LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
135
terutama kemacetan dan tundaan lalu lintas yang akan semakin melebar ruang permasalahannya;
7. Area perkotaan Yogyakarta akan semakin padat dan akan mengalami titik jenuh pada beberapa tahun tertentu yang mendorong penduduk akan memilih wilayah-wilayah
pinggiran untuk bermukim. Hal ini sudah terjadi dimana penduduk mulai banyak menghuni area-area pinggiran yang saat ini menjadi hinterland wilayah Kota
Yogyakarta, seperti Sleman, Bantul, dan Piyungan yang menyebabkan terjadinya :
• Penyusutan lahan pertanian karena konversi lahan pertanian menjadi
permukiman; •
Berkurangnya catchment area; •
Berkurangnya tutupan lahan hutan karena beralih fungsi; •
Perjalanan penduduk akan semakin panjang terutama penduduk yang melakukan aktivitas pada kawasan pusat kota, namun tinggal didaerah pinggiran;
• Motivasi penggunaan kendaraan pribadi akan semakin tinggi untuk mencari
kenyamanan yang lebih karena angkutan umum secara eksisting tidak mampu memberikan pelayanan yang lebih baik dari aspek biaya yang murah, waktu
tempuh perjalanan yang lebih cepat, serta tingkat kenyamanan maupun keamanan yang lebih baik;
• Konsumsi energi akan semakin meningkat;
• Lahan dikawasan perkotaan menjadi semakin mahal dan kawasan pinggiran akan
mengikuti peningkatan harga lahan tersebut; •
Degradasi lingkungan akan terjadi dimana akan terjadi peningkatan suhu global seiring dengan pengurangan tutupan lahan, peningkatan konsumsi energi,
peningkatan limbah, peningkatan kebutuhan akan pangan dari peternakan dan pertanian, dan masalah lingkunga lainnya yang secara keseluruhan akan
meningkatkan gas rumah kaca.
Permasalahan tersebut tentunya harus diatasi sedini mungkin dengan beberapa konsep pengembangan wilayah yang terintegrasi baik dengan penanganan aksi mitigasi dalam
mengantisipasi peningkatan gas rumah kaca yang menjadi inti permasalahan, dimana pemecahan masalah tersebut diikuti oleh pemecagan masalah sektoral lainnya.
4.1.8 Analisis Peran Sektoral Terhadap Kondisi Perekonomian di Provinsi DIY
Analisis peran sektoral terhadap kondisi perekonomian di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta diidentifikasi berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient LQ
dimana dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor- sektor di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau sektor
leading. Sektor ekonomi basis mengandung arti bahwa sektor tersebut mempunyai eksport produksinya selain produksi sektor ekonomi basis tersebut sudah mampu memenuhi
kebutuhan daerahnya. Sektor ekonomi basis ini dapat menjadi salah satu potensi pembangunan bagi daerah tersebut. Adapun sektor-sektor basis dalam Location Quotient
dapat dicari dengan rumus:
2 2
1 1
T S
T S
LQ =
Dimana, LQ
= Besaran LQ
S1 =
Sektor dalam PDRB Kabupaten S2
= Sektor dalam PDRB Propinsi
LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
136
T1 =
Nilai Total dalam PDRB Kabupaten T2
= Nilai Total dalam PDRB Propinsi
Besaran LQ : LQ 1 =
Ekspor Negatif bukan sektor basis LQ = 1 =
Sektor Basis LQ 1 =
Ekspor Positif sektor basis Data yang digunakan dalam analisis ini adalah Pendapatan Domestik Regional Bruto
PDRB Kabupaten Bekasi sebagai wilayah lokal dan Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga konstan tahun 2009 angka
fix dari data dalam angka Tahun 2011. Secara lebih jelasnya hasil analisis Location Quotient LQ
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.61 Hasil Perhitungan Analisis Location Quotient LQ
No. Sektor
LQ 1
PertanianAgriculture 1.337
2 Pertambangan dan PenggalianMining and Quarrying
0.084
3 Industri PengolahanManufacturing Industry
0.497
4 Listrik, Gas Air BersihElectricity, Gas Water Supply
1.249
5 BangunanConstruction
1.489
6 Perdagangan, Hotel-RestoranTrade, Hotels Restaurant
1.227
7 Pengangkutan KomunikasiTransport. Communication
1.203
8 Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
0.988
9 Jasa-JasaServices
1.781
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Berdasarkan hasil perhitungan analisis Location Quotient LQ diatas dapat diidentifikasi peran sektoral di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan acuan wilayah nasional,
yaitu :
1. Sektor yang dapat dikatakan sebagai sektor basissektor leading adalah sektor pertanian, sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor bangunankonstruksi, sektor
perdagangan, hotel-restoran, serta sektor jasa-jasa; 2. Sektor yang tidak merupakan sektor basissektor leading adalah sektor pertambangan
dan penggalian, sektor industri pengolahan, serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan.
