َرا َص shâra berubah menjadi

71 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab

10. َحِرَباَم mâ baricha

Verba baricha memiliki dua makna berbeda. Baricha bermakna masih melakukan sesuatu istimrâr dan baricha bermakna meninggalkan dzihâbun. Apabila baricha bermakna yang pertama istimrâr maka berkategori i’il nâqish dapat berperilaku atas jumlah ismiyyah. Kata baricha bermakna yang kedua dzihâbun berkategori i’il tâmm dan tidak bisa berperilaku atas jumlah ismiyyah Barakat, 311. Contoh: 59 ُ ذاَت ْسُ ْلا َسَل َج ىَت َح اًفِقاَو ٌدَم َحُم َحِرَب اَم Mâ baricha muchammadun wâqifan chattâ jalasal-ustâdzu Mâ tidak :Par.neg Baricha pergi :v.inc.III.mask.tg. muchammadun muhammad :N.nom.mask.tg.S Wâqifan berdiri :N.aks.mask.tg.P Chattâ sampai :Par.pre Jalasa duduk :v.perf.III.mask.tg.P Al-ustâdzu guru :N.nom.mask.tg.S “Muhammad masih berdiri sampai guru itu duduk” Verba baricha pada contoh di atas bermakna masih berkategori i’il nâqish yang dapat berperilaku atas jumlah ismiyyah dengan menjadikan ٌ دَم َحُم muchammadun ‘muhammad’ berkasus nominatif sebagai isim-nya dan menjadikan اًفِقاَو wâqifan ‘berdiri’ sebagai khabar-nya. sedangkan baricha bermakna meninggalkan sesuatu pada contoh berikut ini. 60 ْيِقْيِد َص ُهَرَدا َغ ىَت َح َناَكَمْلا ُت ْحِرَباَم Mâ barichtul-makâna chattâ ghâdarahu shadîqî Mâ barichtul masih :v.inc makâna tempat :N.aks.O chattâ ketika :Prep ghâdarahu meninggalkannya :v.perf.III.mask.tg.P shadîqî temanku :N.nom.mask.tg.S “Saya tidak meninggalkan tempat ketika temanku meninggalkannya” 72 Talqis Nurdianto, Lc., MA Pada contoh di atas ini, baricha bermakna meninggalkan dalam bentuk i’il tâmm dan tidak berperilaku atas nomina setelahnya, melainkan sebagai verba yang memiliki subjek fa’il dlomir pronoun orang pertama tunggal dan objek maf’ul bih َناَكَمْلا al-makâna ‘tempat’.

11. َئِتَفاَم mâ fati`a

Verba fati`a dapat berperilaku atas jumlah ismiyyah ketika bergandengan dengan nafyu negasi, َئِتَفاَم mâ fati`a berupa i’il naqish yang bermakna lâ yazâlu ‘masih’. Apabila َئِتَفاَم mâ fati`a bermakna sakkana ‘menempatkan’ maka berupa i’il tâmm yang mencukupkan dengan adanya fa’il atasnya Barakât, 2007a: 311-312.

12. َ كَفْنِا اَم mâ infaka

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa keempat verba dapat berperilaku atas jumlah ismiyyah apabila didahului oleh nafyu seperti menggunakan َا lâ ‘tidak’, ريغ ghaira ‘bukan’ bergandeng dengan isim fa’il, ْنَل lan ‘tidak, َسْيَْل laisa ‘tidak’ . Apabila keempat verba dipakai sebagai i’il nâqish dengan tidak menyebutkan perangkat nafyu setelahnya maka perangkat nafyu dilesapkan dengan syarat verba tersebut terletak setelah qasam sumpah Barakât, 2007a: 312-313. Contoh: 61 َ ف ُسْوُي ُرُكذت ُأَتْفَت ِهاَت اْوُلاَق Qâlû tallâhi tafta`u tadzkuru yûsuf Qâlû mereka berkata v.perf.P+pron.III.mask.pl.S tallâhi demi Allah Par.sump+N.gen Tafta masih v.inc.II.mask+pron.II.mask.dl.S tadzkuru Engkau mengingat v.impt.II.mask.dl.P Yûsuf yusuf N.aks.O “Mereka berkata demi Allah engkau masih mengingat Yusuf” Verba tafta`u dapat berperilaku pada jumlah ismiyyah dengan menjadikan mubtada` sebagai isim-nya, dan menjadikan khabar mubtada sebagai khabar-nya. pada contoh di atas isim tafta`u adalah dlomir muqaddar orang kedua yaitu anta ‘kamu’ sedangkan