pengembangan disain, jarang mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai disain baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Selain kemampuan SDM,
peralatan dengan teknologi sederhana yang digunakan mempunyai keterbatasan untuk memproduksi disain-disain yang beragam.
Untuk meningkatkan kemampuan dan mengembangkan disain produk perlu dilakukan peningkatan kemampuan disain melalui pelatihan, studi banding,
magang ke perusahaan yang sudah maju dan berkembang ataupun ke negara lain yang industri persuteraannya lebih maju dari Indonesia seperti China dan
Tahiland. Pemerintah dapat memfasilitasi penyediaan disainer dan menciptakan captive market seperti industri pembatikan di Jawa. Untuk melakukan persaingan
dengan produk sejenis dari China atau Thailand diperlukan disain-disain yang unik yang tidak mungkin dimiliki oleh negara tersebut. Peningkatan daya saing dapat
dilakukan melalui kegiatan-kegiatan pengembangan disain.
7.3.3. Pengembangan Sumber Daya Manusia
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, dari hasil pengolahan data tingkat kepentingan sub elemen tujuan untuk pengembangan industri inti ditemukan
meningkatkan produktivitas dan efisiensi, meningkatkan kualitas dan mengembangkan disain. Rendahnya produktivitas dan efisiensi sangat dipengaruhi
oleh kemampuan dan keterampilan SDM, untuk itu diperlukan pelatihan guna meningkatkan kemampuan tenaga-tenaga yang menangani bidang produksi tersebut.
Rendahnya kualitas produk yang diakibatkan oleh pasokan bahan baku benang yang kualitasnya rendah. Rendahnya kualitas benang disebabkan oleh karena
rendahnya kesadaran operator pada industri pemintalan untuk meningkatkan kualitas benang. Masalah tersebut harus diatasi melalui peningkatan kesadaran operator mesin
dan para pengusaha melalui sosialisasi. Dalam pembentukan klaster ditemukan hambatan utama yaitu kurangnya pemahaman para pengusaha tentang pentingnya atau
manfaat dari klaster sehingga diperlukan sosialisasi tentang konsep dan kebijakan klaster bagi pengusaha, pelatihan peningkatan kemampuan dan peningkatan kesadaran
untuk berproduksi secara baik.
7.3.4. Pengembangan Kelembagaan Agroindustri Sutera Alam
Mengacu kepada hasil pengelompokan elemen pelakulembaga pada Gambar 43 sebelumnya terlihat bahwa asosiasi, eksportir, lembaga litbang, importir,
perguruan tinggi termasuk dalam peubah linkage. Hal ini memberikan pengertian bahwa diantara sub-elemen sub-elemen ini mempunyai keterkaitan yang kuat satu
dengan yang lainnya. Bila pada sub elemen tersebut dilakukan suatu perlakuan yang positif maka akan menimbulkan dampak positif juga pada sub elemen lainnya.
Disamping itu sub-elemen sub-elemen tersebut mempunyai daya dorong yang cukup tinggi yang berarti bahwa disamping saling memiliki keterkaitan juga
mempunyai kekuatan yang besar untuk mendorong tercapainya tujuan pengembangan agroindustri sutera alam. Selanjutnya pengembangan agroindustri sutera alam harus
dilakukan dengan memadukan aktivitas dan kepentingan industri dan institusi tersebut agar sinergis.
Pengintegrasian akan mendorong terciptanya kerjasama lintas industrilembaga untuk saling mendukung dan saling menguntungkan. Pengintegrasian dapat dilakukan
dengan pembentukan organisasi industri atau klaster industri. Klaster industri memerlukan wadah, aturan, mekanisme kerja antara anggota untuk mencapai
hubungan yang efektif. Mengacu hasil identifikasi elemen pelakulembaga yang terlibat sangat
beragam dalam aktivitas, tujuan, kebutuhan dan permasalahan, maka struktur wadah atau organisasi yang sesuai dikembangkan adalah struktur jaringan yaitu sebuah
organisasi sentral yang menyandarkan diri pada organisasi lain untuk melakukan produksi, distribusi, pemasaran, penelitian, dan pengembangan serta fungsi-fungsi
usaha lainnya atas dasar kerjasama yang saling menguntungkan. Struktur organisasi jaringan memerlukan suatu lembaga yang dapat berfungsi sebagai koordinator,
fasilitator dan mediator secara efektif, efisien dan sinergis. Lembaga dapat berbentuk Lembaga Pengembangan Usaha LPU dan merupakan forum kerjasama lintas
institusi. Rancangan model kelembagaan agroindustri sutera alam secara skematik disajikan pada Gambar 57.
