Analisis Kesetaraan Harga Pengembangan Disain

meter. Untuk itu dibutuhkan pasokan benang sebanyak 331.200 kg. Untuk memproduksi benang sebanyak 331.200 kg dibutuhkan kokon sebanyak 2.318.400 kg. Jika 1 ha lahan dapat digunakan untuk memproduksi kokon sebanyak 755 kg pertahun maka lahan yang diperlukan untuk memproduksi kokon sebanyak 2.318.400 kg adalah seluas 2.991 ha. Saat ini luas lahan yang ada di Kabupaten Wajo hanya seluas 209 ha sehingga bahan baku kokon masih dipasok dari daerah lainnya dan sebagian impor. 3. Dalam klaster usaha integrasi pemeliharaan ulat sutera, dan pemintalan, untuk memproduksi benang sebanyak 2.400 kgtahun dibutuhkan pasokan kokon sebanyak 16.800 kgtahun. Untuk memproduksi kokon sebanyak 16.800 kgtahun dibutuhkan luas lahan untuk pemeliharaan ulat sutera seluas 23 ha.

7.3.11. Analisis Kesetaraan Harga

Hasil analisis kelayakan usaha agroindusti sutera alam dengan menggunakan harga yang mengikuti harga pasar keempat usaha dinyatakan layak secara finansial, namun belum terjadi keseimbangan pendapatan antara keempat usaha tersebut. Jika dilihat dari kriteria Benefit and Cost Ratio BC, usaha tani memperoleh BC terendah, dengan kata lain pendapatan petani termasuk yang paling rendah. Untuk itu perlu dilakukan keseimbangan pendapatan melalui penyetaraan BC. Dari hasil pengolahan data kesetaraan harga usaha integrasi mulai dari usaha tani, pemintalan, pertenunan dan pembatikan menunjukkan bahwa dengan kesetaraan BC 1,34 akan meningkatkan harga kokon, harga benang dan harga kain. Dengan kesetaraan BC sebesar 1,34, harga batik sebesar Rp. 560.000 per stel, maka harga kain dapat ditingkatkan dari harga semula Rp. 60.000meter menjadi Rp. 61.030meter, harga benang dapat ditingkatkan dari Rp. 315.000kg menjadi 329.150kg dan harga kokon dapat ditingkatkan dari Rp. 26.000kg menjadi Rp. 27.726kg. Usaha integrasi usaha tani, pemintalan dan pertenunan dengan kesetaraan BC 1,26, harga kain sebesar Rp. 60.000 per meter, maka harga benang dapat ditingkatkan dari harga semula Rp. 315.000kg menjadi Rp. 320.718kg, harga kokon dapat ditingkatkan dari Rp. 26.000kg menjadi 26.904kg. Usaha integrasi dari usaha tani dan pemintalan dengan kesetaraan BC 1,21, harga benang Rp. 315.000kg akan meningkatkan harga kokon dari Rp. 26.000kg menjadi Rp. 26.346kg. Penyetaraan BC memungkinkan timbulnya ketidakpuasan dari usaha yang mempunyai BC diturunkan karena pendapatan usaha menurun, meskipun usaha tersebut masih dalam keadaan menguntungkan. Hal tersebut perlu diantisipasi melalui kebijakan atau intervensi dari pemerintah. Permasalahan yang terjadi akibat penyesuaian kesetaraan BC di atas dapat diatasi melalui sosialisasi pemahaman-pemahaman untuk mengutamakan kepentingan bersama. Pembentukan kelembagaan dengan melibatkan semua stakeholder terkait termasuk di dalamnya pelaku dari pemerintah, diharapkan dapat membantu pemecahan permasalahan tersebut. Pemerintah dapat memberikan pemahaman bagi semua usaha untuk mendahulukan kesinambungan usaha untuk kepentingan bersama. Selain itu, pendekatan melalui pemberian insentif dapat juga dilakukan misalnya dengan memberikan insentif bagi usaha-usaha yang mau berkorban untuk kepentingan bersama sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya. Dengan demikian permasalahan yang terjadi akibat penyeimbangan pendapatan dapat diatasi melalui pendekatan insentif. Pengusaha yang merasa dirugikan dapat dikompensasi dengan pemberian insentif seperti disebutkan di atas. Selain itu kesetaraan BC seharusnya tidak akan menimbulkan konflik berhubung semua pengusaha akan diperlakukan sama. Semua pengusaha berpeluang untuk menghasilkan BC tinggi dan kemudian diturunkan untuk kepentingan bersama.

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan

1. Penyusunan model dilakukan melalui pendekatan sistem bernama AI-Sutera yaitu suatu sistem penunjang keputusan berbasis komputer terdiri dari a model lokasi meliputi sub model identifikasi dan pemilihan lokasi, b model industri inti meliputi sub model identifikasi rantai nilai, pemilihan industri inti dan pengembangan industri inti, c model kelembagaan, d model kelayakan usaha dan e model kesetaraan harga. Model dapat mendukung proses pengambilan keputusan untuk perencanaan strategi pengembangan agroindustri sutera alam melalui pendekatan klaster. Strategi yang dihasilkan berdasarkan hasil verifikasi model. 2. Hasil verifikasi model di Sulawesi Selatan menunjukkan Kabupaten Wajo merupakan lokasi pengembangan klaster yang paling potensial dengan industri intinya adalah industri pertenunan sutera. Prasyarat untuk pengembangan klaster adalah komitmen semua pemangku kepentingan dan tercukupinya tenaga fasilitator di daerah merupakan faktor kunci. 3. Untuk mencapai tujuan perlu dilakukan strategi pengembangan industri pertenunan melalui penyelesaian masalah yang dihadapi, pengusaha pertenunan harus melakukan pengadaan bahan baku yang berkualitas, peningkatan kerjasama dengan lembaga keuangan dan melakukan peningkatan peralatan serta pengembangan disain. Dengan mengatasi kendala tersebut diharapkan produktivitas semakin meningkat, kualitas produk semakin baik dan daya saing akan semakin meningkat. 4. Elemen kunci dan mempunyai driver power daya dorong yang paling besar adalah pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 5. Pembentukan kelembagaan klaster ditujukan untuk menyusun kesepakatan- kesepakatan bisnis, memfasilitasi pengintegrasian usaha dan keterkaitan antar semua pelaku. Kelembagaan tidak bersifat struktural tetapi lebih bersifat forum kerjasama lintas institusi. Dengan terbentuknya kelembagaan dapat diciptakan iklim usaha yang sehat, kerjasama dan keterkaitan baik vertikal maupun horizontal sesama pengusaha baik di bidang produksi, pemasaran, informasi, delivery terjamin, kualitas produk