Nrt-23 : Il m’a demandé :
Prêtre : – Quand reviendrai-je ?
Aku : – Je vous le ferai savoir.
Nrt-23 : Alors il est sorti sans rien dire, mais en hochant la tête, comme se disant à lui-même :
Prêtre : – Un impie
Nrt-23 : Non, si bas que je sois tombé, je ne suis pas un impie, et Dieu m’est témoin que je crois en lui.
34LDJC90 Prêtre
: – Anakku, katanya lagi, kamu kelihatannya meragukannya.
Nrt-23 : Dan kemudian ia mulai berbicara. Ia berbicara lama sekali, ia mengucapkan banyak kata. Kemudian setelah menurutnya selesai, ia berdiri dan memandangiku untuk pertama kali sejak awal khotbahnya, sambil
bertanya kepadaku :
– Hey, Bagaimana ?
Nrt-23 : Aku protes karena mulanya aku mendengarkannya dengan bernafsu, kemudian dengan perhatian dan setelah itu dengan ketulusan. Aku juga bangkit berdiri.
Aku : – Tuan, kataku kepadanya, tolong tinggalkan aku sendiri.
Nrt-23 : Ia menanyaiku :
Prêtre : – Kapan aku harus kembali ?
Aku : – Aku akan memberitahukannya.
Nrt-23 : Dan ia keluar tanpa marah, tapi sambil menggeleng-gelengkan kepala, seolah berkata kepada dirinya sendiri :
Prêtre : – Orang yang tidak percaya Tuhan
Nrt-23 :
Tidak, meskipun aku terperosok sedemikian dalamnya, aku bukan orang yang tidak percaya Tuhan, dan Tuhan akan menjadi saksiku bahwa aku percaya kepadaNya.
36. Dialog 24 : L’architecte : mematuhi prinsip kesantunan, maksim kearifan,
Gendarme : melanggar prinsip kesantunan, maksim pujian. 35 Konteks : Di ruangan tepat sebelah ruangan direktur pengadilan, tiba-tiba ada arsitek l’architecte yang masuk dan mengukur dinding kamar untuk kemudian direnovasi.
Nrt-23 : Sa besogne finie, il s’est approché de moi en me disant avec sa voix éclatante :
L’architecte : – Mon bon ami, dans six mois cette prison sera beaucoup mieux.
Nrt-23 : Et son geste semblait ajouter :
– Vous n’en jouirez pas, c’est dommage.
Nrt-23 : Il souriait presque. J’ai cru voir le moment où il allait me railler doucement, comme on plaisante une jeune mariée le soir de ses noces. Mon gendarme, vieux soldat à chevrons, s’est chargé de la réponse.
Gendarme : – Monsieur, lui a-t-il dit, on ne parle pas si haut dans la chambre d’un mort.
Nrt-23 : L’architecte s’en est allé. Moi, j’étais là, comme une des pierres qu’il mesurait.
35LDJC93 Nrt-23
: Tugasnya selesai, ia mendekatiku dan berbicara kepadaku dengan suara lantang :
L’architecte : – Sobat yang baik, enam bulan lagi penjara ini akan jauh lebih baik.
Nrt-23 : Dan gerakannya seolah melanjutkan :
– Sayang, kamu tidak bisa menikmatinya.
Nrt-23 : Ia seolah tersenyum. Sejenak aku merasa bahwa ia akan mengejekku dengan halus, seperti orang menggoda mempelai putri di malam pengantinnya. Pengawalku, seorang serdadu tua dengan tanda pangkat,
menangani jawabannya. Gendarme
: – Tuan, katanya kepada orang itu, dilarang berbicara sekeras itu di kamar orang mati.
Nrt-23 : Arsitek itu lalu pergi. Aku, aku tetap berada di sana, seperti batu-batu yang ia ukur tadi.
37. Dialog 25 : Gendarme : mematuhi prinsip kesantunan, maksim kearifan,
Aku :melanggar prinsip kesantunan, maksim kedermawanan.
36 Konteks : Di ruangan tepat sebelah ruangan direktur pengadilan. Tokoh Aku mendapat pengawal gendarme baru. Kemudian mereka terlibat dalam perbincangan.
