Location Quotient LQ Kesetaraan Harga

CCF t = aliran kas kumulatif pada saat t CCF t+1 = aliran kas pada saat t + 1 Keputusan dinyatakan layak, jika PBP 10 tahun

5. Break Even Point BEP

Break Event point adalah jumlah unit penjualan dimana keuntungan sama dengan nol Brown, 1994. BEP merupakan alat untuk menganalisis titik pulang pokok dan dapat digunakan untuk analisis perencanaan laba. Rumus umum volume penjualan pada titik BEP adalah : F Q = .............…………………………5 P - V yang : Q = Volume penjualan pulang pokok F = biaya operasi tetap P = harga per unit produk V = Biaya variabel per unit produk Analisis BEP juga dapat digunakan untuk menentukan harga jual produk minimum dalam mencapai titik impas.

2.14.6. Location Quotient LQ

Teknik Location Quotient LQ adalah teknik yang membandingkan kegiatan ekonomi suatu daerah tertentu dengan kegiatan ekonomi daerah yang lebih luas yang diambil sebagai referensi dalam rangka untuk mengidentifikasi adanya suatu spesialisasi pada kegiatan ekonomi di daerah tersebut Blakely Bradshow 2002. Location Quotient dapat mengukur rasio antara spesialisasi pada industri tertentu pada suatu daerah dibandingkan dengan daerah referensi yang lebih luas. Apabila nilainya lebih besar dari 1 satu, berarti ekonomi daerah tertentu tersebut lebih terspesialisasi dari daerah referensi yang digunakan, yang juga berarti bahwa terdapat aglomerasi atau konsentrasi suatu industri tertentu di daerah tersebut. Nilai yang kurang dari satu menyatakan sebaliknya. Rumus tersebut di atas dapat juga digunakan untuk variabel lain seperti jumlah tenaga kerja, nilai penjualan, nilai tambah, nilai ekspor, dan lain-lain. Metode Location Quotient merupakan metode yang umum digunakan untuk mengidentifikasi klaster industri regional Bergman Feser 1999. Penggunaan metode LQ secara tersendiri tidak dapat mengidentifikasi keberadaan klaster industri karena hanya dapat memperlihatkan adanya aglomerasi dari sektor industri tertentu, namun tidak dapat mendeteksi saling keterkaitan antara sektor industri. e 1 e t LQi = ............................................. 6 E 1 E t yang : LQi = Location Quotient untuk industri – i di daerah yang dikaji e 1 = Jumlah unit usaha pada industri – i di daerah yang dikaji e t = Jumlah unit usaha pada seluruh industri di daerah yang dikaji E 1 = Jumlah unit usaha pada industri – i secara nasional E t = Jumlah unit usaha pada seluruh industri secara nasional

2.14.7. Kesetaraan Harga

Prosedur heuristik kesetaraan harga dilakukan dengan cara menyeimbangkan nilai Benefit and Cost Ratio BC antar usaha-usaha yang ada secara parsial: yaitu antara Petani dengan Pemintalan, Pemintalan dengan Pertenunan, dan Pertenunan dengan Pembatikan. Pada masing-masing partisi penyetaraan rasio BC digunakan teknik optimasi Non Linier Programming NLP yang pada prakteknya diselesaikan menggunakan Solver Addins pada Aplikasi Microsoft Excel. Pengolahan diulang berkali-kali setelah semua partisi pengolahan selesai dilakukan sehingga akhirnya diperoleh nilai-nilai BC yang sama pada setiap jenis usaha. Formulasi matematis optimasi NLP pada setiap partisi pengolahan adalah sama, yakni meminimumkan selisih BC sebagai berikut: Tujuan : Min BC P 1 - BC P 2 Pembatasan : BC P 1 ≥ 1 BC P 2 ≥ 1 P 0 Dimana : BCP 1 : BC fungsi dari harga pada jenis usaha 1 BCP 2 : BC fungsi dari harga pada jenis usaha 2 P : Harga yang disepakati

BAB III METODOLOGI

3.1. Kerangka Pemikiran

Agroindustri sutera alam merupakan industri pengolahan yang mentransformasikan bahan baku kokon hasil pemeliharaan ulat sutera menjadi benang, kain sutera, batik dan pakaian jadi sutera. Usaha dan budidaya sutera alam sebetulnya telah lama dikenal dan dikembangkan oleh masyarakat di Indonesia, dan Departemen Kehutanan sebagai instansi pembina terus menerus mendukung dan memfasilitasi baik dalam bentuk proyek, program, maupun memberikan bantuan kredit dengan bunga rendah melalui kredit usaha tani sutera alam KUPA yang bersumber dari dana reboisasi. Kondisi agroindustri sutera alam di Indonesia pada kenyataannya belum maju, beberapa agroindustri yang dibangun tidak didasarkan kepada keterkaitan pembangunan pertanian rakyat yang kuat. Oleh karena itu pengembangan agroindustri sutera alam harus diarahkan untuk memanfaatkan hasil pertanian secara optimal dengan memberikan nilai tambah yang tinggi melalui pemanfaatan, pengembangan dan penguasaan teknologi serta melalui keterkaitan yang saling menguntungkan. Keterkaitan antara sektor pertanian dan sektor industri dalam pengembangan agroindustri sutera alam menjadi mutlak dilaksanakan untuk mendukung kemajuan yang berarti bagi agroindustri tersebut. Pengembangan sektor pertanian harus terintegrasi dengan pengembangan sektor industrinya. Dukungan infrastruktur, pengembangan teknologi dan kualitas sumber daya manusia akan memberikan daya dorong yang kuat terhadap upaya kemajuan dan perkembangan agroindustri sutera alam, keterkaitan antar sektor tidak bisa dipisahkan, harus saling mendukung dan saling mengisi satu sama lain. Pemerintah telah berupaya melalui berbagai kebijakan, program dan kegiatan untuk mengembangkan dan meningkatkan usaha sutera alam, namun sampai saat ini hasil nyata belum terlihat bahkan ada kecenderungan menurun mengingat beberapa industri sutera alam skala menengah banyak yang menghentikan operasinya. Beberapa masalah yang mengemuka saat ini dapat dilihat bahwa; 1 Belum ada keterkaitan kelembagaan, 2 belum mampu menjangkau akses terhadap permodalan