‘Sudilah anda menerima kado kecil ini’
2.2.11 Maksim Kesepakatan La Maxime de L’accord
Maksim Kesepakatan juga diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif. Maksim ini menggariskan setiap peserta tutur untuk a mengusahakan
agar ketaksepakatan antara diri sendiri dan pihak lain terjadi sedikit mungkin dan b mengusahakan agar kesepakatan antara diri sendiri dan pihak lain terjadi
sebanyak mungkin. Untuk jelasnya perhatikan wacana 17, 18, dan 19 berikut. 17 + Le français est difficile, n’est-ce pas?
- Mais non, il est très facile. + ‘Bahasa Prancis sukar ya ?‘
- ‘Tentu tidak, itu mudah sekali ’ 18 + Le français est difficile, n’est-ce pas?
- Oui, mais la grammaire n’est pas assez difficile. + ‘Bahasa Prancis sukar ya ?‘
- ‘Ya, tetapi tata bahasanya tidak begitu sukar’ 19 + Le français est facile, n’est-ce pas?
- Oui, bien sûr + ‘Bahasa Prancis mudah ya ?‘
- ‘Ya, memang ’ Tuturan 18 terasa lebih santun daripada 17 karena ketidaksepakatan -
tidak dinyatakan secara frontal total tetapi secara. Pada
Maksim kesepakatan,
orang cenderung
melebih-lebihkan kesepakatannya dengan orang lain, terlihat pada contoh 19, dan juga mengurangi
ketidaksepakatannya dengan ungkapan-ungkapan penyesalan, kesepakatan sebagian, terlihat pada contoh 18, dan sebagainya.
2.2.12 Maksim Kesimpatian La Maxime de La Sympathie
Maksim kesimpatian juga diungkapkan dengan tuturan ekspresif dan asertif, yang mengharuskan setiap peserta pertuturan untuk a mengurangi rasa
antipati antara diri sendiri dengan pihak lain hingga sekecil mungkin dan b meningkatkan rasa simpati sebesar mungkin antara diri sendiri dengan pihak lain.
Jika Pt mendapatkan kesuksesan atau kebahagiaan, Pn wajib memberikan ucapan selamat. Ketika Pt mendapatkan kesusahan atau musibah, Pn layak turut berduka
atau mengucapkan bela sungkawa sebagai tanda kesimpatian. Maksim ini menjelaskan mengapa ucapan selamat dan ucapan belasungkawa adalah tindakan
ujar yang sopan dan hormat, walaupun ucapan belasungkawa mengungkapkan keyakinan Pn yang bagi Pt merupakan keyakinan negatif.
Wacana 20 dan 21 termasuk santun karena Pt memberikan kesimpatian kepada Pt.
20 A : Mon bébé est déjà né. B : Félicitations
A : ‘Anakku sudah lahir’ B : ‘Selamat’
21 A : Ma tante est décedée la semaine dernière B : Oh, Je te présente mes condoléances
A : ‘Bibiku seminggu yang lalu meninggal’ B : ’Oh, Aku turut berduka cita’
Pada dasarnya semua maksim yang telah dijelaskan di atas menganjurkan agar kita mengungkapkan keyakinan-keyakinan yang sopan dan bukan keyakinan-
keyakinan yang tidak sopan, sehingga maksim-maksim ini dimasukkan ke dalam kategori prinsip sopan santun. Dapat dilihat bahwa empat maksim pertama
berpasangan, yaitu 2.1 dengan 2.2 dan 2.3 dengan 2.4, karena maksim- maksim ini melibatkan skala-skala berkutub dua : skala untung-rugi dan skala
pujian-kecaman. Dua maksim lainnya melibatkan skala-skala yang hanya satu kutubnya, yaitu skala kesepakatan 2.5 dan skala simpati 2.6.
Hal tersebut senada dengan pendapat Gunawan 1995:12, prinsip kesantunan Leech didasarkan pada nosi-nosi 1 biaya cost dan keuntungan
benefit, 2 celaan atau penjelekan dispraise dan pujian praise, 3 kesetujuan agreement, serta 4 kesimpatian dan keantipatian sympathy antipathy
Walaupun antara skala yang satu dengan yang lain ada kaitannya, sikap maksim berbeda dengan jelas, karena setiap maksim mengacu pada sebuah skala
penilaian yang berbeda dengan skala penilaian maksim-maksim lainnya. Skala untung-rugi pada maksim 2.1 dan 2.2 memeringatkan untung-rugi bagi orang lain
2.1 dan bagi diri sendiri 2.2 akibat suatu tindakan di masa depan, sedangkan skala pujian-kecaman pada maksim 2.3 dan 2.4 memeringkatkan baik-tidaknya
penilaian yang diungkapkan oleh Pn mengenai orang lain 2.3 dan mengenai diri sendiri 2.4.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak semua maksim dan submaksim sama pentingnya. Maksim 2.1 tampaknya merupakan kendala perilaku percakapan
yang lebih kuat daripada maksim 2.2, dan maksim 2.3 lebih kuat daripada
maksim 2.4. Kecenderungan ini, bila benar, mencerminkan berlakunya suatu hukum umum yang mengatakan bahwa sopan santun lebih terpusat pada pihak
lain Pt daripada pada diri sendiri Pn. Selain dari itu, dalam setiap maksim, submaksim b tampaknya tidak sepenting submaksim a, sehingga ini juga
mencerminkan suatu hukum umum yang mengatakan bahwa sopan santun negatif pengelakan konflik merupakan perimbangan yang lebih kuat daripada sopan
santun positif mencari kesesuaian. Satu perbedaan lagi pada aspek penting- tidaknya submaksim namun perbedaan ini tidak dituangkan dalam bentuk
maksim, yaitu sopan santun terhadap Pt pada umumnya lebih penting daripada sopan santun terhadap pihak ketiga.
2.7 Wacana