67
Nasikh Jumlah Ismiyyah
Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab
tidak sempurna dengan adanya fa’il saja, tetapi masih membutuhkan
khabar berkasus akusatif. Verba zhalla yang berarti thâla ‘selama’ merupakan
i’il tâmm. Contoh:
53 ُمْوَيْلا َل َظ
Zhallal-yaumu Zhallal
sepanjang : v.perf.III.mask.tg.P
yaumu hari
: N.nom.S “Sepanjang hari”
Verba zhalla mencukupkan dirinya dengan perilaku atas nomina setelahnya sebagai
fa’il-nya dan tidak membutuhkan nomina akusatif berfungsi khabar karena zhalla dalam contoh ini bermakna thâla
‘selama’ termasuk i’il tâmm.
6. َتاَب bâta waktu malamsepanjang malam hari
Fi’il naqish yang berarti terjadinya sesuatu sepanjang malam. Verba bâta disebut
i’il nâqish karena berperilaku atas jumlah ismiyyah dengan menjadikan mubtada` berkasus nominatif sebagai isim-nya
dan menjadikan khabar mubtada` berkasus akusatif sebagai khabar- nya Barakât, 2007a: 303. Contoh:
54 ِه ِش ِع ْيِف ُرِئا َطلا َتاَب
Bâtath-thâiru fî ‘isysyihi Bâtath
bermalam : v.inc.III.mask.tg.
thâiru burung
: N.nom.mask.tg.S Fî
di :Par.prep
isysyihi sarang
: N.gen.mask.tg.P “Burung itu bermalam di sarangnya”
Pada contoh di atas, verba bâta sebagai i’il nâqish yang
berperilaku atas ُرِئا َطلا ath-thairu ‘burung’ berkasus nominatif
berfungsi sebagai isim bâta dan berperilaku atas frase preposisi syibhul-jumlah setelahnya
ِه ِش ِع ْيِف fî ‘isysyihi ‘di sarangnya’ sebagai
khabar-nya. Kategori i’il nâqish pada contoh di atas menunjukkan
68
Talqis Nurdianto, Lc., MA
bahwa burung tersebut bermalam sepanjang waktu malam sampai menjelang pagi.
Apabila verba bâta berarti ‘masuk waktu malam’, maka bâta termasuk
fi’il tâmm, mencukupkan dengan nomina nominatif setelahnya sebagai subjek
fa’il dari verba-nya. Contoh: 55 ِمْوَنلِل ُت
ْأَيَهَت ُتِب اَذِإ Idzâ bittu tahayya`tu lin-naumi
Idzâ Ketika
: Adv.time bittu
waktu malam : v.perf.I.mask.tg
tahayya Bersiap-siap
: v.perf.I.mask.tg lin
Untuk : Par.prep
naumi Tidur
: N.gen,mask.tg. “Ketika datang waktu malam saya bersiap-siap untuk tidur”
Maka verba bâta pada contoh 55 berarti masuk waktu malam bukan sepanjang malam karena bâta termasuk
fi’il tâmm yang berperilaku atas nomina setelahnya yang berkasus nominatif berfungsi
sebagai subjek fa’il.
7. َرا َص shâra berubah menjadi
Verba shâra berarti merubah dari satu sifat ke sifat lain. Akan tetapi shâra adalah verba yang memberikan faidah tajdîd pembaharuan
dan istimrâr terus menerus, sedangkan merubah sifat ke sifat lain bagian dari pada nomina isim. Barakât 2007a, 304 menjelaskan
pada kondisi itu shâra berupa i’il nâqish yang berperilaku atas
jumlah ismiyyah dengan menjadikan mubtada sebagai isim-nya dan menjadikan khabar mubtada` sebagai khabar-nya. Contoh:
56 اًدِهَت ْجُم ُبِلا َطلا َرا َص
Shârath-thâlibu mujtahidan Shârath
menjadi : v.inc.III.mask.tg.
thâlibu pelajar
: N.nom.mask.tg.S mujtahidan
rajin : N.ak.mask.tg.P
“Pelajar itu menjadi rajin”