pemanfaatan sumber daya yang tersedia secara lebih produktif. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan di dalam merancang sistem
pengembangan kelembagaan adalah pengaturan antara hak dan kewajiban yang dituangkan dalam suatu perjanjian yang saling mengikat. Kegagalan bentuk
kerjasama selama ini karena seringkali melupakan hal tersebut. Pengembangan kelembagaan memerlukan analisa yang mendalam dan menyeluruh terhadap pelaku,
kebutuhan, kendala, aktivitas dan tujuan guna merancang sistem kelembagaan yang efektif untuk mewujudkan kebersamaan dalam mengembangkan agroindustri sutera
alam. Dalam pengembangan industri melalui pendekatan klaster para pengusaha
dapat saling memanfaatkan aktivitas produksi secara bersama. Porter 1994, menyatakan bahwa pemanfaatan bersama aktivitas produksi dapat meningkatkan
keunggulan bersaing melalui pendayagunaan kapasitas dan diversifikasi produk yang dihasilkan. Pemanfaatan bersama muncul dari peluang berbagi aktivitas karena
adanya kesamaan teknologi, distribusi atau faktor lainya. Pemanfaatan bersama aktivitas produksi dapat meningkatkan pendayagunaan kapasitas dan diversifikasi
produk dan pada gilirannya dapat mencapai skala ekonomi. Skala ekonomi adalah kemampuan perusahaan melakukan aktivitas usaha secara lebih efisien dengan
volume yang lebih besar. Peningkatan tersebut akan meningkatkan produktivitas dan daya saing sutera alam.
2.12. Pendekatan Sistem
Berhubung banyaknya pelaku dengan berbagai kepentingan dan keinginan yang beragam maka pengembangan agroindustri sutera alam melalui pendekatan
klaster bersifat kompleks. Menurut Eriyatno 2003, karakteristik permasalahan tersebut memerlukan pendekatan sistem, karena pemikiran sistem selalu mencari
keterpaduan antar bagian melalui pemahaman yang utuh. Kumpulan dan gugus bagian dapat disebut sistem apabila memenuhi syarat adanya kesatuan unity,
hubungan fungsional dan tujuan yang berguna. Pendekatan sistem adalah pendekatan terpadu yang memandang suatu obyek atau masalah yang kompleks dan bersifat antar
disiplin sebagai bagian dari sistem. Pendekatan sistem menggali elemen-elemen terpenting yang memiliki kontribusi yang signifikan terhadap tujuan sistem.
Sistem adalah suatu gugus dari elemen yang saling berhubungan dan teroganisasi untuk mencapai tujuan bersama. Sistem dicirikan dengan adanya elemen,
relasi antar elemen dan tujuan. Elemen mempunyai atribut dan relasi antar elemen terletak pada atributnya. Pendekatan sistem ditandai dengan pencarian elemen dan
hubungan antar elemen untuk mendapatkan solusi yang baik dan pembuatan model kuantitatif untuk membantu pengambilan keputusan secara rasional. Pendekatan
sistem mengutamakan kajian tentang struktur sistem baik yang bersifat penjelasan maupun sebagai dukungan kebijakan.
Struktur menggambarkan pengaturan dari elemen-elemen dan hubungan antar elemen dalam membentuk suatu sistem. Pengetahuan struktur dapat meningkatkan
pemahaman terhadap perilaku sistem secara utuh untuk kepentingan manajemen yang efektif. Pemodelan struktur menekankan pentingnya bentuk geometris dari pada
aljabar dalam menggambarkan elemen dan hubungannya, sehingga dapat dipandang sebagai model deskriptif.
Teknik pemodelan struktural mencakup dua tahap yaitu penerapan alat pembangkit dan pemilihan hubungan yang relevan dari elemen-elemen yang dikaji.
Alat pembangkit yang dapat digunakan adalah expert survey melalui indepth interview dengan berbagai pakar lintas disiplin. Alat pemilihan hubungan untuk
hubungan langsung dapat menggunakan teknik Interpretative Structural Modeling ISM.
Menurut Suryadi dan Ramdani 2000, model didefinisikan sebagai suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu dari suatu sistem nyata. Sistem
nyata adalah sistem yang berlangsung dalam kehidupan, sistem yang dijadikan titik perhatian dan permasalahan. Pemodelan adalah proses membangun sebuah model
dari sistem nyata dalam bahasa formal tertentu. Dari terminologi penelitian operasional, secara umum model didefinisikan sebagai suatu perwakilan atau
abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual Eriyatno, 2003. Berdasarkan fungsinya, model dapat diklasifikasikan sebagai model
deskriptif, model prediktif dan model normatif. Model descriptif hanya memberikan sebuah gambaran dari sistem nyata dan tidak meramal atau memberikan
rekomendasi, contohnya struktur organisasi. Model prediktif menghubungkan variabel dan bebas untuk meramalkan hasil dari kondisi tertentu, contoh analisis
finansial. Model normatif memberikan jawaban terbaik dari alternatif yang ada terhadap sebuah masalah, contoh pengaturan waktu produksi optimal.
Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah menemukan peubah-peubah penting yang mempengaruhi perilaku sistem dan mengkaji hubungan-
hubungan yang terdapat diantara peubah-peubah tersebut, dalam format model matematik. Formulasi model adalah upaya mendapatkan model yang berisikan
peubah, kendala, dan tujuan dalam bentuk matematis serta memanfaatkan untuk kalkulasi dengan subsitusi kuantitas bagi simbol-simbol. Sebelum model matematika
yang telah dikembangkan diaplikasikan, perlu dilakukan pengujian untuk melihat kemampuan model dalam memecahkan masalah. Verifikasi dilakukan untuk
menjamin bahwa model dapat bekerja mewakili sistem nyatanya dan memberikan solusi yang logis.
2.13. Sistem Penunjang Keputusan