Gambar 2. Berbagai Jenis Murbei yang digunakan sebagai Pakan Ulat Sutera di
Indonesia Atmosoedarjo et al. 2000.
2.2.3 Pemeliharaan Ulat Sutera
Bibit ulat sutera berupa telur ulat sutera yang dikembangkan dari jenis unggul yaitu bivoltine. Pada saat sekarang telur diproduksi dan dikembang-biakkan oleh
Perum Perhutani yang berlokasi di Candiroto dan Soppeng, dengan produksi riil sebanyak 25.000 kotak per tahun yang dapat menghasilkan kokon. Menurut
Atmosudardjo et al. 2000, pemeliharaan ulat sutera sudah dimulai di China sejak berabad-abad yang lalu. Leluhurnya adalah Ulat sutera liar, Bombyx mandarina, yang
ditemukan di pohon murbei di China, Jepang dan negara lain di Asia Timur. Pemeliharaan ulat sebanyak enam kali, atau delapan kali tiap tahun, bahkan
mungkin lebih, di negara kita dapat dilakukan, asal dapat mengatur waktu penanaman dan waktu pemangkasan di beberapa bagian kebun murbei, dengan perhitungan,
bahwa sembilan bulan sebelum pemeliharaan ulat dimulai, harus sudah selesai menanam dan menyediakan tanaman murbeinya. Dengan perhitungan waktu tersebut,
Morus alba Morus nigra
Morus multicaulis. Morus australis.
M. alba var. macrophylla
M. bombycis
maka tinggal mengatur berapa kali pemeliharaan akan kita lakukan setiap tahun, agar persediaan daun cukup banyak dan pemeliharaan ulat sutera tidak terlantar. Kecuali
itu, di samping kebun-kebun, yang sudah termasuk di dalam rencana, harus disediakan pula kebun persediaan, atau kebun bandingan, untuk persediaan kalau
kebun-kebun biasa terkena hama, atau ada gangguan lain. Pemeliharaan ulat sebanyak 12 kali setiap tahun, di negara kita dapat saja dilakukan, asal tersedia paling
sedikit empat bagian kebun murbei yang berlainan waktu mulai ditanamnya, dan sedikitnya harus ada dua tempat pemeliharaan. Kalau satu tempat pemeliharaan
dipakai, yang lain dibersihkan, dan sebaliknya. Tetapi cara pemeliharaan 12 kali tiap tahun akan memerlukan persyaratan kerja, alat-alat dan pengawasan yang sangat
ketat, agar tidak mengakibatkan kegagalan atau kerugian Atmosoedarjo et al. 2000. Produksi kokon berpotensi besar karena cepat memberikan hasil dengan nilai
ekonomi yang cukup tinggi. Teknologi yang digunakan sederhana dan dapat dilakukan sebagai usaha utama maupun sebagai usaha tambahan atau sampingan.
Pekerjaan-pekerjaan dalam usaha agroindustri ini dapat dilakukan oleh pria, wanita dewasa maupun anak-anak. Kegiatan tersebut bersifat padat karya sehingga dapat
menjadi sumber pendapatan masyarakat yang menguntungkan dan dapat pula dijadikan ajang untuk mengentaskan kemiskinan di pedesaan. Pada tahun 2005 posisi
perkembangan usaha pengolahan kokon meliputi 11.867 petani KK, luas tanaman murbei 9.526 ha dan menghasilkan kokon sebanyak 7.129,5 ton. Depperin, 2006b.
Gambar 3. Pohon Murbei, Pemeliharaan Ulat Sutera dan Kokon
2.3. Industri Pemintalan Sutera Alam