Fi’il Nâsikh Incomplete Verb َناَك kâna ‘ada’

61 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab menyempurnakan maknanya, kâna tidak cukup dengan isim-nya saja, karena menjadikan jumlah tidak berfaidah. Contoh lain: 42 ِمْيِرَك ْلا ِناْرُقْلاِب َنْيِمِزَتْلُم َنْوُمِلْسُمْلا َناَك Kânal-muslimûn multazimîna bil-qur`ânil-karîmi Kâna adalah v.inc.III.mask.P Al-muslimûna orang-orang islam N.nom.mask.pl.S Multazimîna berpegang teguh n.aks.mask.pl.O Bi pada Prep Al-qurâni Al-quran N.gen Al-karîmi yang mulia N.gen “Orang-orang islam berpegang teguh pada Al-Quran al-karim” Verba kâna berupa i’il nâqish incomplete verb karena membutuhkan isim dan khabar-nya. isim kâna َن ْوُمِل ْسُمْلا al-muslimûna dan khabar-nya َنْيِمِزَتْلُم multazimina. 3. Verba kâna ziyâdah tambahan Terkadang kâna dalam kalimat sebatas tambahan yang tidak berlaku pada mubtada dan khabar jumlah ismiyyah kecuali memberikan faidah keterikatan makna jumlah ismiyyah dengan waktu tertentu, dengan syarat verba kâna dalam bentuk i’il mâdli perfek, dan tersebut di antara dua hal yang lazim bergandeng, seperti di antara mudlaf dan mudlaf ilaih, preposisi jar dan majrûr Barakât, 2007a: 387. Contoh: 43 ِج ْرُدلا- َناَك- ْيِف ُبْو ُكلا Al-kûbu i-kâna-ad-durji Al-kûbu gelas : N.nom.S Fi di dalam : prep Kâna adalah : v.inc Ad-durji laci : N.gen “Gelas di dalam –ada-laci” Keberadaan verba kâna pada contoh 43 tidak memberikan perilaku pada kata setelahnya dikarenakan posisinya di antara dua hal yang lazim bersambung. Keberadaan kâna memisahkan keduanya. Yaitu antara preposisi dan isim majrûr nomina geniti 62 Talqis Nurdianto, Lc., MA yang semestinya kedua bersambung tanpa adanya kata fâsil pemisah. 4. Verba kâna berarti shâra Verba kâna pada kalimat memberikan arti ash-shairurah menjadi Barakât, 2007a: 392. Contoh: 44 ِه ِنْذِاِب اًرْي َط ُنْوُكَيَف ُخُفْنَأَف Fa`anfukhu fayakûnu thairan biidznillâhi Fa maka : par.konj `anfukhu meniup : v.imp.I.tg.P Fa maka : par.konj Yakûnu menjadi : v.inc.III.tg. Thairan burung : N.ak.P Bi dengan : prep Idzni ijin : N.gen Allâhi Allah : N.gen “Maka saya tiup berubah menjadi burung dengan ijin Allah” QS. Ali Imrân: 49 Verba kâna pada contoh 44 bermakna shâra ‘menjadi’ ُ نْوُكَيَف ا ًرْي َط fayakûnu thairan ‘maka berubah menjadi burung’. Yaitu merubah khabar-nya menjadi burung. 5. Verba kâna bersinonim lam yazal Apabila verba kâna meunjukkan arti terjadinya jumlah ismiyyah secara istimrâr continue. Verba kâna pada kondisi ini masih berperilaku atas mubtada dan khabar. Contoh: 45 ٍةَمُأ َرْي َخ ْمُتْنُك Kuntum khaira ummatin Kuntum kalian : v.inc.II.pl.mask Khaira sebaik-baik : N.ak.P Ummatin ummat : N.gen “Kalian adalah sebaik-baik ummat” QS. Ali Imrân: 110 63 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab Pada contoh 45 menunjukkan makna bahwa kalian adalah sebaik-baik ummat akan terus berlaku pada generasi selanjutnya, bahkan tidak ada yang lebih baik daripada kalian.

