Single Ownership Policy Laporan Tahunan bank bjb 2010

91 Laporan Tahunan 2010 Annual Report • bank bjb

1. Kebijakan Kepemilikan Tunggal

Dalam rangka mempercepat konsolidasi industri perbankan di Indonesia, di tahun 2006 Bank Indonesia memperkenalkan kebijakan “kepemilikan tunggal”, dengan tujuan untuk mempermudah kontrol dan penilaian risiko Bank Indonesia dengan memperbolehkan suatu entitas untuk menjadi pemegang saham pengendali pada hanya satu bank di Indonesia. Berdasarkan peraturan perbankan, pemegang saham pengendali adalah pemegang saham uang i memiliki 25 atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan oleh bank atau ii memiliki kontrol baik langsung maupun tidak langsung atas bank. Untuk melaksanakan kebijakan “kepemilikan tunggal“, pada tanggal 5 Oktober 2006, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan SPP mengenai kepemilikan tunggal pada bank-bank di Indonesia. Peraturan SPP menetapkan bahwa suatu entitas dapat menjadi pemegang saham pengendali pada hanya satu bank, dengan pengecualian untuk i pemegang saham pengendali yang menjadi pemegang saham pengendali dari dua bank yang memiliki kegiatan usaha dengan prinsip yang berbeda, yaitu, perbankan konvensional dan syariah, ii pemegang saham pengendali yang menjadi pemegang saham pengendali dari dua bank, dan iii perusahaan induk suatu bank. Perusahaan induk suatu bank merupakan entitas yang didirikan dan atau dimiliki oleh pemegang saham pengendali untuk mengkonsolidasikan dan mengendalikan secara langsung operasi bank yang merupakan anak perusahaannya. Dampak dari peraturan tersebut adalah bahwa setiap orang yang telah menjadi pemegang saham pengendali lebih dari satu bank di Indonesia harus menyesuaikan kepemilikan di entitas tersebut pada akhir tahun 2010, melalui i pengalihan seluruh atau sebagian kepemilikan saham pada satu atau lebih bank yang dikendalikan kepada pihak ketiga sehingga hanya mempunyai kendali atas satu bank saja, atau ii melakukan merger atau konsolidasi seluruh bank di bawah kendalinya, atau iii mendirikan sebuah perusahaan induk bank dengan cara a mendirikan suatu badan hukum baru sebagai perusahaan induk bank atau b menunjuk salah satu bank yang dikendalikan untuk bertindak sebagai perusahaan induk bank.

