Khabar Jumlah Unsur-unsur Jumlah Ismiyyah

56 Talqis Nurdianto, Lc., MA 36 ِةَر ْج ُحْلا ْىِف ٌدَم َحُم Muchammadun il-chujrati Muchammadun Muhammad : N.nom.S Fi di dalam : prep Al-chujrati kamar : N.gen.P “Muhammad ada di kamar” Kata ٌ دَم َحُم muchammadun ‘muhammad’ berfungsi sebagai berkasus nominatif sedangkan khabar ِةَر ْج ُحْلا ْىِف il-chujrati ‘di dalam kamar’ terdiri dari preposisi dan majrûr berfungsi sebagai khabar. Khabar berupa frase preposisi tidak menerima kasus akusatif melainkan menempati posisi nomina yang berkasus nominative Ar-Râjichi, 1999:102. Contoh: 37 ِبَتْكَملا َقْوَف ُبَاتِكلا Al-kitâbu fauqal-maktabi Al-kitâbu Buku : N.nom.S Fauqa di atas : prep Al-maktabi meja : N.gen.P “Buku di atas meja” Khabar mubtada` contoh 37 terbentuk atas frase zharaf َ قْوَف ِبَتْكَملا fauqal-maktabi ‘di atas meja’ sedangkan mubtada` ُبَاتِكلا al-kitâbu ‘buku’ berkasus nominatif dengan tanda charakat dlammah vokal u. Bentuk khabar mubtada` baik berupa khabar mufrad kaa tunggal, jumlah klausa dan syibhul-jumlah frase preposisi dalam jumlah ismiyyah menjadi sandaran dalam pembahasan macam khabar pada struktur jumlah kâna wa akhwâtuhâ. Sebagaimana kaidah jumlah ismiyyah bahasa Arab menjadi pijakan perilaku verba kâna wa akhwâtuhâ.

F. Jumlah Mansûkhah bi Kâna wa Akhwâtuhâ

Para ahli linguistik Arab berbeda pendapat dalam memberikan isitilah jumlah ismiyyah berterima kâna wa akhwâtuhâ. Ar-Râjichi menyebutnya dengan an-nawâsikh ‘penghapus’. Kata an-nawâsikh bentuk plural 57 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab dari bentuk tunggalnya an-naskhu. Kâna wa akhwatuha diisebut an- nawâsikh karena memiliki perilaku yang menghapus jumlah ismiyyah yang menerimanya dengan menjadikan mubtada` sebagai isim-nya dan khabar mubtada sebagai khabar-nya Ar-Râjichi, 1999:113. An-nawâsikh terdiri dari i’il dan huruf. Dari semua i’il nâsikh ada yang i’il tâm dan i’il nâqish. Barakât 2007, 293 menyebut jumlah yang berterima kâna wa akhwâtuhâ dengan nama al-jumlah al-fi’liyyah al-muchawwalah. Penyebutan dengan istilah tersebut dengan alasan bahwa verba an-nawâsikh mengakusatifkan khabar mubtada`. Sebagian linguis lain dalam membahas kâna wa akhwâtuhâ dengan judul al-af’alu ar-râi’atul-isma al-nâshibatul khabara ‘verba yang menominatifkan subjek dan mengakusatifkan predikat pada jumlah ismiyyah’. Dipakai juga istilah nawâsikhul khabar ‘yang merubah fungsi khabar’. Perbedaan dalam penamaan tersebut dalam rangka mempermudah pembahasan dan pembelajarannya. Akan tetapi para linguis Arab sepaham bahwa verba kâna wa akhwâtuha berperilaku atas jumlah ismiyyah. Jumlah dalam bahasa Arab merupakan susunan dari beberapa kata yang memiliki fungsi dan peran masing-masing. Unsur utama dalam jumlah i’liyyah adalah verba i’il dan subjek fa’il sedangkan objek maf’ul bih bersifat manasuka. Unsur utama pada jumlah ismiyyah adalah subjek mubtada` dan predikat khabar. Unsur utama pada jumlah kâna wa akhwâtuha adalah verba kâna wa akhwâtuha, isim dan khabar-nya Barakât, 2007a: 293. Struktur jumlah kâna wa akhwâtuha lebih mudah dipahami apabila unsur-unsur pembentuknya terpenuhi, yaitu verba kâna wa akhwâtuha, isim dan khabar-nya. Setiap unsur ini memiliki karakteristik yang berbeda dengan unsur lain dalam satu jumlah, sebagaimana khabar kâna wa akhwâtuha bermacam-macam tidak jauh berbeda dengan bentuk khabar mubtada` jumlah ismiyyah.

G. Unsur-unsur Konstruksi Jumlah Kâna wa Akhwâtuhâ

Para ahli linguistik Arab bersepakat bahwa jumlah verba kâna wa akhwâtuha yang berperilaku atas jumlah ismiyyah yang berjumlah 58 Talqis Nurdianto, Lc., MA tigabelas verba i’il termasuk kâna. Dari segi kekuatan berperilaku atas jumlah ismiyyah, ketigabelas verba itu terbagi ke dalam tiga bagian. 1 Verba yang dapat berperilaku tanpa syarat ada delapan verba. 2 Verba berperilaku setelah didahului partikel negasi nafyu ada empat verba. 3 Sebuah verba berperilaku setelah didahului partikel kondisional zhariyyah.

1. Fi’il Nâsikh Incomplete Verb

Ada delapan verba kâna wa akhwâtuha dapat berperilaku atas jumlah ismiyyah dengan menjadikan mubtada` berkasus nominatif marfû’ sebagai isim-nya dan menjadikan khabar sebagai khabar-nya tanpa ada syarat berlaku atasnya. Verba ini membuat khabar berkasus akusatif manshûb baik dalam makna menetapkan tsubût atau meniadakan manfî, ketika bersambung dengan partikel kondisional mâ zhariyyah atau tidak, pada kalimat sempurna atau tidak.

1. َناَك kâna ‘ada’

Verba lebih sering dipakai dalam bahasa Arab dari pada verba nâsikh lainnya. Sehingga verba kâna kerap dipakai nama pembahasannya, seperti bab kâna wa akhwâtuhâ. Verba ini memberikan batasan waktu terjadinya pekerjaan pada kedua unsurnya, baik pada masa lampau madli, sekarang châdlir dan akan datang mustaqbal. Verba kâna dapat berperilaku pada kedua unsur setelahnya yaitu isim dan khabar- nya Barakât, 2007a: 295. Contoh: 38 ً اِدا َع ٌيِل َع َناَك Kâna ‘Aliyyah ‘âdilan Kâna adalah : v.inc.III.mask.tg.P ‘aliyyan Ali : N.nom.mask.tg.S ‘âdilan adil : N.ak.mask.tg.O “Ali adalah orang yang adil” Verba kâna dalam bentuk verba perfek i’il madly dapat berperilaku atas unsur setelahnya. Perilaku kâna i’il madli di atas menjadikan kata ٌيِل َع bekasus nominatif marfû’ berfungsi sebagai