Nrt-23 : Et puis, il m’est arrivé une chose ridicule. On est venu relever mon bon vieux gendarme, auquel, ingrat égoïste que je suis, je n’ai seulement pas serré la main. Un autre l’a remplacé, homme à front déprimé, des
yeux de bœuf, une figure inepte. Au reste, je n’y avais fait aucune attention. Je tournais le dos à la porte, assis devant la table ; je tâchais de rafraîchir mon front avec ma main, et mes pensées troublaient mon esprit. Un léger coup, frappé sur mon épaule, m’a fait tourner la tête. C’était le nouveau gendarme, avec qui j’étais seul. Voici à peu près de quelle façon il m’a adressé la parole.
Gendarme : – Criminel, avez-vous bon cœur ?
Aku : Non, lui ai-je dit.
Nrt-23 : La brusquerie de ma réponse a paru le déconcerter.
36LDJC93
Nrt-23 : Kemudian terjadi sesuatu yang menggelikan pada diriku. Pengawalku digantikan. Betapa egois dan tidak tahu berterimakasihnya aku, hingga bahkan tidak menyalaminya sebelum ia pergi. Seorang serdadu lain
menggantikannya, seorang pria dengan dahi yang terlihat lesu, bermata seperti kerbau dan berwajah konyol. Selebihnya, aku tidak memperhatikannya sama sekali. Aku lalu membelakangi pintu dan duduk di depan meja. Aku berusaha menyegarkan dahi dengan tanganku, pikiran-pikiranku mengalutkan hatiku. Sebuah tepukan ringan di bahu membuatku menengok ke belakang. Ternyata serdadu baru itu, yang sendirian saja
bersamaku. Beginilah kira-kira bagaimana ia berbicara kepadaku.
Gendarme : – Penjahat, apa kamu baik hati?
Aku : Tidak, kataku kepadanya.
Nrt-23 : Jawabanku yang tidak terduga itu tampaknya membuatnya kehilangan akal.
38. Dialog 26 : Gendarme dan Aku : sama-sama melanggar prinsip kesantunan, maksim pujian dan maksim kedermawanan.
37 Konteks : Di ruangan tepat sebelah ruangan direktur pengadilan. Gendarme berharap mendapat bantuan dari tokoh Aku.
Nrt-23 : Cependant il a repris en hésitant :
Gendarme : – On n’est pas méchant pour le plaisir de l’être.
Aku : Pourquoi non ? Ai-je répliqué. Si vous n’avez que cela à me dire, laissez-moi. Où voulez-vous en venir?
Gendarme : – Pardon, mon criminel, a-t-il répondu. Deux mots seulement. Voici. Si vous pouviez faire le bonheur d’un pauvre homme, et que cela ne vous coûtât rien, est-ce que vous ne le feriez pas ?
Nrt-23 : J’ai haussé les épaules.
Aku : Est-ce que vous arrivez de Charenton ? Vous choisissez un singulier vase pour y puiser du bonheur. Moi, faire le bonheur de quelqu’un
37LDJC94 Nrt-23
: Namun begitu, ia memulainya lagi dengan sedikit ragu :
Gendarme : – Kita tidak berbuat jahat hanya sekedar demi rasa senang menjadi jahat saja, bukan?
Aku : Kenapa tidak ? bantahku. Kalau hanya itu yang ingin Anda katakan, tinggalkan aku. Apa maksud perkataanmu itu?
Gendarme : – Maaf, penjahat, jawabnya. Dua patah kata saja. Begini. Kalau Anda bisa berbuat baik bagi seorang miskin, dan itu tidak merugikan Anda sama sekali, apakah Anda tidak akan melakukannya ?
Nrt-23 : Aku mengangkat bahu.
Aku : Apakah Anda baru tiba dari RSJ Charenton? Anda salah memilih guci ajaib untuk mendapatkan kebahagiaan di dalamnya. Aku Membahagiakan orang
39. Dialog 27 : Gendarme dan Aku : sama-sama melanggar prinsip kesantunan, maksim kedermawanan.