Analisa Kapasitas Produksi Usaha Integrasi

terjadi kendala karena industri pemintalan tentunya merasa dirugikan dengan penurunan pendapatan tersebut. Melihat kendala yang mungkin terjadi pada usaha integrasi perlu dilakukan upaya untuk memberikan pemahaman kepada semua usaha bahwa dalam rangka mempertahankan kelangsungan usaha dalam agroindustri diperlukan keseimbangan pendapatan.

7.3.10. Analisa Kapasitas Produksi Usaha Integrasi

Untuk mengefisienkan usaha integrasi perlu dihitung kapasitas minimum untuk masing-masing usaha dalam agroindustri sutera alam. Dari hasil pembahasan sebelumnya dapat ditunjukkan kapasitas produksi yang diperlukan untuk setiap usaha. 1. Dalam klaster usaha integrasi pemeliharaan ulat sutera, pemintalan, pertenunan dan pembatikan, untuk memproduksi kain batik sebanyak 1200 stel per tahun dibutuhkan kain tenun sebanyak 4.800 metertahun, berarti peralatan ATBM yang dibutuhkan adalah sebanyak 4 empat unit. Untuk memasok pertenunan diperlukan benang sebanyak 480 kgtahun sehingga mesin reeling pemintalan yang dibutuhkan sebanyak 2 dua mesin. Untuk memasok pemintalan diperlukan kokon sebanyak 3.360 kgtahun, berarti luas lahan untuk pemeliharaan ulat sutera diperlukan seluas 4,5 ha. 2. Dalam klaster usaha integrasi pemeliharaan ulat sutera, pemintalan, dan pertenunan, untuk memproduksi kain tenun sutera sebanyak 12.000 meter per tahun dibutuhkan pasokan benang sebanyak 1.200 kgtahun. Untuk menghasilkan benang sebanyak 1.200 kg dibutuhkan mesin reeling pemintalan sebanyak 4 empat mesin. Untuk memasok pemintalan dibutuhkan kokon sebanyan 8.400 kg kokontahun. Untuk itu dibutuhkan lahan untuk pemeliharaan ulat sutera seluas 11,5 ha. Jumlah industri pertenunan sutera alam di Kabupaten Wajo sebanyak 5.208 unit usaha dengan jumlah IKM yang menggunakan ATBM sebanyak 1.104 unit usaha dengan rata-rata jumlah ATBM sebanyak 5 buah. Jadi jumlah ATBM yang ada di Kabupaten Wajo sebanyak 5.520 buah. Jika diasumsikan bahwa kapasitas riel sebesar 50, maka dengan kapasitas produksi per ATBM sebanyak 4 meter perhari maka dalam satu tahun dapat memproduksi kain sebanyak 3.312.000 meter. Untuk itu dibutuhkan pasokan benang sebanyak 331.200 kg. Untuk memproduksi benang sebanyak 331.200 kg dibutuhkan kokon sebanyak 2.318.400 kg. Jika 1 ha lahan dapat digunakan untuk memproduksi kokon sebanyak 755 kg pertahun maka lahan yang diperlukan untuk memproduksi kokon sebanyak 2.318.400 kg adalah seluas 2.991 ha. Saat ini luas lahan yang ada di Kabupaten Wajo hanya seluas 209 ha sehingga bahan baku kokon masih dipasok dari daerah lainnya dan sebagian impor. 3. Dalam klaster usaha integrasi pemeliharaan ulat sutera, dan pemintalan, untuk memproduksi benang sebanyak 2.400 kgtahun dibutuhkan pasokan kokon sebanyak 16.800 kgtahun. Untuk memproduksi kokon sebanyak 16.800 kgtahun dibutuhkan luas lahan untuk pemeliharaan ulat sutera seluas 23 ha.

7.3.11. Analisis Kesetaraan Harga