Pelesapan Kâna dan Isim

190 Talqis Nurdianto, Lc., MA Apabila diperhatikan, pelesapan verba kâna dan isim-nya bersamaan setelah terletak setelah partikel ْ نأ dan ْول syartiyyah lebih banyak terjadi. Sebaliknya, pelesapan verba kâna dan isim-nya tidak banyak terjadi selain kedua partikel tersebut.

3. Pelesapan Khabar

Maksud dari pelesapan khabar kâna adalah melesapkan khabar kâna dengan tetap menyebutkan verba kâna tetap berperilaku atas isim-nya. Dengan adanya pelesapan ini urutan reguler verba yaitu isim-nya tetap berurutan dan isim kâna setelah verba-nya. Boleh melesapkan khabar jumlah kâna wa akhwâtuhâ apabila pada kondisi berikut ini. 1. Apabila verba berupa kata َسْيَل laisa ‘tidakbukan’. Contoh: 7 ٌرْي ِجُم َسْيَل َنْيِح َكُراَوِج ىَقْبَي Yabqa jiwâruka chîna laisa mujîrun Yabqa Tinggal :v.impt.III.mask.tg.P Jiwâruka tetanggamu :N.nom.mask.tg.S+pron.II.mask. tg.gen China ketika :Adv Laisa tidak ada :v.inc.III.mask.tg.P Mujîrun bertetangga :N.nom “tetanggamu tetap menjadi tetangga ketika kamu tidak lagi bertetangga” Verba laisa memiliki isim ٌرْي ِجُم mujîrun ‘orang yang bertetangga’ berupa nomina yang berkasus nominatif setelah verba-nya. Khabar laisa dilesapkan setelah laisa. Pelesapan ini bersifat boleh dikarenakan verba yang berperilaku adalah laisa. 7a ٌرْي ِجُم َكْنِم َسْيَل َنْيِح َكُراَوِج ىَقْبَي Yabqa jiwâruka chîna laisa mujîrun Yabqa Tinggal :v.impt.III.mask.tg.P Jiwâruka tetanggamu :N.nom.mask.tg.S+pron.II.mask. tg.gen China ketika :Adv 191 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab Laisa tidak ada :v.inc.III.mask.tg.P Min dari :prep Ka kamu :pron Mujîrun bertetangga :N.nom “tetanggamu tetap menjadi tetangga ketika kamu tidak lagi bertetangga” 2. Apabila isim -nya berkategori nomina tak deinit isim nakirah bermakna umum. Contoh: 8 ٌ دْو ُج َسْيَل َكْنِم ُدْو ُجْلاَف Fal-jûdu minka laisa jûdun Fa Maka :par.konj Al-jûdu kedermawanan :N.nom.S Min dari :par.prep Ka kamu :pron.gen Laisa bukan :v.inc Jûdun kedermawanan :N.nom.S “Maka kedermawanan darimu bukanlah kedermawananmu” Verba laisa berperilaku atas jumlah ismiyyah dengan menjadikan mubtada sebagai isim-nya dan menjadikan khabar sebagai khabar-nya. isim verba laisa ٌ د ْو ُج jûdun ‘kedermawanan’ nomina tak deinit isim nakirah yang berkasus nominatif, sedangkan khabar laisa dilesapkan. Pelesapan khabar ini bersifat boleh dengan adanya bentuk nakirah pada isim dan disebutkannya khabar mubtada pada klausa sebelumnya َ كْنِم ُدْو ُجْلاَف fal-jûdu minka ‘kedemawanan itu darimu’ terdiri dari mubtada ُ دْو ُجْلا al-jûdu ‘kedermawanan’ dan khabar mubtada` terbentuk dari frase preposisi َ كْنِم minka ‘darimu’. Kemudian jumlah ismiyyah ini diulangi pada kalimat berikutnya dengan didahului verba laisa dengan menyebutkan isim-nya nakirah dan melesapkan khabar-nya yang bisa dipahami dari kalimat sebelumnya. Maka aslinya adalah ٌ دْو ُج َكْنِم َسْيَلَو wa laisa minka jûdun ‘dan kedermawanan itu bukan darimu’. 192 Talqis Nurdianto, Lc., MA 8a ٌ دْو ُج َكْنِم َسْيَل َكْنِم ُدْو ُجْلاَف Fal-jûdu minka laisa jûdun Fa Maka :par.konj Al-jûdu kedermawanan :N.nom.S Min dari :par.prep Ka kamu :pron.gen Laisa bukan :v.inc Min dari :prep Ka kamu :pron Jûdun kedermawanan :N.nom.S “Maka kedermawanan darimu bukanlah kedermawanan”

