Strukturisasi Elemen Peran Pemerintah

4. Strukturisasi Elemen Peran Pemerintah

Strukturisasi terhadap 10 sepuluh elemen peran pemerintah dengan menggunakan teknik ISM menghasilkan matriks reachability , struktur hirarki dan klasifikasi elemen. Hasil reachability matriks final dari elemen peran pemerintah dalam pengembangan agroindustri sutera alam disajikan pada Tabel 20. Tabel 20. Reachability Matriks Final dan Interpretasinya dari Elemen Peran Pemerintah Merujuk Tabel 20 terlihat bahwa memberikan bantuan permodalan, melaksanakan pendidikan dan pelatihan, memberikan bantuan mesin dan peralatan produksi, serta melakukan koordinasi antar instansi terkait memiliki driver power HASIL PENGOLAHAN ISM VAXO Kode E1 E2 E3 E4 E5 E6 E7 E8 E9 E10 Drv E1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 E2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 E3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 E4 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 E5 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 E6 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 E7 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 E8 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 2 E9 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 E10 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Dep 4 4 4 8 10 8 4 10 8 8 Kode. Sub Elemen E1 Memberikan bantuan permodalan E2 Melaksanakan pendidikan dan pelatihan E3 Memberikan bantuan mesin dan peralatan produksi E4 Mendirikan sarana pelayanan teknis E5 Memfasilitasi penyediaan informasi E6 Memfasilitasi akses ke lembaga keuangan baik bank maupun non bank E7 Melakukan koordinasi antar instansi terkait E8 Memfasilitasi pertemuan-pertemuan antar anggota klaster E9 Memfasilitasi penelitian bekerjasama dengan perguruan tinggi dan Lembaga Litbang lainnya E10 Melaksanakan promosi produk DP atau daya dorong dengan peringkat tertinggi yang disebut sebagai key element elemen kunci. Hasil ini memberi pengertian bahwa keempat elemen tersebut mempunyai peran yang sangat besar dan penanganannya harus diprioritaskan dalam mendukung berkembangnya agroindustri sutera alam. Hal ini dapat dimengerti karena agroindustri sutera alam umumnya adalah usaha kecil menengah yang masih memerlukan dorongan dan bantuan khususnya dari pemerintah. Hasil strukturisasi terhadap elemen peran pemerintah dalam pengembangan agroindustri suetra alam disajikan pada Gambar 54. Gambar 54. Strukturisasi hirarki elemen peran pemerintah Merujuk struktur hirarki Gambar 54 terlihat bahwa memberikan bantuan permodalan, melaksanakan pendidikan dan pelatihan, memberikan bantuan mesin dan peralatan produksi, serta melakukan koordinasi antar instansi terkait menempati level tertinggi level 3. Elemen mendirikan sarana pelayanan teknis, memfasilitasi akses ke lembaga keuangan baik bank maupun non bank, memfasilitasi penelitian berkerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga litbang lainnya, melaksanakan promosi produk menempati hirarki level 2, sedangkan elemen memfasilitasi penyediaan informasi dan memfasilitasi pertemuan antar anggota klaster menempati hirarki level terendah, yang memberi pengertian bahwa kedua elemen pada level terendah tersebut sangat dipengaruhi oleh elemen-elemen di atasnya. Hasil pengelompokan elemen peran pemerintah ke dalam empat vector driver power dependence disajikan pada Gambar 55 . E5 E 8 E4 E 6 E 9 E 10 E1 E 2 E 3 E 7 Gambar 55. Klasifikasi elemen Peran Pemerintah Gambar 55 di atas, menunjukkan bahwa, memberikan bantuan permodalan E1 melaksanakan pendidikan dan pelatihan E2 memberikan bantuan mesin dan peralatan produksi E3 melakukan koordinasi antar instansi terkait termasuk dalam peubah bebas independent. Hasil ini memberi pengertian bahwa variabel- variabel tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang besar dan mempunyai sedikit ketergantungan dalam pengembangan agroindustri sutera alam. Mendirikan sarana pelayanan teknis E4, memfasilitasi akses ke lembaga keuangan baik bank maupun non bank E6 memfasilitasi penelitian bekerjasama dengan perguruan tinggi dan lembaga litbang lainnya E9 dan melaksanakan promosi produk E10 termasuk peubah linkage. Hasil ini memberi pengertian bahwa peubah-peubah tersebut harus dikaji secara hati-hati sebab hubungan antar peubah saling terkait dan tidak stabil. Perubahan terhadap satu elemen akan berdampak terhadap elemen lainnya. Elemen ini dapat dikategorikan elemen yang mempunyai kekuatan penggerak yang cukup besar dalam pengembangan agroindustri sutera alam. Memfasilitasi penyediaan informasi E5 dan memfasilitasi pertemuan- pertemuan antar anggota klaster E8 termasuk peubah tidak bebas. Hasil ini memberi makna bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai kekuatan penggerak yang relatif kecil dan sangat tergantung dengan peubah-peubah lainnya. E1, E2, E3, E7 E4, E6, E9, E10 E5, E8 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 [IV] Independent [III] Linkage [I] Autonomous [II] Dependent Da y a Doron g Ketergantungan

6.4. Model Kelayakan Usaha

Pada penelitian ini Agroindustri sutera alam dibatasi pada usaha pemeliharaan ulat sutera, pemintalan, pertenunan dan pembatikan serta integrasi usaha pemeliharaan ulat sutera, pemintalan, pertenunan. Untuk memberikan keuntungan optimal, kriteria kelayakan finansial dapat dijadikan ukuran.

6.4.1 Sub Model Kelayakan Usaha Agroindustri Sutera Alam

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis berikut menggunakan asumsi- asumsi skala usaha 1 ha kebun murbei, produktivitas kokon rata-rata 755 kgtahun, modal sendiri 100, pajak 11,5 dan biaya pemasaran 2,5. Usaha industri pemintalan dengan skala usaha menggunakan mesin reeling pemintal benang 8 unit, produktivitas benang 2.400 kgtahun, modal sendiri 60, bunga modal tetap 18tahun, bunga modal kerja 20tahun, diskon faktor 18tahun, harga bahan baku kokon Rp. 26.000kg, biaya pemasaran 1 dari harga jual benang, dan pajak 11,5 . Usaha industri pertenunan dengan skala usaha menggunakan menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin ATBM sebanyak 10 unit, produktivitas kain 12.000 mtahun, modal sendiri 60, bunga modal tetap 18tahun, bunga modal kerja 18tahun, diskon faktor 18tahun, harga bahan baku benang Rp. 315.000kg, biaya pemasaran 1, biaya pembelian 1 dari harga jual kain, pajak 11,5 . Usaha industri pembatikan dengan skala usaha mempekerjakan tenaga kerja langsung sebanyak 22 orang, produktivitas kain batik 1200 steltahun dengan konversi 1 stel adalah 4 meter kain batik, modal sendiri 60, bunga modal tetap 18tahun, bunga modal kerja 18tahun, diskon faktor 18tahun, harga bahan baku Rp. 60.000meter dan pajak 11,5 . Tabel 21 menyajikan analisis kelayakan usaha agroindustri sutera yang ditinjau dari NPV, IRR, PBP dan BC. Hasil tersebut dapat menyimpulkan bahwa keempat usaha tersebut merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan dimana NPV 0, IRR lebih tinggi dari bunga pasar 18, PBP 20 tahun dan nilai BC 1. Hasil analisis keuntungan bersih rata-rata pertahun usaha agroindustri sutera alam menunjukkan bahwa ke empat usaha setiap tahun memperoleh keuntungan, namun