Kondisi Geologi Kondisi Litologi Kondisi Klimatologi

LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 11 Pegunungan Sewu luas: ± 1.656,25 km², ketinggian: 150 – 700 m; Gunung Merapi luas: ± 582,81 km², ketinggian: 80 – 2.911 m; Dataran rendah antara Pegunungan Selatan dan Pegunungan Kulonprogo luas : ± 215,62 km², ketinggian: 0 – 80 m; Pegunungan Kulonprogo dan Dataran Rendah Selatan luas; ± 706,25 km², ketinggian: 0 – 572 m; Satuan fisiografi Gunung Merapi yang meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul terbentang mulai dari kerucut gunung berapi hingga dataran fluvial gunung berapi termasuk juga bentang lahan vulkanik. Daerah kerucut dan lereng gunung berapi merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air daerah bawahan. Satuan bentang alam ini terletak di Sleman bagian utara. Satuan Pegunungan Selatan atau Pegunungan Sewu yang terletak di wilayah Gunungkidul merupakan kawasan perbukitan batu gamping limestone dan bentang alam karst yang tandus dan kekurangan air permukaan, dengan bagian tengah merupakan cekungan Wonosari Wonosari Basin yang telah mengalami pengangkatan secara tektonik sehingga terbentuk menjadi Plato Wonosari dataran tinggi Wonosari. Satuan ini merupakan bentang alam hasil proses solusional pelarutan, dengan bahan induk batu gamping dan mempunyai karakteristik lapisan tanah dangkal dan vegetasi penutup sangat jarang. Satuan Pegunungan Kulon Progo, yang terletak di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan struktural denudasional yang memiliki topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan potensi air tanah kecil. Satuan Dataran Rendah merupakan bentang lahan fluvial, yaitu hasil dari proses pengendapan sungai yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang di bagian selatan D. I. Yogyakarta, mulai dari Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Satuan ini merupakan daerah yang subur. Termasuk dalam satuan ini adalah bentang lahan marin dan eolin yang belum didayagunakan, merupakan wilayah pantai yang terbentang dari Kulonprogo sampai Bantul. Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk, ketersediaan prasarana dan sarana wilayah, kegiatan sosial ekonomi penduduk, serta kemajuan pembangunan antar wilayah yang timpang. Daerah-daerah yang relatif datar, seperti wilayah dataran fluvial meliputi Kabupaten Sleman, Kota Yogyakarta, dan Kabupaten Bantul.

2.1.1.4 Kondisi Geologi

Dilihat dari sisi geologi, wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta bersifat cukup kompleks karena secara struktural terdiri dari lipatan dan patahan. Lipatan terdiri dari antiklinal dan sinklinal pada Formasi Semilir dan Kepek di sisi timur, sedangkan patahan berupa sesar turun berpola anthitetic fault block membentuk Graben Bantul. Formasi geologi dominan di wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta adalah endapan gunung merapi muda di bagian tengah, yakni Graben Bantul dan bagian kecil berupa Formasi Sentolo di bagian barat, formasi Aluvium, Andesit Baturagung, Formasi Semilir, Kepek dan Nglarang di sisi timur.

2.1.1.5 Kondisi Litologi

Berdasarkan data dari peta tanah Provinsi D. I. Yogyakarta, pembagian luas Provinsi D. I. Yogyakarta atas jenis tanahnya terdiri dari 33,05 jenis tanah Lithosol, 27,09 Regosol, 12,38 Lathosol, 10,97 Grumusol, 10,84 Mediteran, 3,19 Alluvial dan 2,47 jenis tanah Rensina. Dari total lahan sawah seluas 48.143 ha, secara umum wilayah Provinsi D. I. Yogyakarta memiliki sarana untuk mengembangkan sektor pertanian, sehingga sebagian besar lahan LAPORAN AKHIR RAD-Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca di Provinsi DIY Tahun Anggaran 2012 12 sawah sudah mendapat irigasi seluas 84,08 . Namun demikian, telah terjadi pergeseran fungsi lahan sawah menjadi lahan bukan sawah dengan rata-rata sebesar 0,39 per tahun terhitung dari tahun 2001 hingga 2007. Faktor pertambahan jumlah penduduk merupakan faktor dominan yang mempengaruhi perubahan ini. Jumlah penduduk yang terus meningkat serta banyaknya perubahan lapangan pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non pertanian telah mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan permukiman, fasilitas umum serta sarana dan prasarana kerja terkait dengan penggunaan lahan sektor non pertanian.

2.1.1.6 Kondisi Klimatologi

Suhu udara tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 18 o C sampai dengan 24 o C. Curah hujan tahunan di Provinsi D. I. Yogyakarta berkisar antara 718 mmth sampai 2292,3 mmth. Curah hujan yang rendah umumnya dijumpai di wilayah Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Bantul, sedangkan curah hujan yang relatif tinggi dijumpai di wilayah Kabupaten Sleman. Berdasarkan fakta ini dapat diketahui bahwa Kabupaten Sleman merupakan daerah yang memiliki potensi sumberdaya air yang besar ditinjau dari banyaknya input dari air hujan. Data suhu dan curah hujan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 2.1 Suhu Udara dan Curah Hujan Rata-rata Provinsi DIY Tahun 2010 Bulan Suhu Udara o C Jumlah Hujan mm Jumlah Hari Hujan kali Minimum Maksimum Rata-Rata Januari 21,0 32,6 26,2 316,5 20 Februari 21,0 32,4 25,7 311,7 24 Maret 22,0 34,2 26,7 249,4 18 April 22,6 34,3 27,3 191,0 15 Mei 21,8 33,2 26,8 122,3 17 Juni 20,4 34,0 26,6 41,6 2 Juli 18,2 33,8 25,2 2 Agustus 18,9 34,0 25,4 1 September 21,0 34,4 26,8 Oktober 21,0 37,9 27,8 70,3 8 November 24,0 37,2 27,9 120,9 16 Desember 22,2 34,0 27,5 184,9 14 Sumber: DIY Dalam Angka, Tahun 2010

2.1.1.7 Kondisi Hidrologi