4. Pelesapan Huruf Terakhir Kâna

Pelesapan huruf terakhir pada verba kâna berarti melesapkan huruf nun baik secara tulisan maupun suara, tidak sekedar waqaf dalam membacanya. Huruf nun pada verba kâna boleh dilesapkan dengan tetap berperilaku pada jumlah ismiyyah dengan syarat sebagai berikut Barakât, 2007a: 376. 1. Verba kâna yang dilesapkan huruf nun-nya harus berkategori i’il mudlori’ verba imperfek. 2. Verba kâna i’il mudlori’ yang dilesapkan huruf nun-nya pada kasus dan posisi majzûm jusif. 3. Kata tersebut tidak dibaca dalam keadaan waqaf berhenti. 4. Tidak bertemu dengan huruf sukun sehingga terdapat dua churuf sukun bertemu pada dua kata berurutan apabila terjadi pelesapan dapat dibedakan antara keduanya. 5. Verba kâna tidak bersambung dengan dlomir muttashil yang bergandeng dengan huruf terakhir kata tersebut. Pelesapan huruf nun di akhir verba kâna diperbolehkan selama tidak ada keterikatan huruf nun dengan kata setelahnya, baik setelahnya berupa huruf mati sukun atau dlomir muttashil bersambung. 193 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab Salah satu tujuan pelesapan huruf ini lebih pada meringankan bacaan dengan melesapkan huruf mati sukun, tanpa merubah makna dan perilaku verba kâna dikarenakan verba kana pada posisi majzum disebabkan perilaku partikel ‘amil majzûm atau jawab syart. Perilaku yang dimunculkan oleh verba kâna ini dengan menjadikan isim berkasus nominatif sebagai isim-nya dan menjadikan khabar berkasus akusatif sebagai khabar-nya. Contoh: 9 اًّيِغَب ُكَأ ْمَلَو Walam aku baghiyyan Wa Dan :par.konj Lam tidak :par.neg Aku saya menjadi :v.inc.I.tg. baghiyyan durhaka :N.ak.P “Dan saya tidak durhaka” QS. Maryam: 20 Pada contoh 9 verba imperfek ُ كَأ aku ‘saya menjadi’ terjadi pelesapan salah satu huruf verba kâna yaitu huruf nun. Karena asli katanya ْ نْكَأ akun ‘saya menjadi’ dalam keadaan majzum dikarenakan didahului perilaku majzum yaitu ْمَل lam ‘tidak’. Pelesapan huruf nun dari kâna ini tetap menjadikan kâna berperilaku pada isim-nya yaitu dlomir mustatir takdirnya اَنَأ ana ‘saya’ yang menempati posisi marfû’ dan khabar-nya adalah اًّيِغَب baghiyyan berkasus akusatif dengan charakat fatchah vokal a karena isim mufrad nomina tunggal. Pelepasan huruf nun i’il mufdlori’ karena adanya ‘amil jazm bersifat boleh dengan persyaratan yang telah tersebut di atas. 9a اًّيِغَب ْنُكَأ ْمَلَو Walam akun baghiyyan Wa Dan :par.konj Lam tidak :par.neg Akun saya menjadi :v.inc.I.tg. baghiyyan durhaka :N.ak.P “Dan saya tidak durhaka” QS. Maryam: 20 Pelesapan huruf nun i’il mudlori dikarenakan posisi kâna sebagai jawab dari isim syart yang mewajibkan majzum juga. Contoh: 194 Talqis Nurdianto, Lc., MA 10 ْمُهَل اًرْي َخ ُكَي اْوُبْوُتَي ْنِإَف Fain yatûbû yaku khairan lahum Fa Maka :par.konj In jika :par.kond Yatûbû bertaubat :v.imp.III.pl.mask Yaku menjadi :v.inc.I.tg Khairan lebih baik :N.ak.P La bagi :par.prep Hum mereka :pron.gen “Apabila mereka bertaubat maka itu lebih baik” QS. At- Taubah: 74 Pelesapan huruf nun dari i’il mudlori’ kâna pada contoh 10 dikarenakan posisinya sebagai jawab syart ْنِإ in ‘jika’. Maka pelesapan huruf nun tersebut diperbolehkan karena tidak merubah arti dan perilaku. Disebutkan bahwa kâna masih berperilaku lantaran kana ini termasuk i’il naqish verba incomplete. Apabila bentuk asli ditampilkan berbunysi sebagai berikut. 10a ْمُهَل اًرْي َخ ْنُكَي اْوُبْوُتَي ْنِإَف Fain yatûbû yaku khairan lahum Fa Maka :par.konj In jika :par.kond Yatûbû bertaubat :v.imp.III.pl.mask Yakun menjadi :v.inc.I.tg Khairan lebih baik :N.ak.P La bagi :par.prep Hum mereka :pron.gen “Apabila mereka bertaubat maka itu lebih baik” QS. At- Taubah: 74 Pendapat berbeda disampaikan oleh Yunus, bahwa pelesapan huruf nun dari verba kâna dapat terjadi pada i’il madly verba tersebut. Pendapat ini bersebrangan dengan pendapat jumhur ulama yang bersepakat diperbolehkannya melesapkan huruf nun hanya terjadi pada i’il mudlori dari verba kâna saja. 195 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab

B. Pelesapan Unsur Jumlah Inna wa Akhwatuha

Sebagaimana telah tersebut pada pembahasan pelesapan sebagian unsur kâna wa akhwatuha, maka pada jumlah inna wa akhwatuha juga terjadi pelesapan antara salah satu unsurnya. Pelesapan ini terjadi adanya qarinah dalil yang memperbolehkan. Pelesapan pada jumlah inna wa akhwatuha terjadi pada isim atau khabar inna wa akhwatuha.

1. Pelesapan Isim

Para hali linguis Arab berselisih pendapat pada boleh dan tidaknya melesapkan salah satu unsur nâsikh inna wa akhwatuhâ, baik melesapkan isim dengan menyebutkan nâsikh dan khabar-nya atau melesapkan khabar dengan menyebutkan nâsikh dan isim-nya. Pendapat Sibawaih, bahwa boleh melesapkan salah satu unsur pada struktur nâsikh inna wa akhwatuhâ tetapi dengan adanya dalil qarînah yang menunjukkan pelesapan tersebut. Contoh: 11 ِرِفا َشَمْلا ُمْي ِظ َع ْي ِجْنَز َنِكَلَو ْيِتَباَرَق َتْفَر َع اًّيِب َض َتْنُك ْوَلَف Falau kunta dlabiyyan ‘arafta qarâbatî walakinna zanjî ‘azîmul masyâiri Fa Maka :par.konj Lau kalau :par.neg Kunta adalah :v.perf.I.tg Dlabiyyan orang yang diam N.gen ‘arafta mengetahui :v.perf.I.tg.P Qarâbatî kedekatan :N.aks.O Wa dan :par.konj Lakin tetapi :par.kovr. Zanjî orang negro :N.aks ‘adzimu mulia :N.nom Al-musâiri musair :N.gen. “Maka kalau kamu pendiam niscaya mengetahui kedekatanku, akan tetapi orang negro itu sebaik musair” Pada contoh 11 bolehnya melesapkan isim partikel nâsikh lakinna dengan adanya qarinah pada kalimat sebelumnya َ تْنُك kunta , apabila dimunculkan berbunyi َ كَنِكَلَو walakinnaka. Isim lakinna berkategori dlamir