Apabila dikaji lebih lanjut berdasarkan keterkaitan sektoral dan hasil perhitungan nilai Location Quotient LQ di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang diperbandingkan
dengan kondisi eksisting wilayah berdasarkan analisis perhitungan gas rumah kaca, maupun analisis penyebab munculnya gas rumah kaca, maka dapat disebutkan bahwa :
Sektor-sektor penyumbang emisi gas rumah kaca, seperti pertanian termasuk didalamnya adalah sektor kehutanan, pertanian, dan peternakan, listrik sektor energi, pengangkutan
dan komunikasi sektor transportasi memiliki nilai LQ1 yang merupakan sektor basis dan berorientasi ekspor, serta mampu menopang sektor lain. Sektor-sektor tersebut secara
signifikan memberikan pendapatan daerah yang besar yang dapat dilihat pada tabel berikut ini.
LAPORAN AKHIR
RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012
137
Tabel 4.62 PDRB Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2009 di Provinsi DIY
Sektor 2009
1. PertanianAgriculture Rp 3,642,696.00
2. Pertambangan dan PenggalianMining and Quarrying
Rp 138,748.00
3. Industri PengolahanManufacturing Industry Rp 2,610,760.00
4. Listrik, Gas Air BersihElectricity, Gas Water Supply Rp 185,599.00
5. BangunanConstruction
Rp 1,923,720.00
6. Perdagangan, Hotel-RestoranTrade, Hotels Restaurant Rp 4,162,116.00
7. Pengangkutan KomunikasiTransport. Communication Rp 2,128,594.00
8. Keuangan, Persewaan Jasa Perusahaan
Rp 1,903,411.00
9. Jasa-JasaServices Rp 3,368,614.00
PDRBGross Regional Domestic Product Rp 20,064,257.00
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Tabel diatas dapat diterjemahkan kedalam diagram yang secara lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Sumber : Hasil Analisis Tim Penyusun, Tahun 2012
Gambar 4.31 Grafik Pendapatan Menurut PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Namun perlu diketahui bahwa sektor-sektor tersebut menyumbang gas rumah kaca dominan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diantaranya adalah peternakan, rusaknya areal
tutupan lahan, dan transportasi. Konteks pertumbuhan perekonomian dalam hal ini berbanding terbalik dengan masalah pelestarian lingkungan, sehingga dalam hal ini apabila
dilihat dari keberadaan sektor-sektor basis tersebut tentunya perlu diperhatikan pula konsep pengembangan dan pembangunan yang berwawasan lingkungan ke depan tanpa
mengurangi peningkatan pendapatan daerah.
4.2 Usulan Aksi Mitigasi
Didalam penyusunan aksi mitigasi perlu dicermati keterkaitan sektoral. Dalam hal ini perlu ada integrasi antar sektor dalam menangani permasalahan gas Rumah kaca di daerah.
Pertanian Pertamba
ngan dan Penggalia
n Industri
Pengolah an
Listrik, Ga s Air
Bersih Bangunan
Perdagan gan, Hotel
-Restoran Pengangk
utan Komunika
si Keuangan
, Persewa an Jasa
Perusaha an
Jasa-Jasa Sektor
Rp3.642 Rp138.7
Rp2.610 Rp185.5
Rp1.923 Rp4.162
Rp2.128 Rp1.903
Rp3.368 Rp-
Rp500.000,00 Rp1.000.000,00
Rp1.500.000,00 Rp2.000.000,00
Rp2.500.000,00 Rp3.000.000,00
Rp3.500.000,00 Rp4.000.000,00
Rp4.500.000,00
R p