LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
160
memanen tegakan yang pertumbuhan riapnya sudah tidak tumbuh lagi atau dikatakan dengan tegakan yang miskin riap, sehingga tidak mengganggu kelestarian sumberdaya
maupun kelestarian produksi yang artinya pemilik hutan rakyat tetap dapat mengambil produksi kayunya namun tetap tidak mengganggu kelestarian tegakan hutan sebagai
penyerap Gas RumahKaca.
4.2.3.4 Pembatasan Lahan Sebagai Permukiman
Khusus di Provinsi D.I. Yogyakarta telah terjadi perubahan penggunaan lahan sebagai permukiman. Khususnya dari hutan rakyat yang terdapat di pekarangan menjadi
permukiman atau perumahan, sehingga perlu dilakukan langkah antisipasi permukiman yang ada tidak dikembangkan menyamping namun dikembangkan keatasvertical yaitu
dengan carapembatasan pembangunan kawasan perumahan diganti dengan pembangunan rumah susun ataupun apartemen yang dapat dijangkau oleh setiap lapisan masyarakat yang
membutuhkan permukiman.
4.2.3.5 Pembatasan Laju Pertumbuhan Penduduk
Pembatasan laju pertumbuhan penduduk ini sangat penting karena dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi akan menyebabkan penduduk tersebut lapar akan lahan
yang artinya akan mempersempit lahan yang dapat melakukan penyerapan terhadap Gas Rumah Kaca yang ada di udara. Disamping itu dengan adanya laju pertumbuhan penduduk
yang tinggi maka akan menyebabkan semakin tingginya kebutuhan akan transportasi yang artinya dengan meningkatnya kebutuhan transportasi ini akan menyebabkan semakin
meningkatnya pula Emisi Gas Rumah Kaca yang ada di udara. Juga dengan semakin meningkatnya pertumbuhan penduduk ini maka juga akan berdampak dalam peningkatan
jumlah sampah atau limbah yang dibuang sehingga dengan meningkatnya sampah atau limbah berarti juga akan meningkatkanEmisi gas RumahKaca yang adadi udara.
Pembatasan laju pertumbuhan penduduk ini dapat dilakukan dengan cara peningkatan kesadaran masyarakat untuk melakukan program Keluarga Berencana, yaitu bahwa dengan
dua anak akan dapat meningkatkan kesejahteraan bagi keluarga karena apabila tidak dilakukan pembatasan dalam jumlah anak yang lahir maka akan menimbulkan
permasalahan social yang kompleks baik dalam keluarga maupun di masyarakat pada umumnya.
4.2.3.6 Aksi Mitigasi Lainnya
Aksi mitigasi lainnya pada sektor lahan dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan, sebagai berikut :
1. Melakukan rehabilitasi kawasan hutan yang terkena dampak erupsi merapi di Kabupaten Sleman;
2. Melakukan pembangunan jalur hijau; 3. Pembangunan hutan kota;
4. Melakukan rehabilitasi lahan kritis dan lahan-lahan yang berpotensi kritis di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Hal ini dimungkinkan, mengingat terdapat beberapa
program pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah yang mengembangkan Program Penanganan Lahan Sumberdaya Air Kritis
Berbasis Masyarakat PLKSDA-BM di Provinsi DIY.
4.2.3.7 Estimasi Gas Rumah Kaca Eksisting dan Usulan Aksi Mitigasi Sektor Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020
Estimasi BAU Baseline dan usulan aksi mitigasi gas rumah kaca sektor kehutanan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sampai dengan Tahun 2020 dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
161
Tabel 4.77 Estimasi BAU dan Usulan Aksi Mitigasi Gas Rumah Kaca Sektor
Kehutanan Sampai dengan Tahun 2020
Keterangan 2013
2016 2020
BAU 21.62
22.14 22.86
Penambahan Tutupan Lahan 20.10
20.63 21.34
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Hasil perhitungan pada tabel diatas secara lebih jelasnya dapat dilihat pula spesifikasinya pada gambar grafik berikut ini.
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Gambar 4.46 Estimasi Perhitungan Gas Rumah Kaca Tutupan Lahan Sampai
dengan Tahun 2020
4.2.4 Usulan Aksi Mitigasi Sektor Energi