Sistem Pengolahan Terpusat KONFIGURASI DAN PEMODELAN SISTEM

baku dan biaya produksi, distribusipemasaran dan harga jual benang. Data pada struktur biaya usaha pembatikan meliputi biaya-biaya pembelian peralatan, zat warna, depresiasi, pemeliharaan, pengadaan bahan baku, tenaga kerja, distribusipemasaran dan harga jual. Data kesetaraan harga mencakup data yang dihasilkan dari kelayakan usaha.

5.11. Sistem Pengolahan Terpusat

Sistem pengolahan terpusat sering juga disebut subsistem pengolahan problematik yang mempunyai fungsi utama adalah sebagai penyangga untuk menjamin adanya keterkaitan antar system atau sebagai koordinator dan pengendali dari operasi SPK secara menyeluruh. Subsistem ini menerima input dari ketiga subsistem lainnya dalam bentuk baku dan menyerahkan output ke subsistem yang dikehendaki dalam bentuk baku juga.

BAB VI PEMODELAN SISTEM KLASTER

Model dalam sistem penunjang keputusan yang digunakan untuk perencanaan pengembangan agro industri sutera alam melalui pendekatan klaster tercakup dalam model AI-Sutera. Model Utama AI-Sutera terdiri dari 5 lima model yaitu : 1 Model lokasi pengembangan klaster, 2 Model industri inti 3 Model pengembangan kelembagaan, 4 Model kelayakan usaha, 6 Model pengembangan kesetaraan harga. Model lokasi tersusun dari 1 Sub model identifikasi elemen lokasi potensial dan 2 Sub model pemilihan lokasi pengembangan klaster. Model industri inti tersusun dari 1 Sub model pemilihan industri inti dan 2 Sub model pengembangan industri inti. Sub model pemilihan industri inti tersusun dari identifikasi elemen industri inti elemen rantai nilai agroindustri sutera alam dan pemilihan industri inti. Sub model pengembangan industri inti tersusun dari 1 identifikasi elemen sistim dan 2 Strukturisasi elemen pengembangan. Identifikasi elemen ditujukan untuk menentukan atau mendapatkan elemen-elemen penting sistem dan strukturisasi elemen ditujukan untuk menentukan hirarki dan klasifikasi elemen sistem. Elemen pengembangan industri inti terdiri dari 1 elemen kendala, 2 elemen tujuan, 3 elemen kebutuhan, 4 elemen aktivitas, 5 elemen peran pemerintah, dan 6 elemen hambatan pembentukan klaster. Model Pengembangan Kelembagaan tersusun dari 1 Identifikasi elemen sistim dan 2 Strukturisasi elemen pengembangan. Elemen pengembangan kelembagaan mencakup pelakulembaga terkait. Elemen kelembagaan terdiri dari pelaku-pelakulembaga agroindustri sutera alam, keberhasilan pengembangan klaster, hambatan pembentukan klaster dan peran pemerintah. Identifikasi seluruh elemen sistem pengembangan tersebut di atas didasarkan atas kajian pustaka, survey lapangan dan pendapat ahli. Identifikasi daerah potensial agroindustri sutera alam dilakukan melalui teknik Location Quotion LQ, identifikasi kriteria menentukan daerah pengembangan dilakukan melalui studi pustaka dan diskusi dengan pakar dan selanjutnya penentuan lokasi pengembangan klaster dilakukan dengan prosedur Analytical Hierarchy Process Saaty, 1998.