Nâsikh Tidak Berperilaku
119
Nasikh Jumlah Ismiyyah
Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab
predikat khabar jumlah ismiyyah dengan merubah fungsi dan kasus kedua unsur jumlah ismiyyyah. Yaitu menjadikan subjek jumlah ismiyyah sebagai
subjek nâsikh isim yang berkasus akusatif dan predikat menjadi predikat
jumlah ismiyyah sebagai predikat nâsikh khabar berkasus nominatif. Jumlah ismiyyah setelah nâsikh inna wa akhwatuhâ yang berkasus
akusatif sebagai isim dan nominatif sebagai khabar atau struktur yang menempati posisinya membuat nâsikh seperti verba transitif yang memiliki
subjek nomina berkasus nominatif dan objek berkasus akusatif. Kemiripan antara verba
i’il dengan partikel nâsikh inna wa akhwatuhâ terdapat pada lafal maupun arti. Diantara kemiripan antara dua kategori sebagaimana
berikut ini. 1. Partikel nâsikh inna wa akhwatuhâ tersusun atas tiga huruf
sebagaimana verba bahasa Arab mayoritas tersusun dari tiga huruf bahkan lebih. Seperti kata َ
لَعَل la’alla, َنَأَك ka`anna yang tersusun dari tiga huruf.
2. Partikel nâsikh inna wa akhwatuhâ tidak bisa berperilaku kecuali pada jumlah ismiyyah yang memiliki nomina isim berkasus akusatif dan
nomina berkasus nominatif atau yang menduduki posisinya khabar, sebagaimana verba transitif yang membutuhkan nomina berfungsi
sebagai subjek berkasus nominatif dan objek berkasus akusatif. 3. Semua partikel nâsikh inna wa akhwatuhâ adalah mabni structured
dengan charakat fatchah vokal a, begitu juga dengan verba perfek bahasa Arab.
4. Partikel nâsikh inna wa akhwatuhâ dapat bergandengan dengan huruf nun sebagai wiqâyah yang memberikan suara pada pronoun orang
pertama tunggal bergandeng dengannya berfungsi sebagai isim-nya. sama juga dengan verba yang memiliki objek berupa pronoun
orang pertama tunggal membutuhkan nun sebagai wiqâyah untuk memberikan suara bacaan.
5. Sertiap partikel nâsikh inna wa akhwatuhâ menunjukkan arti verba. Seperti inna berarti akkada ‘menguatkan’, ka`anna berarti syabbaha
‘menyerupai’, laita berarti tamanna ‘mengharapkan’, la’alla berarti
raja ‘mengharapkan’. Kemiripan verba dengan nâsikh inna wa
120
Talqis Nurdianto, Lc., MA
akhwatuhâ terdapat juga makna selain juga perilaku pada nomina setelahnya.
121
Nasikh Jumlah Ismiyyah
Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab
-BAB III- AL-JUMLAH AL-ISMIYYAH BER-NAWÂSIKH
P
ada Bab II disebutkan bahwa jumlah ismiyyah bahasa Arab yang menerima nasikh kâna dan inna wa akhwatuha dimulai dengan
kata berkategori nomina isim. Pada Bab III menjelaskan pada kondisi apasaja jumlah ismiyyah bahasa Arab ber-nawâsikh baik berupa
verba kâna wa akhwâtuhâ atau partikel inna wa akhwatuha. Jumlah ismiyyah yang memiliki unsur utama berupa mubtada` dengan segala
bentuk kata pengisinya dan khabar dengan segala bentuknya tidak seluruhnya bisa menerima kâna wa akhwâtuhâ atau inna wa akhwatuha.
Ada syarat yang dibutuhkan kâna wa akhwâtuhâ agar bisa masuk pada struktur jumlah ismiyyah. Syarat pertama syarat berlaku atas mubtada`
dan syarat kedua berlaku atas khabar mubtada`.