Strukturisasi Elemen Hambatan Pembentukan Klaster

3. Strukturisasi Elemen Hambatan Pembentukan Klaster

Strukturisasi terhadap 9 sembilan elemen hambatan pembentukan klaster dengan menggunakan teknik ISM menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi elemen. Hasil reachability matriks final dari elemen hambatan pembentukan klaster dalam pengembangan agroindustri sutera alam disajikan pada Tabel 19 berikut. Tabel 19. Reachability Matriks Final dan Interpretasinya dari Elemen Hambatan Pembentukan Klaster Hasil Pengolahan ISM VAXO Kode. E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 Drv E1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 E2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 2 E3 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 E4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 E5 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 E6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 E7 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 E8 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 E9 1 1 0 0 1 0 1 1 1 6 Dep 9 9 3 2 7 2 7 7 7 Merujuk Tabel 19 terlihat bahwa lemahnya sistem kelembagaan dan belum adanya sikap saling percaya antar pengusaha memiliki driver power DP atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai key element elemen kunci. Hasil ini memberi pengertian bahwa ketiga elemen tersebut mempunyai peran yang sangat besar dalam mendukung berkembangnya agroindustri sutera Kode Sub Elemen E1 Sulitnya melakukan koordinasi sesama stakeholder E2 Adanya persaingan yang tidak sehat E3 Kurangnya pemahaman pengusaha tentang manfaat klaster E4 Lemahnya sistem kelembagaan E5 Perbedaan kepentingan antar perusahaan E6 Belum adanya sikap saling percaya antar pengusaha E7 Belum terbentuknya kerjasama yang saling mendukung E8 Budaya perusahaan yang beragam E9 Kurangnya tenaga fasilitator klaster alam. Penyelesaian hambatan tersebut merupakan faktor yang sangat penting dalam pembentukan klaster. Hasil strukturisasi terhadap elemen hambatan pembentukan klaster dalam pengembangan agroindustri sutera alam disajikan pada Gambar 52 berikut. Gambar 52. Strukturisasi elemen Hambatan Pembentukan Klaster Merujuk struktur hirarki Gambar 52 terlihat bahwa lemahnya sistem kelembagaan dan belum adanya sikap yang saling percaya antar pengusaha menempati hirarki tertinggi level 4, kurangnya pemahaman pengusaha tentang manfaat klaster menempati hirarki level 3, perbedaan kepentingan antar perusahaan, belum terbentuknya kerjasama yang saling mendukung, budaya perusahaan yang beragam kurangnya tenaga fasilitator menempati hirarki level 2, sulitnya melakukan koordinasi sesama stakeholder dan adanya persaingan yang tidak sehat menempati hirarki level terendah. Hasil tersebut memberikan gambaran bahwa mengatasi hambatan lemahnya sistem kelembagaan dan belum adanya sikap saling percaya dapat mendukung penyelesaian hambatan lainnya. Hasil pengelompokan elemen hambatan pembentukan klaster ke dalam empat vector driver power dependence disajikan pada Gambar 53 berikut: E1 E 2 E5 E 7 E 8 E 9 E3 E4 E 6 Gambar 53. Klasifikasi Hambatan Pembentukan Klaster Gambar 53 di atas, menunjukkan bahwa kurangnya pemahaman pengusaha tentang manfaat klaster E3, lemahnya sistem kelembagaan E4, dan belum adanya sikap saling percaya antar pengusaha E6 termasuk dalam peubah bebas sektor independent. Hasil ini memberi pengertian bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang besar dan mempunyai sedikit ketergantungan dalam pengembangan agroindustri sutera alam. Penyelesaian hambatan tersebut harus diselesaikan lebih dahulu karena dapat menyelesaikan hambatan lainnya. Perbedaan kepentingan antar perusahaan E5, belum terbentuknya kerjasama yang saling mendukung E7, budaya perusahaan yang beragam E8 dan kurangnya tenaga fasilitator klaster E9 termasuk peubah linkage. Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil. Perubahan terhadap satu elemen akan berdampak terhadap elemen lainnya. Elemen ini dapat dikategorikan elemen yang mempunyai kekuatan penggerak yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri sutera alam. Sulitnya melakukan koordinasi sesama stakeholder E1, adanya persaingan tidak sehat E2, termasuk peubah tidak bebas dependent. Hasil ini memberi makna bahwa variabel tersebut sangat tergantung dengan peubah-peubah lainnya. E1, E2 E3 E4, E6 E5, E7, E8, E9 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 [IV] Independent [III] Linkage [I] Autonomous [II] Dependent Da y a Doron g Ketergantungan

4. Strukturisasi Elemen Peran Pemerintah