Peningkatan permodalan PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI SUTERA ALAM

adalah rendahnya kualitas bahan baku, model yang terbatas, keterbatasan teknologi. Hal ini memberikan pengertian bahwa pengembangan agroindustri sutera alam harus memprioritaskan kegiatan untuk mengatasi permasalahan utama tersebut.

a. Peningkatan permodalan

Dari hasil pengolahan data tingkat kepentingan sub elemen kendala untuk pengembangan industri inti ditemukan modal yang terbatas merupakan elemen yang penting dan menjadi prioritas untuk diselesaikan. Pada umumnya para pengusaha mengalami kesulitan modal kerja terutama disebabkan karena hasil penjualan produk umumnya tidak dibayar tunai oleh para pembeli. Biasanya para pengusaha mendapatkan pembayaran jika barang telah laku dijual seluruhnya oleh pembeli dalam hal ini pedagang. Hal tersebut mengakibatkan para pengusaha memerlukan modal kerja yang biasanya dilakukan dengan meminjam dari pengusaha lainnya, karena terbatasnya akses ke perbankan. Meskipun bunganya relatif tinggi alternatif tersebut dilakukan karena biasanya prosesnya cepat. Melihat hal tersebut peran pemerintah sangat diperlukan untuk mengatasi permasalahan. Meskipun saat ini telah dikeluarkan beberapa skim permodalan untuk usaha kecil menengah pada kenyataannya para pengusaha belum dapat menikmati fasilitas tersebut karena persyaratan-persyaratan yang tidak bisa dipenuhi antara lain prosedur yang dianggap rumit dan persyaratan kolateral jaminan yang harus disediakan. Beberapa skim kredit, bagi UKM antara lain pemanfaatan laba BUMN dan bantuan modal melalui Lembaga Pembinaan Terpadu Industri dan Dagang Kecil LPT-Indak. Khusus untuk LPT Indak yang dikelola oleh Departemen Perindustrian kinerjanya kurang memuaskan dilihat dari tingkat pengembalian yang sangat rendah. Namun demikian skim tersebut dipandang masih perlu diteruskan dan perlu dilakukan pembenahan-pembenahan. Menindaklanjuti Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM, pada tanggal 9 Oktober 2007 telah ditandatangani Nota Kesepahaman Bersama Memorandum of Understanding antara beberapa Kementrian dan Lembaga dengan Perusahaan Umum Sarana Pengembangan Usaha, PT Persero Asuransi Kredit Indonesia dan PT Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, PT Bank Mandiri Persero Tbk, PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk, PT Bank Tabungan Negara Persero, PT Bank Bukopin Tbk, PT Bank Syariah Mandiri tentang Penjaminan Kredit Pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi. Tujuan Nota Kesepahaman Bersama ini adalah untuk meningkatkan akses pembiayaan dan mengembangkan UMKM dan Koperasi dalam rangka penanggulangan pengentasan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja. Bantuan kredit maksimal sebesar Rp. 500 juta bagi UMKM yang dinilai feasible namun tidak bankable. Artinya perusahaan tidak memerlukan jaminan atau agunan jika mengajukan kredit. Jumlah jaminan yang disediakan pemerintah sebesar 1,4 triliun, diharapkan dapat diputar oleh Bank sebesar 14 Triliun gearing ratio 10 kali dengan bunga kredit hanya 16 per tahun. Skim perkreditan lainnya yang dapat diakses oleh usaha yang masih lemah adalah skim model Grameen Bank yaitu salah satu skim yang telah berhasil diterapkan di Bangladesh. Skim tersebut diperuntukkan bagi usaha yang masih lemah. Skim tersebut sudah diimplementasikan di daerah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan nama proyek ”Karya Usaha Mandiri” atau KUM. Prinsip utama KUM yaitu 1 tidak memerlukan jaminan, 2 Angsurannya relatif kecil dan dapat diangsur secara mingguan 3 apabila peminjam meninggal sisa pinjaman dihapuskan, 4 Prosedur sederhana, 5 Adanya transfer ilmu pengetahuan tentang pengelolaan dan keuangan usaha, 6 Ada dana tabungan kelompok yang dapat dipinjamkan kepada setiap anggota, 7 Antar anggota kelompok mempunyai hubungan yang erat P2E-LIPI, 2003.

b. Peningkatan Teknologi