Peningkatan Teknologi PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI SUTERA ALAM

PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, PT Bank Mandiri Persero Tbk, PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, PT Bank Tabungan Negara Persero, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Syariah Mandiri tentang Penjaminan Kredit Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi. Tujuan Nota Kesepahaman Bersama ini adalah untuk meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM dan Koperasi dalam rangka penanggulangan pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Bantuan kredit maksimal sebesar Rp. 500 juta bagi UMKM yang dinilai feasible namun tidak bankable. Artinya perusahaan tidak memerlukan jaminan atau agunan jika mengajukan kredit. Jumlah jaminan yang disediakan pemerintah sebesar 1,4 triliun, diharapkan dapat diputar oleh Bank sebesar 14 Triliun gearing ratio 10 kali dengan bunga kredit hanya 16 per tahun. Skim perkreditan lainnya yang dapat diakses oleh usaha yang masih lemah adalah skim model Grameen Bank yaitu salah satu skim yang telah berhasil diterapkan di Bangladesh. Skim tersebut diperuntukkan bagi usaha yang masih lemah. Skim tersebut sudah diimplementasikan di daerah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan nama proyek ”Karya Usaha Mandiri” atau KUM. Prinsip utama KUM yaitu 1 tidak memerlukan jaminan, 2 Angsurannya relatif kecil dan dapat diangsur secara mingguan 3 apabila peminjam meninggal sisa pinjaman dihapuskan, 4 Prosedur sederhana, 5 Adanya transfer ilmu pengetahuan tentang pengelolaan dan keuangan usaha, 6 Ada dana tabungan kelompok yang dapat dipinjamkan kepada setiap anggota, 7 Antar anggota kelompok mempunyai hubungan yang erat P2E-LIPI, 2003.

b. Peningkatan Teknologi

Saat ini teknologi yang digunakan sangat sederhana dengan peralatan bukan mesin serta kondisinya sebagian besar telah tua sehingga produktivitas rendah, kualitas kain yang dihasilkan rendah serta sulit untuk melakukan diversifikasi motif maupun disain produk. Investasi untuk pengembangan teknologi sangat kurang karena terbatasnya modal. Untuk meningkatkan produktivitas dapat dilakukan dengan perubahan teknologi dari alat tenun bukan mesin ATBM menjadi alat tenun mesin ATM, namun perubahan teknologi tersebut mempunyai dampak yang sangat besar terutama penyediaan modal untuk investasi, dan peningkatan kualitas bahan baku benang karena bahan baku yang diperlukan harus mempunyai kualitas yang baik dengan kekuatan yang tinggi. Untuk saat ini kualitas benang hasil produksi dalam negeri masih belum mampu untuk ditenun dengan menggunakan ATM. Salah satu faktor penyebab kualitas benang yang rendah karena mesin peralatan pemintalan yang digunakan saat ini tidak mempunyai detektor alat untuk mendeteksi jika filamen putus. Hal tersebut menyebabkan hasil produksi tidak rata karena jumlah filamen dalam benang tidak seragam. Jika benang hasil produksi dalam negeri dibandingkan dengan produksi impor seperti benang dari China, atau Thailand kualitas benang produksi dalam negeri jauh lebih rendah. Produsen benang sutera di China dan Thailand sebagian besar telah menggunakan mesin peralatan semi automatis dan automatis yang dilengkapi dengan peralatan pendeteksi filamen putus dan umumnya usaha industri pemintalan di China dan Thailand sudah berskala menengah dan besar. Usaha persuteraan alam di Indonesia umumnya masih berskala kecil dengan produktivitas dan kualitas yang rendah. Meskipun beberapa tahun yang lalu ada beberapa industri pemintalan yang berskala menengah saat ini sudah berhenti beroperasi karena kekurangan bahan baku. Kurangnya bahan baku karena petanipemelihara ulat sutera tidak mempunyai lahan yang cukup serta nilai tambah yang diperoleh petani kurang menjanjikan. Untuk membantu pengusaha dalam hal peralatan, diperlukan fasilitasi peningkatan kemampuan Unit Pelayanan Teknis yang ada di Kab. Wajo agar dapat digunakan oleh para pengusaha untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk yang dihasilkan.

b. Peningkatan Kualitas Produk