30 persen, sarung tangan kulit sintetis 10,44 persen, serta kerajinan kertas 4,29 persen. Andil kelima produk tersebut mencapai 70,07 persen dari total nilai ekspor. Amerika Serikat menjadi negara tujuan utama ekspor Provinsi D.I.Yogyakarta yang pada tahun 2010 melakukan transaksi sebesar US 47,23 juta atau sekitar 33,68 persen dari total nilai ekspor. Disusul oleh Jerman, Korea Selatan, Jepang, Inggris dan Perancis yang masing-masing sebesar 11,31 persen, 7,61 persen, 6,73 persen, 3,89 persen dan 3,78 persen. Sisanya 32,99 persen dikirim ke negara-negara lainnya. Untuk kegiatan impor, mulai tahun 2001 ada kebijakan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan bahwa pelaku impor diharuskan untuk melaporkan kegiatan impor mereka. Sedangkan sebelumnya tidak ada kewajiban tersebut. Kebijakan ini berpengaruh pada data impor tahun 2001 yang melonjak cukup tajam dibandingkan data tahun-tahun sebelumnya LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 33 karena sebagian kegiatan impor sebelum tahun 2001 tidak tercatat di Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi D.I. Yogyakarta. Menurut negara asal, nilai impor yang terbesar berasal dari China yang mencapai US 7,16 juta atau 27,61 persen dari total nilai impor. Kemudian Korea, Taiwan, Hongkong dan Jepang masing-masing sebesar 22,05 persen, 13,34 persen, 9,22 persen, dan 7,31 persen. Sedangkan sisanya berasal dari negaranegara lain sebesar 20,41 persen.

2.2.3 Pendapatan Daerah