= Aliran materi = Aliran informasi
Gambar 57. Keterkaitan Kelembagaan Agroindustri Sutera Alam Melalui Pendekatan
Klaster
Gambar 57 menunjukkan keterkaitan aktivitas agroindustri sutera alam dengan institusiindustri lain dalam memproduksi, memasarkan, dan mendistribusikan sutera
alam. Keterkaitan dapat berupa produk, informasi, teknologi, permodalan, atau
Importir
UNIT LAYANAN PENGEMBANGAN USAHA
Lembaga Keuangan
Eksportir
KementrianLembaga, Dinas Terkait Perguruan
Tinggi Industri
Pemintalan Produsen Kokon
Industri Pertenunan
Lembaga Litbang
Informasi
Informasi
Produsen Mesin Peralatan
Industri Pembatikan
Asosiasi
Fasilitator
peralatan. Koordinasi dan optimalisasi keterkaitan dapat ditingkatkan melalui sistem informasi terpadu.
Masing-masing anggota memiliki komitmen melakukan kerjasama saling menguatkan dan menjalankan fungsinya sebaik mungkin. Model pengembangan ini
disebut sistem kelembagaan klaster agroindustri sutera alam. Sistem kelembagaan demikian belum terbentuk dan perlu dibangun untuk mengkonsolidasikan sumber
daya yang tersebar dan terpisah dalam satu kesatuan lembaga yang utuh, saling menguatkan dan saling menguntungkan. Para pelaku dalam Unit Layanan
Pengembangan Usaha ULPU yang terdiri dari unsur pemerintah baik pusat maupun daerah, dunia usaha, lembaga penelitian dan pengembangan, lembaga keuangan,
eksportir, importir, asosiasikoperasi, perguruan tinggi, dan fasilitator mempunyai kepentingan dalam pengembangan persuteraan alam sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing. Pemerintah Pusat dalam hal ini antara lain Depperin, Meneg KUKM, Dephut,
dan Depdag maupun Pemerintah Daerah berkepentingan untuk membangun perekonomian dengan basis kerakyatan yang mampu mengangkat kesejahteraan
masyarakat luas terutama masyarakat pedesaan, dengan membuka lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja dan penghapusan kemiskinan serta sekaligus meningkatkan
pertumbuhan ekonomi daerah dan perolehan devisa. Dengan tugas dan fungsinya pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dapat memfasilitasi maupun
memberikan bantuan kepada usaha agroindustri sutera alam baik bantuan teknologi, pemasaran, maupun bantuan peningkatan SDM.
Dalam upaya membantu usaha agroindustri sutera alam di bidang teknologi dilakukan melalui bantuan mesin peralatan kepada kelompok maupun melalui
pemanfaatan Unit Pelayanan Teknis yang dibangun oleh pemerintah di daerah. Bantuan peningkatan pemasaran dapat dilakukan melalui fasilitasi keikutsertaan
pengusaha pada pameran baik di dalam maupun luar negeri, sedangkan peningkatan sumber daya manusia dilakukan melalui pelatihan, magang maupun studi banding.
Morosini 2003 menyebutkan bahwa pemerintah daerah maupun pusat mempunyai peran yang sangat penting dalam menumbuhkan maupun memfasilitasi pengelolaan
klaster. Peran ini dapat diklasifikasikan antara lain sebagai inisiator, promotor,
koordinator dan manager. Lembaga keuangan Banknon Bank mempunyai kepentingan untuk
menyalurkan dana yang dimilikinya untuk usaha produktif dari nasabah yang baik dan memberikan keuntungan. Lembaga lainnya seperti Lembaga penelitian dan
pengembangan pada umumnya mempunyai fungsi untuk mengembangkan produk- produk maupun teknologi baru yang dapat digunakan oleh pengusaha. Temuan-
temuan teknologi berkaitan dengan peningkatan produktivitas dan efisiensi, kualitas dan penggunaan-penggunaan bahan baku alternatif lainnya. Pengembangan produk
baru akan melahirkan usaha-usaha baru dan meningkatnya penyerapan tenaga kerja dan lapangan usaha yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.
Disamping itu usaha baru akan meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam daerah sehingga menciptakan nilai tambah dan pendapatan bagi daerah. Lembaga
penelitian dan pengembangan serta Perguruan Tinggi mempunyai kepentingan untuk mengaplikasikan hasil temuan dan rekayasa teknologi yang dikembangkan ke usaha
agroindustri sutera alam dan menyalurkan tenaga ahli yang mereka miliki untuk memberikan bimbingan bagi pelaku usaha agroindustri sutera alam.
