Karakteristik Jumlah Kâna wa Akhwâtuha

94 Talqis Nurdianto, Lc., MA 2. Menurut pendapat kedua, bahwa partikel nasikh inna wa akwatuha tetap berperilaku pada jumlah ismiyyah dengan terjadinya perubahan kasus pada mubtada` subjek yang semula berkasus nominatif berubah menjadi akusatif setelah berterima salah satu partikel nasikh inna wa akhwatuha. Pendapat ini disampaikan oleh ulama Nahwu Bashrah Barakât, 2007:170. Pendapat ulama Bashrah lebih kuat daripada pendapat ulama Kufah. Apabila kedua contoh 99 dan 100 di atas diamati dengan seksama, maka terjadi perubahan perilaku dan fungsi antara jumlah ismiyyah pada contoh 1 sebelum berterima partikel nasikh inna wa akhwatuha dan setelahnya pada contoh 2. Baik mubtada` yang berkasus nominatif dan khabar yang berkategori nomina tunggal berkasus nominatif atau frase preposisi yang menempati posisi nominatif, apabila menerima salah satu partikel nasikh inna wa akhwatuha terjadi perubahan kasus dan fungsi pada kedua unsur pengisi jumlah ismiyyah. Perubahan kasus fungsi terjadi pada mubtada` mengalami perubahan kasus menjadi akusatif manshub dan berfungsi sebagai isim salah satu partikel nasikh inna wa akhwatuha. Khabar nomina tunggal tetap berkasus nominatif dan berfungsi sebagai khabar salah satu pertikel nasikh inna wa akhwatuha, bukan khabar mubtada` lagi. Kasus nominatif pada khabar dikarenakan perilaku salah satu partikel inna wa akhwatuha padanya.

