Industri Pemintalan Sutera Alam Industri Pertenunan

2.3. Industri Pemintalan Sutera Alam

Industri pemintalan sutera menggunakan alat pintal reeling baik dengan sistim manual dan semi mekanis maupun dengan sistim semi otomatis. Sentra utama industri pemintalan benang sutera terdapat di Sulawesi Selatan Kab. Enrekang, Soppeng dan Wajo dan Jawa Barat Kab. Garut, Tasikmalaya, Bogor dan Cianjur. Sentra penghasil benang sutera lainnya adalah 1 Jawa Tengah tersebar di Kabupaten Pemalang, Jepara, Pekalongan, Pati, Wonosobo dan Banyumas, 2 DI Yogyakarta tersebar di Sleman dan Kota Yogyakarta, 3 Bali: Badung dan Tabanan, 4 NTB di Lombok Barat, 5 NTT: Timor Timur Selatan, 6 Lampung tersebar di Lampung Barat, 7 Sumatera Selatan tersebar di Kabupaten OKU, 8 Sumatera Barat tersebar di Kabupaten Tanah Datar dan Kabupaten 50 Kota. 9 Sumatera Utara tersebar di Kabupaten Deli Serdang dan Simalungun. Jumlah industri pemintalan sutera sekitar 2.363 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 7.796 orang. Produsen benang sutera terbesar Indonesia adalah Sulawesi Selatan, namun seluruh produksi belum mampu memenuhi kebutuhan benang sutera nasional. Untuk mengisi kekurangan benang sutera tersebut diatasi dengan mengimpor benang sutera dari China, Thailand, Vietnam dan India. Depperin, 2006b Gambar 4. Mesin Reeling pemintalan Sutera Otomatis, Mesin Reeling Sutera Konvensional dan Benang Sutera Hasil Reeling.

2.4. Industri Pertenunan

Industri pertenunan sutera menggunakan peralatan yaitu sistem gedogan, alat tenun bukan mesin ATBM dan alat tenun mesin ATM. Pada saat ini terdapat 14.764 unit usaha industri pertenunan sutera yang memperkerjakan 66.986 tenaga kerja dengan nilai produksi sebesar Rp 1.063 miliar atau setara dengan 26 juta meter. Sentra utama yang memproduksi kain sutera terdapat di Sulawesi Selatan sebanyak 9.387 unit usaha atau 64 dari potensi nasional, sedangkan daerah lain yang memproduksi kain sutera adalah Jawa Barat Majalaya, Tasikmalaya, dan Garut, Jawa Tengah Jepara, Pemalang dan Pekalongan, DI Yogyakarta Sleman dan Bali Tabanan dan Badung. Gambar 5. Alat Tenun Bukan Mesin dan Kain Sutera Produksi Thailand. 2.5. Industri Pembatikan Batik adalah produk seni rupa Indonesia hasil pewarnaan rintang dengan menggunakan lilin batik sebagai bahan perintangnya. Karena itu dilihat dari teknik pembuatannya, batik melalui tiga pokok tahapan proses yaitu : 1. Pelekatan lilin batik sebagai media penerapan ragam hias pada kain 2. Pewarnaan 3. Penghilanganpelepasan lilin batik Teknik aplikasi pelekatan lilin batik sesuai motifnya dapat dilakukan dengan alat canting tulis, canting cap atau kombinasi keduanya. Dengan cara pelekatan lilin batik tersebut, produk batik dapat digolongkan sebagai batik tulis, batik cap dan batik kombinasi tulis dan cap. Bahan baku untuk batik dapat digunakan kain yang terbuat dari serat alam maupun serat buatan. Kain dari serat alam termasuk kain sutera. Pewarnaan dapat dilakukan dengan cara pencelupan maupun kuwasan coletan, sedangkan penghilangan lilin batik dilakukan pada tengah proses dan pada akhir proses. Penghilangan lilin pada tengah proses dapat dilakukan lebih dari satu kali disesuaikan dengan banyaknya warna yang diinginkan. Sentra utama industri pembatikan sutera terdapat di Jambi, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Jawa Timur, Lampung dan Bali. Pada tahun 2005 jumlah industri kecil menengah batik sebesar 40.549 unit usaha, menyerap tenaga kerja sebanyak 703.560 orang dengan nilai produksi sebesar Rp. 2.506 milyar. Industri penghasil batik dunia adalah Indonesia meskipun saat ini telah banyak negara khususnya di Asia mulai memproduksi batik. Penghasil batik terbesar setelah Indonesia antara lain Malaysia, Singapore, dan bahkan Thailand juga telah mulai memproduksi batik. Industri batik Indonesia yang menggunakan sutera sebagai bahan bakunya sekitar 15. Gambar 6. Proses Pembatikan dengan Cap dan Tulis serta Kain Batik.

2.6. Pemasaran