Implikatur konvensional Jenis Implikatur

prinsip percakapan, jadi implikatur percakapan adalah proposisi atau pernyataan implikatif, yaitu apa yang mungkin diartikan, disiratkan, atau dimaksudkan oleh Pn yang berbeda dari apa yang sebenarnya dikatakan oleh Pn di dalam suatu percakapan.

2.4.1 Jenis Implikatur

Menurut Rustono 1999:85, implikatur itu dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu implikatur konvensional dan implikatur nonkonvensional

2.4.1.1 Implikatur konvensional

Implikatur konvensional adalah implikatur yang diperoleh langsung dari makna kata, dan bukan dari prinsip percakapan. Berikut ini merupakan salah satu contoh implikatur konvensional. 22 Konteks : Di ruang pengadilan, tokoh Aku bersama pengacaranya mengharapkan mendapat keputusan yang terbaik dari ketua hakim pengadilan yang akan membacakan keputusan sidang pengadilan terkait kasus tokoh Aku. Nrt-2 : Cependant mon avocat arriva. On l’attendait. Il venait de déjeuner copieusement et de bon appétit. Parvenu à sa place, il se pencha vers moi avec un sourire. Avocat : – J’espère, me dit-il. Aku : – N’est-ce pas ? Répondis-je, léger et souriant aussi. Avocat : – Oui, reprit-il, Je ne sais rien encore de leur déclaration, mais ils auront sans doute écarté la préméditation, et alors ce ne sera que les travaux forcés à perpétuité. Aku : – Que dites-vous là, monsieur ? Répliquai-je indigné, - plutôt cent fois la mort Nrt-3 : Oui, la mort , – Et d’ailleurs, me répétait je ne sais quelle voix intérieure, qu’est-ce que je risque à dire cela ? A-t-on jamais prononcé sentence de mort autrement qu’à minuit, aux flambeaux, dans une salle sombre et noire, et par une froide nuit de pluie et d’hiver ? Mais au mois d’août, à huit heures du matin, un si beau jour, ces bons jurés, c’est impossible Et mes yeux revenaient se fixer sur la jolie fleur jaune au soleil. 4LDJC 41 Nrt-2 : Di saat itu pembelaku datang. Orang-orang menunggunya. Ia baru saja makan banyak dan dengan lahap. Sampai di tempatnya, ia mencondongkan tubuhnya ke arahku sambil tersenyum : Avocat : – Mudah-mudahan, katanya kepadaku. Aku : – Harus jawabku ringan, juga sambil tersenyum. Avocat : – Ya, lanjutnya, Aku belum tahu pernyataan mereka, tapi mungkin mereka mengesampingkan unsur ”terencana” hingga jadi kerja paksa seumur hidup. Aku : - Bapak ini bicara apa? tukasku marah, Seratus kali lebih baik mati Nrt-3 : Ya, mati - Dan lagi, kudengar di dalam diriku sendiri, entah suara dari mana, apa yang kukhawatirkan untuk mengatakan hal itu? – Bukankah hukuman mati hanya dijatuhkan di tengah malam saja, di bawah penerangan cahaya obor, di dalam ruangan suram dan gelap, dan di malam hujan serta di musim dingin? Tapi di bulan Agustus, jam delapan pagi, di pagi yang sedemikian indah dan oleh para juri yang baik ini, itu tidak mungkin Dan mataku kembali menatap bunga kuning di sinar matahari itu. Implikasi tuturan di atas adalah bahwa kemungkinan mendapatkan vonis kerja paksa seumur hidup atau vonis hukuman mati bagi Aku sebagai Pn merupakan konsekuensi yang harus diterima oleh Aku.

2.4.1.2 Implikatur nonkonvensional