J. Unsur-unsur Konstruksi Jumlah Inna wa Akhwatuhâ 1. Charfu Nâsikh Partikel

Sebagaimana pendapat mayoritas ulama Nahwu bahwa partikel nasikh inna wa akhwatuha berjumlah enam kata. Keenam partikel nasikh ini dapat berperilaku pada jumlah ismiyyah yang menerimanya tanpa ada syarat khusus sebagaimana yang terjadi pada verba nasikh kana wa akhwatuha Barakât, 2007: 172. Berikut ini penjalasan keenam partikel nasikh inna wa akhwatuha. 1. َ نِإ inna, dengan charakat kasrah vokal i pada churuf hamzah. 95 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab Partikel inna berarti ‘sungguh’ sebagai makna penegas dan konirmatif pada jumlah ismiyyah setelahnya. Partikel ini berperilaku pada mubtada` dan khabar jumlah ismiyyah setelahnya, dengan menjadikan fungsi mubtada` sebagai isim-nya dan khabar mubtada` sebagai khabar-nya. dengan jelas bahwa partikel inna merubah fungsi kata dalam jumlah ismiyyah dan berhimpun di bawah perilakunya. Sebagai salah satu partikel yang memberikan makna penegas, maka makna inna ini menjauhkan makna keragu-raguan dan kebimbangan antara isim dan khabar-nya. contoh: 96 ٌمَرَت ْحُم َمْيِقَت ْسُملا َباَب َشلا َنِإ Innasy-syabâbal-mustaqîma muchtaramun Inna sungguh :nom.conv Asy-syabâba para pemuda :N.aks.S Al-mustaqîma yang baik :N.aks Muchtaramun orang yang dihormati :N.nom.P “Sesungguhnya para pemuda yang baik itu dihormati” Isim inna pada contoh 96 adalah َباَب َشلا asy-syabâba ‘para pemuda’ berkasus akusatif dan ٌمَرَت ْحُم muchtaramun ‘orang yang dihormati berkasus nominatif berfungsi sebagai khabar inna. Masuknya partikel inna pada jumlah ismiyyah menguatkan makna mubtada` pada khabar. Sekaligus menegaskan bahwa pemuda yang berbudi baik akan dihormati oleh masyarakat sekitarnya. Dalam membaca teks Arab, terkadang mendapatkan partikel inna berharakat fatchah vokal a, terkadang juga bercharakat kasrah vokal i. Perbedaan vokal pada kedua bentuk tersebut tidak mempengaruhi perilaku pada jumlah ismiyyah, serta bukan karena kebetulan terlebih kalau dikaitkan dengan keinginan penulisnya, melainkan sesuai dengan kaidah dalam linguistik Arab khsususnya kaidah sintaksis Arab. Partikel nasikh inna wa akhwatuha adakalanya wajib bercharakat kasrah vokal i dan adakalanya bercharakat fatchah vokal a dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Adapun partikel nasikh inna wajib bercharakat kasrah pada kondisi berikut ini Barakât, 2007: 185-200. 96 Talqis Nurdianto, Lc., MA 1. Apabila partikel nasikh inna terletak di awal kalimat. Tidak ada kata yang berperilaku padanya atau mendahuluinya. Contoh: 97 ِرْدَقْلا ِةَلْيَل ْيِف ُهاَنْلَزْن َأ اَنِإ Innâ anzalnâhu fî lailatil-qadri Inna sungguh :par.conv Anzala menurunkan :v.perf.I.P Na Kami :pron.nom.S Hu dia :pron.aks.O Fî pada :prep Lailati malam :N.gen Al-qadri kemuliaan :N.gen “Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran pada malam kemuliaan’ Al-Qadar: 1 Partikel inna bercharakat kasrah vokal i dikarenakan terletak diawal kalimat dan tidak ada kata yang mendahuluinya atau berperilaku padanya. Partikel nasikh berperilaku atas jumlah ismiyyah setelahnya yang berbunyi ِرْدَقْلا ِةَلْيَل ْيِف ُهاَنْلَزْن َأ ُنْحَن nachu anzalnâhu fî lailatil qadri ‘kami telah menurunkan al-Quran pada malam penuh kemuliaan’ dengan mubtada` subjek kata ganti pronoun orang pertama jama’ plural ُن ْحَن nachnu ‘Kami’ dan khabar berupa jumlah i’liyyah klausa verbal terdiri dari i’il verba anzala ‘menurunkan’, fa’il subjek nachnu ‘Kami’, maf’ul bih objek hu ‘dia’ yang menempati posisi khabar berkasus nominatif. Partikel inna pada kondisi ini memiliki dua fungsi, yaitu berperilaku pada jumlah ismiyyah dan memberikan penguatan makna sekaligus. Perilaku nasikh inna dengan menjadikan mubtada` sebagai isim dan khabar mubtada sebagai khabar inna. Fungsi kedua, partikel nasikh inna memberikan penegasan makna bahwa Kami Allah sesungguhnya telah menurunkan Al-Quran pada malam penuh kemuliaan di bulan Ramadhan. 2. Apabila partikel nasikh inna terletak setelah kata bermakna sumpah qasam. Karena partikel inna setelah qasam sumpah sama seperti partikel inna yang terletak di awal kalimat. Contoh: 97 Nasikh Jumlah Ismiyyah Kajian Inna dan Kaana Bahasa Arab 98 َءاَقِد ْصَ ْلا ُمِرْكُتَل َكَنِإ ِهَو Wallâhi innaka latukrimul-ash-diqâ`a Wallahi Demi Allah Inna sungguh :par.conv Ka kamu :pron.aks Latukrimu memuliakan :v.imp.II.tg.mask.P Al-ashdiqâ`a teman-teman :N.aks.O “Demi Allah, sesungguhnya kamu suka memuliakan teman- teman” Partikel nasikh inna pada contoh di atas terletak setelah kata sumpah qasam ِهَو wallâhi ‘demi Allah’. Kata sumpah bisa berdiri sendiri dan memberikan faidah makna. Maka kata setelah sumpah menjadi awal kalimat. Oleh karenanya, partikel nasikh inna berada pada posisi di awal kalimat yang mewajibkan untuk bercharakat kasrah vokal i. Adapun isim inna adalah kata ganti pronoun kedua tunggal maskulin َ ك ka ‘kamu lk’ menempati posisi akusatif manshûb. Khabar inna jumlah ismiyyah َءاَقِد ْصَلا ُم ِرْكُت tukrimul ashdiqâ`a ‘memuliakan teman-teman’ yang terdiri dari unsur i’il mudlari’ verba imperfek tukrimu, sedangkan fa’il berupa kata ganti orang kedua tunggal maskulin dan maf ’ul bih objek al-ashdiqâ`a menempati posisi nominatif berfungsi sebagai khabar inna. 3. Apabila partikel nasikh inna terletak setelah verba َ لاَق qâla ‘berkata’ atau derivasi dari verba tersebut, seperti i’il amr verba perintah ْ لُق qul ‘katakanlah’ atau isim mashdar verba original ٌلْوَق qaulun ‘perkataan’. Contoh: 99 َنْيِدْهَي َس ْيِبَر ىَلِإ ٌبِهاَذ يِنِإ َلَاقَو Wa qâla innî dzâhibun ilâ rabbi sayahdîna Wa dan :par.konj Qâla berkata :v.perf.III.tg.mask.P Inni sesungguhnya :par.conv Dzâhibun kembali :N.nom Ilâ kepada :prep