Dialog 31 : Aku Dialog 32 : Aku

42LDJC108 Nrt-23 : Ia kelihatan segar, merah jambu, matanya bundar, cantik Ia mengenakan gaun kecil yang sangat cocok sekali buatnya. Ia kuraih dan kuangkat, lalu kuletakkan di pangkuanku dan kuciumi rambutnya. Mengapa tidak dengan ibunya? Aku : - Ibunya sakit, neneknya juga. Bagus. Nrt-23 : Ia memandangiku dengan wajah heran. Ia kubelai, kupeluk, kuciumi, dan ia diam saja. Tapi kadang-kadang ia melemparkan khawatir ke arah pengasuhnya yang menangis di pojok. Akhirnya aku mampu mengeluarkan suara. Aku : – Marie kataku, Marie kecilku Nrt-23 : Kudekap ia kuat-kuat ke dadaku yang penuh isakan. Ia berteriak pelan. Marie : – Aduh Sakit, Tuan, Katanya kepadaku. Nrt-23 : Tuan, Hampir setahun anak malang ini tidak bertemu denganku. Ia telah melupankanku, melupakan wajahku, suaraku, logatku. Lagi pula siapa yang akan mengenaliku dengan wajah berewok ini, dengan pakaian dan wajah pucat ini ? Bagaimana Bagaimana Sudah terhapus dari ingatan ini, satu-satunya tempat dimana aku ingin hidup terus bagaimana Tidak lagi menjadi ayah Dihukum tidak boleh mendengar kata itu dari omongan bocah, yang sedemikian lembutnya sehingga tidak tahan tinggal di dalam kata-kata orang dewasa : papa Padahal mendengar kata itu diucapkan sekali lagi melalui mulut bibir mungil ini, sekali lagi saja, itu yang kuminta sebagai pengganti empat puluh tahun hidupku yang dirampas.

44. Dialog 31 : Aku

: melanggar prinsip kesantunan, maksim kedermawanan, Marie putri Aku : melanggar maksim kearifan walaupun merugikan Aku, tetapi jujur. 43 Konteks : Tokoh Aku bertanya kembali kepada Marie putri Aku agar Marie mengenali ayahnya Aku. Aku : – Écoute, Marie, lui ai-je dit en joignant ses deux petites mains dans les miennes, est-ce que tu ne me connais point ? Nrt-23 : Elle m’a regardé avec ses beaux yeux, et a répondu : Marie : – Ah bien non Aku : – Regarde bien, ai-je répété. Comment, tu ne sais pas qui je suis ? Marie : – Si, a-t-elle dit. Un monsieur. Nrt-23 : Hélas n’aimer ardemment qu’un seul être au monde, l’aimer avec tout son amour, et l’avoir devant soi, qui vous voit et vous regarde, vous parle et vous répond et ne vous connaît pas Ne vouloir de consolation que de lui, et qu’il soit le seul qui ne sache pas qu’il vous en faut parce que vous allez mourir 43LDJC109 Aku : – Dengar, Marie, kataku kepadanya sambil memegang kedua tangannya yang mungil, apa kamu tidak mengenaliku lagi? Nrt-23 : Ia memandangiku dengan matanya yang indah, dan menjawab : Marie : – Tidak Aku : – Lihat baik-baik, ulangku. Bagiamana, kamu tidak tahu siapa aku? Marie : – Tahu, katanya, seorang Tuan. Nrt-23 : Betapa malangnya Mencintai satu makhluk saja di dunia ini, mencintainya dengan sepenuh jiwa, mengasihinya dengan sepenuh cinta, dan kini ia berada di depan Anda, memandangi Anda, tapi tidak mengenal Anda Mengharap penghiburan hanya darinya, tapi justru ia satu-satunya yang tidak mengetahui bahwa dirinya merupakan yang paling Anda dambakan, karena sebentar lagi Anda akan mati .

45. Dialog 32 : Aku

: melanggar prinsip kesantunan, maksim kedermawanan, Marie putri Aku : melanggar prinsip kesantunan, maksim kearifan walaupun merugikan Aku, tetapi jujur. 44 Konteks : Tokoh Aku bertanya kepada apakah Marie memiliki seorang ayah. Hal itu dilakukan tokoh Aku agar Marie mengenali ayahnya Aku. Aku : – Marie, ai-je repris, as-tu un papa ? Marie : – Oui, monsieur, a dit l’enfant. Aku : – Eh bien, où est-il ? Nrt-23 : Elle a levé ses grands yeux étonnés. Aku : – Ah Vous ne savez donc pas ? Il est mort. Nrt-23 : Puis elle a crié ; j’avais failli la laisser tomber. Aku : – Mort Disais-je. Marie, sais-tu ce que c’est qu’être mort ? Marie : – Oui, monsieur, a-t-elle répondu. Il est dans la terre et dans le ciel. Nrt-23 : Elle a continué d’elle-même : Marie : – Je prie le bon Dieu pour lui matin et soir sur les genoux de maman. 44LDJC109 Aku : – Marie, kataku memulai lagi, kamu punya papa? Marie : – Ya, Tuan, kata anak itu. Aku : – Lalu ia dimana ? Nrt-23 : Matanya yagng bundar memandangiku dengan heran. Aku : – Ah Jadi Anda tidak tahu ? Ia telah meninggal. Nrt-23 : Ia berteriak. Peganganku hampir saja lepas dan ia hampir jatuh. Aku : – Meninggal Kataku. Marie, kamu tahu artinya meninggal? Marie : – Ya, Tuan, ia menjawabku. Ia berada di dalam tanah dan di langit. Nrt-23 : Ia lalu melanjutkannya sendiri : Marie : – Sambil dipangku ibu, aku berdoa untuknya pagi dan malam kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.

46. Dialog 33 : Aku