BAB IV ANALISA SISTEM
4.1. Analisa Situasional Agroindustri Sutera
Agroindustri sutera merupakan industri pengolahan yang menghasilkan sutera dengan menggunakan bahan baku kokon yaitu kepompong dari ulat sutera. Aktivitas
usaha industri sutera mencakup pemeliharaan ulat sutera, pengolahan kokon, pemintalan, pertenunan, pembatikan. Berbagai aktivitas tersebut saling berkaitan,
sehingga antara satu aktivitas dengan aktivitas lain memiliki saling ketergantungan. Sebagai misal, penyediaan kokon yang kurang kontinyu akan menyebabkan industri
pemintalan tersendat dan pasokan benang sutera kepada industri pertenunan tidak lancar dan selanjutnya pasokan kain sutera akan terhambat ke industri pembatikan
yang pada akhirnya pelayanan kepada konsumen akhir juga tidak memadai. Pengamatan terhadap agroindustri sutera memperlihatkan bahwa pelaku pada
industri hulu yaitu petani ulat suteraprodusen kokon dan pemintal benang sutera memiliki sumber daya yang relatif lemah. Untuk itu, pengembangan agroindustri
sutera harus diarahkan kepada pemberdayaan ke 2 dua pelaku usaha tersebut, apabila ingin meningkatkan daya saing industri sutera. Berbagai kelemahan yang
tampak diantaranya adalah pengetahuan, teknologi, modal dan membangun jaringan. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan ini adalah
membangun kerjasama dengan industri lembaga lain yang terkait. Keterbatasan sumber daya pada pelaku usaha di industri penyediaan kokon dan pemintalan
memerlukan campur tangan pemerintah untuk mendorong terjalinnya kerjasama. Kerjasama memerlukan prinsip saling menguatkan dan saling
menguntungkan. Perbedaan kepentingan yang disebabkan adanya keragaman kebutuhan, kendala, aktivitas dan tujuan dari para pelakuinstitusi memunculkan
permasalahan yang kompleks, dinamis dan probabilistik. Karakteristik permasalahan tersebut memerlukan pendekatan sistem yang bercirikan pada keterpaduan dalam
menyelesaikan masalah. Metode pemecahan masalah dengan pendekatan sistem diawali dengan analisa sistem dengan tahapan analisis kebutuhan, formulasi
permasalahan, identifikasi sistem dan dilanjutkan dengan pemodelan sistem dan implementasi model.
4.2. Agroindustri di Sulawesi Selatan