Asosiasi sebagai organisasi petani, pengrajin dan pedagang persuteraan alam berkepentingan memberikan manfaat bagi anggota dan sebagai mitra kerja
pemerintah. Asosiasi berperan sebagai fasilitator dalam menjembatani kepentingan anggota dengan stakeholder untuk terwujudnya klaster persuteraan alam yang
produktif dan berdaya saing. Produsen MesinPeralatan mempunyai kepentingan untuk memasok mesinperalatan bagi pengusaha agroindustri sutera alam. Pada
umumnya mesinperalatan yang digunakan dalam agroindustri sutera alam di Indonesia masih cukup sederhana. Produsen mesinperalatan mempunyai keterkaitan
dengan lembaga litbang dimana hasil temuan lembaga litbang dapat dikembangkan dan diproduksi oleh produsen mesin peralatan.
Importir mempunyai kepentingan untuk memasarkan produk yang mereka impor. Dengan keterlibatan importir ketersediaan bahan baku dapat dipenuhi.
Eksportir mempunyai kepentingan untuk memasarkan produk-produk hasil agroindustri dalam negeri. Eksportir dapat membantu pengusaha sutera alam untuk
mengembangkan pasarnya. Industri pendukung seperti industri pembuat mesin
peralatan mempunyai kepentingan untuk memasok mesinperalatan yang dibutuhkan oleh pengusaha agroindustri sutera alam.
Fasilitator mempunyai kepentingan khususnya secara mandiri maupun bersama pemerintah dapat membantu memfasilitasi maupun mengkoordinir
pelaksanaan pengembangan klaster antara lain 1 mengidentifikasi para pengusaha yang akan menjadi anggota klaster, 2 bersama-sama dengan anggota klaster
mendiagnosa permasalahan dan merumuskan rencana tindak pengembangan klaster, 3 memfasilitasi dan mengkoordinasikan pertemuan-pertemuan antar anggota-
anggota klaster, 4 membantu mencari solusi jika terjadi permasalahan atau konflik dalam klaster, 5 mengumpulkan, mengolah dan mendistribusikan informasi dan lain-
lain. Tenaga fasilitator merupakan elemen kunci dan merupakan salah satu prasyarat dalam pengembangan klaster, untuk itu diharapkan pemerintah terus berupaya untuk
meningkatkan kemampuan maupun jumlah tenaga-tenaga fasilitator melalui pelatihan- pelatihan.
Dari hasil pengolahan data tingkat kepentingan dan strukturisasi elemen keberhasilan pengembangan klaster ditemukan bahwa faktor yang sangat berpengaruh
dalam keberhasilan pengembangan klaster adalah meningkatkan kerjasamanetwork, melakukan komunikasi secara intensif, adanya industri inti, adanya jiwa
kepemimpinankewirausahaan serta dukungan fasilitator. Kerjasamanetwork dapat diciptakan terutama jika antar pelaku usaha memiliki tujuan yang sama, saling
mempercayai serta mematuhi komitmen yang telah disepakati. Komitmen merupakan prasyarat dalam pengembangan klaster, tanpa adanya komitment dari semua pelaku
yang terlibat upaya pengembangan klaster tidak akan tercapai. Adanya industri inti sebagai penggerak utama yang dipimpin oleh individu
yang mempunyai jiwa kepemimpinan dan kewirausahaan yang tinggi menjadi faktor yang sangat penting dalam mengelola klaster. Industri inti dapat berupa perusahaan
besar atau kelompok usaha dalam sentra industri kecil menengah yang mampu sebagai katalisator, inovator, mengelola pasokan, pemasaran maupun promosi produk dari
anggota klaster maupun melakukan penelitian dan pengembangan produk. Sebagai koordinator dari klaster diharapkan muncul dari personil industri inti yang dapat
dipercaya oleh anggota klaster. Koordinator harus mampu meyakinkan anggota klaster
untuk mengimplementasikan strategi maupun kesepakatan-kesepakatan yang telah ditetapkan secara bersama.
Berbagai fungsi dan kepentingan masing-masing pelaku dalam pengembangan agroindustri sutera alam sehingga ULPU yang merupakan lembaga pengembangan
agroindustri sutera alam diharapkan dapat mengkoordinasikan semua kepentingan para stakeholder. Lembaga tersebut diharapkan dapat mengatur pembagian
keuntungan yang proporsional bagi semua pelaku usaha dalam klaster. Melalui upaya- upaya yang dilakukan diharapkan tujuan pengembangan agroindustri sutera alam
dapat tercapai.
7.3.5. Upaya Mengatasi Hambatan Pembentukan Klaster