Agroindustri di Sulawesi Selatan

4.2. Agroindustri di Sulawesi Selatan

Propinsi Sulawesi Selatan mempunyai 20 Kabupaten dan 3 tiga Kota dengan luas wilayah 45.574 km 2 dan jumlah penduduknya sebesar 7,6 juta jiwa. Wilayah Sulsel terdiri dari 43 hutan, 11 perkebunan, 19,4 pertanian, 2,76 permukiman dan 0,02 lahan komersil dan industri. Lapangan pekerjaan terbesar pada sektor pertanian sebanyak 48,9 , sektor perdagangan 14,6 dan jasa 10,04. PDB Sulsel sebesar Rp.60,6 Triliun Disperindag Sulsel, 2006. PDB industri pengolahan berdasarkan harga konstan tahun 2000 sebesar Rp. 5,5 Triliun, pertanian Rp. 11,7 triliun, Perdagangan, hotel dan restoran Rp. 5,8 triliun, pertambangan Rp. 3,9 triliun, listrik, air dan gas Rp. 0,4 triliun, konstruksi Rp. 1,8 triliun, jasa keuangan Rp. 2,4 triliun dan jasa lainnya Rp. 4,5 triliun. Sektor industri pengolahan merupakan kontributor nomor 3 terhadap PDRB Sulsel yang bernilai total sebesar Rp. 38,9 Triliun. Sulawesi Selatan merupakan daerah penghasil sutera alam terbesar di Indonesia dan didukung oleh tersedianya lembaga pembinaan seperti Balai Persuteraan Alam di Bili-Bili serta 3 tiga Unit Pelayanan Teknis persuteraan masing-masing UPT Pemintalan di Kab. Soppeng dan Kab. Enrekang serta UPT Pertenunan di Kab. Wajo serta memiliki produsen telur sutera yaitu Perum Perhutani KPAS Soppeng dengan kapasitas 60.000 box telurtahun. Arah dan kebijakan Pemerintah Daerah Propinsi Sulawesi Selatan memilih persuteraan alam menjadi salah satu kelompok komoditi yang diprioritaskan untuk dikembangkan. Untuk mendukung kebijakan tersebut telah dikeluarkan Surat Keputusan Gubernur No: 730VI1992, tanggal 29 Januari 1992, tentang Pembentukan Tim Pengembangan Sutera Alam Propinsi Sulawesi Selatan dan Surat Keputusan Gubernur No: 2255VIITahun 2007, tanggal 30 Juli 2007, tentang Pembentukan Badan Koordinasi Pengembangan Sutera Alam Propinsi Sulawesi Selatan. Meskipun industri persuteraan sudah berkembang di Sulawesi Selatan sejak lama namun masih dijumpai banyak kelemahan yang dihadapi antara lain produktivitas dan mutu kokon, benang maupun kain yang dihasilkan umumnya masih rendah, teknologi peralatan masih manual dan skala kecil, sulit melakukan akses ke lembaga keuangan, kontinuitas pasokan bahan baku kurang terjamin, dan lain-lain. Pada Gambar 20 berikut disajikan peta Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Gambar 20. Peta Propinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara Pengembangan industri sutera alam di Sulawesi Selatan didukung oleh lembaga-lembaga terkait yang terdiri dari lembaga swadaya masyarakat, universitas, lembaga penyedia jasa, asosiasi pengusaha, lembaga penelitian dan lembaga keuangan baik bank maupun non bank serta lembaga pemerintah yang memiliki peranan dalam pembinaan industri. Lembaga-lembaga tersebut antara lain : Sidenreng, Kab.Sidrap Enrekang, Kab. Enrekang Bone-Bone, Kab. Bone Sengkang, Kab. Wajo Watansopeng, Kab. Soppeng 1. Dinas Kehutanan Kabupaten Kota Kabupaten Enrekang, Soppeng, Wajo, Bone, Sidrap, Barru, Tanah Toraja, Sinjai, Gowa dan Maros 2. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Kota Kabupaten Enrekang, Soppeng, Wajo, Bone, Sidrap, Barru, Tanah Toraja, Sinjai, Gowa dan Maros 3. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Kota Kabupaten Enrekang, Soppeng, Wajo, Bonne, Sidrap, Barru, Tanah Toraja, Sinjai, Gowa dan Maros 4. Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan 5. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan 6. Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Propinsi Sulawesi Selatan 7. Balai Persuteraan Alam Bili-Bili Kabupaten Gowa 8. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Sulawesi Selatan 9. Universitas Hasanudin Makassar 10. Aosiasi Sutera Enrekang ASE 11. Asosiasi Pengusaha Sutera Alam APESRA Kabupaten Wajo 12. Perbankan

4.3. Analisis Kebutuhan