1. Single Ownership Policy

Bank Indonesia has introduced “single ownership policy” on 2006 in order to accelerate banking industry consolidation in Indoenesia, with the goals to facilitate the supervision and Bank Indonesia assesment risk, by allowing an entity to become the share holder controller at one bank only in Indonesia. Based on Banking regulation, the share holder controller is the money share holder i owned 25 or more than the total amount of shares distributed by the bank or ii owned a controll to a bank directly and indirectly. To implement the “Single ownership” policy , Bank Indonesia has published SPP rules on October 5, 2006 concerning the single ownership at banks in Indonesia. The SPP rules stated that an entity could be controlling the shareholder at only one bank, with the exception to ; i controlling the shareholder of two banks having different system in business activities, i.e. as conventional banking and sharia ii the controlling that became controlling shareholder of two banks; iii holding company of a bank. Holding Company of a bank is the entity established and or owned by controlling share holder to consolidate and manage the operational of banking of its subsidiaries. The impact of the regulation was that every people who had become the shareholder controller of more than one banks in Indonesia had to adjust the ownership of the entity at the end of 2010 by i transfering the whole or a part of share ownership at one or more banks controlled by third parties, therefore there were only had controll of one bank only, or ii mergering or consolidating to all banks under their controll or iii building the main office of a bank by a building a new corporation as the main office of the bank or b appointing one of the bank controlled to act as main office of the bank. 92 Laporan Tahunan 2010 Annual Report • bank bjb Management Discussion Analysist Pembahasan dan Analisa Manajemen Pemegang saham pengendali yang gagal untuk memenuhi batas waktu pada tanggal 31 Desember 2010 akan memiliki hak suara dalam setiap bank terbatas pada 10,0 dari jumlah saham yang dikeluarkan oleh bank yang bersangkutan. Bank-bank yang bersangkutan juga harus mencatat kepemilikan pemegang saham pengendali tersebut hanya terbatas pada 10,0 dari jumlah saham yang dikeluarkan dan hanya memperbolehkan pemegang saham pengendali tersebut untuk memberikan suara dalam RUPS sampai dengan 10,0 dari total saham yang diterbitkan. Bank yang bersangkutan harus memperlakukan saham kelebihan dari 10,0 dari modal saham yang dimiliki oleh pemegang saham pengendali tersebut sebagai saham tanpa hak suara, sampai saham tersebut dialihkan kepada pihak ketiga. Perlakuan ini tidak mempunyai dampak dari sisi akuntansi dan struktur modal pada bank yang bersangkutan. Berdasarkan Peraturan SPP, jika pemegang saham pengendali tidak menyesuaikan terhaap kebijakan tersebut sampai tanggal 31 Desember 2011, pemegang saham pengendali dilarang menjadi pemegang saham pengendali dalam bank manapun di Indonesia selama 20 tahun. Sehubungan dengan Peraturan SPP, Bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.817 PBI2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No.912PBI2007 tentang insentif dalam rangka konsolidasi bank “Peraturan Insentif”. Peraturan ini menetapkan sejumlah insentif yang dimaksudkan untuk mendorong bank-bank Indonesia untuk melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain untuk memperkuat struktur dan meningkat modal mereka. Sebuah bank yang berencana untuk melakukan merger atau konsolidasi harus menyerahkan rencana merger tersebut kepada Bank Indonesia sebelum merger atau konsolidasi dilakukan. Rencana tersebut harus diserahkan oleh salah satu bank yang berpartisipasi dalam merger atau konsolidasi dan harus ditandatangani oleh direktur utama dari semua bank yang berpartisipasi. Selanjutnya, untuk melaksanakan Peraturan SPP dan untuk memberikan klarifikasi sehubungan dengan tiga pengecualian di atas, Bank Indonesia, pada tanggal 12 Desember 2007 menerbitkan Surat Edaran No.932DPNP The shareholder controller who is failed to fullfill the validation time on December 31, 2010 will have the voting rights in every bank at the limit of 10.0 from total share distributed by the bank itself. The banks itself had to note the ownership of shareholder controller on the limit of 10.0 from total distributed shares and the shareholder controller was allowed to give the vote in general meeting of shareholder until 10.0 from the published total shares. Bank had to treat the surplus of the shares 10.0 from share capital owned by the shareholder controller as the share without the voting rights until that shares were transferred into the third parties. This treatment didn’t have the impact from the accountability and capital structure at the bank itself. Based on the SPP regulation, if the shareholder controller didn’t adjust themselves to the policy until December 31, 2011, they were forbidden to become shareholder controller inside the bank or in Indonesia for 20 years. Relating to SPP regulation, Bank Indonesia also published Bank Indonesia Regulation Number 817PBI2006 as being changed into Bank Indonesia Regulation number 912PBI2007 about incentives in bank consolidation “Incentives Regulation. This regulation stated an amount of incentives appointed to support banks in Indonesia to do the merger or consolidation with other banks in strengthening their structure and capital. A bank that has the plan to do the merger or consolidation have to submit the merger plan to Bank Indonesia before the merger or consolidation take place. That plan has to be submitted by one of the bank which participate in the merger or consolidation and has to be signed by the President Director from all banks’s participants. Furthermore, to implement SPP regulation and to define clarification concerning those three exceptions, on December 12, 2007, Bank Indonesia had published circular letter number 932DPNP “Circular Letter”, It clarified that in implementing share transfer, need to 93 Laporan Tahunan 2010 Annual Report • bank bjb notoce the requirements and procedure connected to the consolidation, merger and commercial bank acquisition or requirements and procedures concerning share buying of commercial bank, as long as it is relevant. The circular letter also declared that if there is acquisition needed to be done before merger, Bank Indonesia will only granted permission if the acquisition and merger are the integrated process. The Circular Letter also declared that Bank Indonesia may not compel the shareholder controller and or managent of merger bank to do the process of Fit and Proper test, if they already did it. The letter includes procedure to build the main office of the bank and the time limitation for delivering the report concerning with the changing of shareholder or shareholder controller inside the main office of the bank. Furthermore, the circular letter also declared that the participation of shareholder controller in the main office of the bank could be done by contributing equity swap, as the shareholder controller will replace their share ownership in the bank itself for the shares that published by the main office of the bank. After swap process, the main office of the bank will become the shareholder directly from the bank itself.

2. Basel II Implementation