116
Talqis Nurdianto, Lc., MA
“Sesungguhnya anjing itu binatang jinak” Pada contoh 126 kata ٌ
فْيِلَأ alîfun ‘jinak’ khabar partikel nasikh inna berkasus nominatif dengan tanda charakat dlammah vokal u karena
berupa isim mufrad nomina tunggal. Adapun tanda-tanda nominatif khabar inna wa akhwatuha tidak
berbeda dengan pembahasan pada khabar mubtada` jumlah ismiyyah. Bentuk dan macam khabar partikel nasikh inna wa akhwatuha sama
dengan khabar mubtada` jumlah ismiyyah setelah memenuhi syarat yang akan dijelaskan pada bab III.
Khabar nasikh inna wa akhwatuha adakalanya berupa; 1 khabar tunggal yaitu berupa isim mufrad nomina tunggal, isim mutsanna dual,
isim jama’ plural. 2 Adakalanya jumlah klausa; jumlah ismiyyah klausa nomina atau
jumlah i’liyyah klausa verba. 3 Adakalanya frase; frase preposisi jar atau frase zharaf.
4. Nâsikh Tidak Berperilaku
Sebagaimana penjelasan sebelumnya bahwa setiap partikel nasikh inna wa akhwatuha dapat berperilaku atas jumlah ismiyyah dengan
merubah kasus mubtada` yang nominatif menjadi akusatif sebagai isim, dan menjadikan khabar mubtada` predikat berkasus nominatif sebagai
khabar-nya. akan tetapi, perilaku ini tidak selamanya dapat dilakukan oleh partikel nasikh, apabila salah satu dari partikel nasikh bersambung
dengan partikel mâ, maka jumlah ismiyyah tidak mengalami perubahan kasus dan fungsi Al-Makârim, 2007: 144.
Partikel nasikh inna wa akhwatuha tidak bisa berperilaku pada jumlah ismiyyah apabila bergandengan dengan partikel mâ menjadi
اَمَنِإ innama ‘sesungguhnya’. Sekalipun tidak berperilaku, tetapi innama bisa
memberikan makna taukid, menjadi penegas makna jumlah ismiyyah. Dengan demikian mubtada` jumlah ismiyyah tetap berkasus nominatif
sebagaimana sebelumnya. Contoh: 127
ٌوْهَلَو ٌبِعَل اَيْنُدلا ُةاَي َحْلا اَمَنَأ اْوُمَل ْعِا I’lamû annamâl-chayâtud-dunya la’ibun wa lahwun
I’lamû ketahuilah
:v.impt
117
Nasikh Jumlah Ismiyyah
Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab
Annamâ sesungguhnya
:par.conv Al-chayâtu
kehidupan :N.nom.S
Ad-dunya dunia
:N.nom La’ibun
permainan :N.nom.P
Wa dan
:konj Lahwun
senda gurau :N.nom
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupa dunia hanyalah permainan dan senda gurau” QS. Al-Chadid: 20
Pada contoh 127 partikel nasikh anna yang bergandeng partikel mâ menjadikannya tidak bisa berperilaku sebagaimana ketika partikel
nasikh tersebut berdiri sendiri. Kata ُ ةاَي َحْلا al-chayâtu ‘kehidupan’ berkasus
nominatif berfungsi sebagai mubtada` subjek bukan sebagai isim partikel nasikh anna. Kata
ٌبِعَل la’ibun ‘permainan’ berkasus nominatif juga berfungsi sebagai khabar mubtada` predikat bukan sebagai khabar anna
yang berkasus nominatif. Dalam contoh ini, partikel nasikh anna tidak memiliki perilaku atas mubtada` dan khabar jumlah ismiyyah melainkan
memberikan makna penegas taukîd pada jumlah ismiyyah. Partikel nasikh inna yang bergandengan partikel mâ bisa bersambung
dengan verba setelahnya. Bersambungnya inna dengan verba terjadi setelah inna bersambung dengan mâ menghilangkan fungsinya sebagai
nâsikh. Contoh: 128
ُرا َصْبَ ْلا ِهْيِف ُص َخ ْشَت ٍمْوَيِل ْمُهُرِخَؤُي اَمَنِإ Innamâ yu`akhkhiruhum liyaumin tasykhashu fîhil-abshâru
Innamâ sungguh
:par.conv yu`akhkhiruhum
menangguhkan :v.imp.P
Li pada
:prep Yaumin
hari :N.gen
Tasykhashu terbelalak
:v.imp Fî
dalam :prep
Hi dia
:pron.gen Al-abshâru
:N.nom.S “Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari
yang pada waktu itu mata mereka terbelalak” QS. Ibrahim: 42
118
Talqis Nurdianto, Lc., MA
Pada contoh 128 partikel nasikh inna yang bergandengan dengan partikel mâ membatalkan perilakunya pada jumlah ismiyyah setelahnya.
Melainkan subjek dan predikat jumlah ismiyyah tetap pada kasus dan fungsinya. Oleh karena itu, dlomir pronoun yang dilesapkan terletak
setelah partikel innamâ, yakni َوُه huwa ‘dia lk’ yang dimaksud adalah
Allah berfungsi sebagai mubtada`. Sedangkan khabar berkategori verba imperfek
ْمُهُر ِخَؤُي yu`akhkhiruhum ‘menangguhkan mereka’ menempati posisi kasus nominatif. Partikel nasikh lainnya yang bergandeng mâ juga
tidak bisa berperilaku pada jumlah ismiyyah setelahnya. Contoh: 129
رُاَنلا َكَل ْتَءا َضَأ اَمَلَعَل La’allamâ adlâ`at lakan-nâru
La’allamâ semoga
:par.conv Adlâ`at
menerangi :v.perf.III.tg.mask.P
La bagi
:prep Ka
Kamu :pron.gen
An-nâru Cahaya
:N.nom.S “Semoga cahaya ini bisa menerangimu”
Contoh 129 Partikel nasikh la’alla yang bergandengan dengan
partikel mâ menjadikannya tidak bisa berperilaku sebagaimana pada jumlah ismiyyah. Meskipun demikian, bahwa partikel
nasikh la’alla ini tetap memberikan makna konirmatif pada kalimat setelahnya yakni
jumlah i’liyyah terdiri dari i’il predikat dan fa’il subjek setelahnya. Subjek pada
jumlah i’liyyah kata ُرُاَنلا an-nâru ‘cahaya’ dari verba perfek ْتَءا َضَأ adlâ`at ‘menerangi’. Dengan susunan kalimat pada contoh 129,
memberikan makna harapan yang kuat bahwa cahaya bisa meneranginya. Partikel nasikh yang bergandeng partikel mâ tidak selamanya diikuti
oleh jumlah ismiyyah, terkadang juga diikuti oleh jumlah i’liyyah.
Dikarenakan partikel tersebut sudah tidak berperilaku pada jumlah ismiyyah lagi melainkan hanya memberikan makna penegas serta penguat.
K. Karakteristik Jumlah Inna wa Akhwâtuhâ
Dalam bahasa Arab, Inna wa akhwâtuha adalah partikel nâsikh penghapus yang masuk pada struktur jumlah ismiyyah. Partikel ini disebut
nâsikh karena perilakunya yang menghapus fungsi subjek mubtada dan