2. ى َسْمَأ amsa waktu sore

Verba amsa memberikan makna di waktu sore. Yaitu adanya keterkaitan antara makna mubtada dan khabar pada di waktu sore. Verba amsa mengikuti pola لعفي لعفأ af’ala yuf’ilu Barakât, 2007a:301. Contoh: 46 ِه ِش ِع ىَلِإ اًدِئاَع ُرِئا َطلا ىَسْمَأ Amsâth-thâiru ‘âidan ilâ ‘isysyihi Amsâ waktu sore : v.inc.III.mask.tg. Ath-thâiru burung : N.nom.mask.tg.S ‘âidan kembali : N.ak.mask.tg.P Ilâ ke : prep ‘isysyi sarang : N.gen.mask.tg hi dia : Pron.III.mask.tg.gen “Burung itu kembali ke sarangnya pada sore hari” Verba amsâ berperilaku pada isim-nya kata ُرِئا َطلا ath-thâiru ‘burung’ dengan menjadikannya berkasus nominatif, juga menjadikan kata اًدِئا َع ‘âidan ‘kembali’ berkasus akusatif berfungsi sebagai khabar-nya. Verba amsâ yang mengikuti pola af’ala ini berperilaku atas isim dan khabar-nya kama disebut i’il nâqish. Fi’il verba amsâ yang menunjukkan makna memasuki waktu sore disebut i’il tâmm. Contoh: 47 ْيِلِزْنَم ىَلِإ ُتْدُع ُتْيَسْمَأ اَمَل Lammâ amsaitu ‘udtu ilâ manzilî Lammâ ketika :Par.konj Amsâ waktu sore :v.perf.I.mask.tg.P ‘udtu kembali :v.perf.I.mask.tg.P Ilâ ke :prep Manzili rumah :N.gen.mask “Ketika memasuki waktu sore, saya kembali ke rumah” 64 Talqis Nurdianto, Lc., MA Verba amsâ di contoh 47 menunjukkan pekerjaan kembali ke rumah dilakukan ketika memasuki waktu sore. Maka verba amsâ ini termasuk i’il tâmm.

3. َحَب ْصَأ ashbacha waktu subuh

Verba ashbacha memberikan makna waktu subuh yaitu keterkaitan antara isim dan khabar-nya yang terjadi pada waktu subuh. Verba ashbacha masuk pada jumlah ismiyyah dengan menjadikan mubtada` berkasus nominatif sebagai isim-nya dan menjadikan khabar mutbada` berkasus akusatif sebagai khabar-nya sehingga disebut i’il nâqish dengan syarat ashbacha mengikuti pola af’ala - yuf’ilu Barakât, 2007a: 299. Contoh: 48 ا ًغِراَف ىَسْوُمِ َمُأ ُداَؤُف َحَب ْصَأَو Wa ashbacha fu`âdu ummi mûsâ fârighan Wa dan : par.konj Ashbacha menjadi : v.inc Fu`âdu hati : N.nom.S Ummu ibu : N.ak.P Musâ Musa : N.gen Fârighan kosong : N.al.P “Dan hati ibu Musa menjadi kosong” QS. Al-Qashâsh: 10 Verba ashbacha berperilaku atas isim dan khabar setelahnya. Yaitu menjadikan nomina fu`âdu ‘hati’ berkasus nominatif sebagai isim-nya dan nomina ا ًغ ِراَف fârighan berkasus akusatif sebagai khabar-nya. Ketika verba ashbacha berarti ‘waktu subuh’ atau ‘memasuki waktu subuh’ disebut i’il tâmm. Contoh: 49 ا ًطْي ِشَن ِمْوَنلا َنِم ُتْمُق ُتْحَب ْصَأ اَذِإ ىَتَح اًرِكَبُم ُتْمِن ْدَقَل Laqad nimtu mubakkiran chattâ idzâ ashbachtu qumtu minannaumi nasyîthan Laqad sungguh : par.conv nimtu tidur : v.perf.I.tg mubakkiran lebih awal : N.ak 65 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab chattâ sehingga : prep idzâ ketika : par.konj ashbachtu pagi : v.inc.I.tg qumtu bangun : v.perf.I.tg. Min dari : prep Naum tidur : N.gen nasyîthan semangat : N.ak “Sungguh saya tidur malam lebih awal sehingga saya bangun diwaktu pagi dalam keadaan semangat” Verba ashbacha di atas menunjukkan perkerjaan yang dilakukan sampai pada masuk waktu pagi dengan menjadikan dlomir pronoun orang pertama ‘saya’ sebagai subjek fa’il.

4. ى َح ْضَأ adlchâ waktu pagidluha

Verba adlchâ menunjukkan keterkaitan kedua unsur jumlah dengan waktu dluha, yaitu waktu antara matahari setinggi tombak sampai sebelum waktu dluhur. Waktu dluha juga diartikan waktu seletah berakhirnya waktu subuh Barakât, 2007a: 300. Contoh: 50 ِةَيِلُكْلا ىَلِإ اًبِهاَذ ٌدَمَحُم ىَح ْضَأ Adlchâ muchammadun dzâhiban ilal-kulliyati Adlchâ waktu dluha :v.perf.III.mask.tg. muchammadun Muchammad :N.nom.mask.tg.S dzâhiban pergi :N.ak.mask.tg.P ila ke :prep al-kulliyati kampus :N.gen “Muchammad pergi ke kampus di waktu pagi” Verba adlchâ memberikan makna hubungan peristiwa antara isim ٌ دَم َحُم muchmamadun ‘muhammad’ berkasus nominatif marfû’ dan khabar-nya اًبِهاَذ dzâhiban ‘orang yang pergi’ berkasus akusatif manshûb dilakukan pada waktu pagi. Pada contoh 50 verba adlchâ berupa i’il nâqish, yang menjadikan mubtada` sebagai isim-nya dan menjadikan khabar mubtada` sebagai khabar-nya. 66 Talqis Nurdianto, Lc., MA Seperti verba ashbacha yang bisa menjadi i’il tâmm harus mengikuti pola af’ala yuf’ilu, verba adlcha juga harus berpola af’ala yuf’ilu untuk menjadi i’il tâmm. Verba adlcha yang berupa i’il tâmm memiliki nomina setelahnya yang berkasus nominatif menjadi subjek fa’il dari verbanya sendiri. Contoh: 51 ِةَيِلُكْلا ىَلِإ ُتْهَجَوَت ُتْيَح ْضَأ اَمَل Lammâ adlchaitu tawajjahtu ilal-kulliyyati Lammâ ketika : Par.konj adlchaitu saya di waktu pagi : v.perf.I.mask.tg.P tawajjahtu saya berangkat : v.perf.I.mask.tg.P ilal ke : Par.prep kulliyyati kampus : N.gen,fem.tg “Ketika masuk waktu pagi, saya berangkat ke kampus” Verba adlchâ ini bermakna i’il tâmm dengan adanya nomina nominatif setelahnya yaitu kata ganti dlomir berfungsi subjek fa’il dari verba sebelumnya.

5. َ ل َظ zhalla waktu siangselama siang hari

Verba zhalla termasuk fi’il nâqish yang berperilaku pada mubtada` dan khabar dengan menjadikan mubtada` sebagai isim- nya dan menjadikan khabar mubtada` sebagai khabar-nya Barakât, 2007a: 302. Contoh: 52 ِهِلَم َع ْيِف اًبْوُؤَد ُلِماَعْلا َل َظ Zhallal-‘âmilu da`ûban fî ‘amalihi Zhallal waktu siang : v.inc. âmilu pekerja : N.nom.mask.tg.S da`ûban kelelahan : N.ak.mask.tg.P Fî pada : Par.prep amalihi pekerjaannya : N.gen.mask.tg+pron.III.mask,tg “Pekerja itu kelelahan pada pekerjaannya sepanjang siang hari” Verba zhalla pada contoh di atas berarti i’il nâqish. Karena diikuti oleh nomina berkasus nominatif ُ لِماَعْلا al-âmilu ‘pekerja’ sebagai isim-nya dan nomina akusatif اًب ْوُؤَد da`ûban ‘kelelahan’ berfungsi sebagai khabar-nya. Disebut i’il nâqish karena maknanya