Tahapan Pelaksanaan Program Reading Group dalam Pembelajaran

82 dilakukan jika alokasi waktu yang lebih singkat dari biasanya serta bertujuan untuk menambah kosa kata bahasa Inggris baru pada siswa. Dalam pelaksaan kegiatan ini guru yang memiliki peran banyak, karena menjadi pusat kegiatan. Pada saat pelaksanaan program dengan langkah tersebut, kegiatan berjalan dengan baik. Siswa kelas 2B terlihat sangat antusias dan tertarik dengan buku yang dibacakan oleh guru. Guru terlihat sangat menguasai kelas dan mampu menarik perhatian siswa. Guru juga mampu membuat siswa berinteraksi dengan baik pada saat pembacaan buku cerita. Guru menambah kosa kata baru dalam bahasa Inggris dengan gambar dalam cerita sehingga siswa bertambah kosa katanya, cara tersebut menarik dan efektif karena siswa seperti berhadapan langsung dengan kondisi tanpa harus menghafalkan sehingga mudah di ingat. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan metode pembelajaran membaca yang digunakan oleh guru pada pelaksanaan program reading group adalah metode SAS Struktur Analitik Sinetik periode kedua. Menurut Sabarti Akhadiah 1992: 37 dalam pembelajaran membaca permulaan salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode SAS yang dilaksanakan dalam dua periode, yaitu periode pertama adalah periode tanpa buku dan periode kedua adalah periode buku. Kegiatan membaca dengan buku ini bertujuan untuk melancarkan dan memantapkan siswa dalam membaca. Jadi, buku yang dibaca berfungsi sebagai pelancar, selain itu membiasakan siswa untuk membaca tulisan berukuran kecil, sebab selama periode tanpa buku mereka berlatih membaca dengan huruf berukuran besar. Siswa kelas 2B sudah 83 memiliki kemampuan membaca yang baik, sehingga dalam pelaksanaan program reading group guru menggunakan metode SAS periode membaca yang kedua yaitu periode buku.

3. Peran Guru dalam Pelaksanaan Program Reading Group di Kelas 2B

Peran guru dalam pelaksanaan program reading group di kelas 2B berdasarkan hasil penelitian sudah berperan dengan baik, namun demikian belum maksimal. Hal tersebut dapat kita lihat dari koordinasi antara wali kelas dan patnernya ketika pelaksanaan program berlangsung masih kurang. Wali kelas utama yang memegang peran besar di dalam pelaksanaan program reading group, bahkan cenderung tanpa bantuan dari patnernya. Guru hanya terpusat pada kegiatan kelompok siswa yang masih kurang lancar membaca. Padahal jika menilik pada langkah-langkah reading group yang diungkapkan oleh Jennifer dan Sophie dalam bukunya 2012: 12 yang menyatakan bahwa peran guru adalah mendampingi dalam proses secara keseluruhan. Jadi pendampingan guru juga diperlukan dalam kelompok siswa yang telah lancar membaca. Pada pelaksanaan program reading group pertemuan pertama dan kedua guru hanya terfokus dengan kelompok yang masih kurang lancar membaca yang berjumlah 3 anak, sedangkan siswa yang telah lancar membaca di beri kesempatan untuk mandiri. Sebagian besar siswa menjalankan program dengan baik, akan tetapi kontrol guru terhadap siswa yang tidak mengikuti kegiatan dengan baik masih kurang. Beberapa siswa memiliki kegiatan sendiri, misalnya hanya membuka-buka buku saja dan melihat gambar tanpa membaca, ataupun 84 mengobrol dengan yang lain. Kondisi tersebut kurang diperhatikan oleh guru disebabkan oleh fokus guru yang utama hanya pada kelompok siswa yang kurang lancar membaca. Pengawasan terhadap kelompok yang telah lancar membaca dinilai masih perlu ditambah frekuensinya, misalnya dengan bantuan patner dari wali kelas sehingga siswa yang telah lancar membaca juga dapat dikondisikan dengan baik dan sasaran dari pelaksanaan program dapat tercapai.

4. Aktivitas Siswa pada Pelaksanaan Program Reading Group di Kelas 2B

Dalam pelaksanaan program reading group di kelas 2B terbagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan kelompok yang terdiri dari sebagian besar siswa yang telah lancar membaca, sedangkan kelompok kedua adalah kelompok siswa yang termasuk belum lancar membaca dengan jumlah tiga orang siswa. Aktivitas siswa dalam kedua kelompok tersebut memiliki perbedaaan kegiatan. Kelompok yang telah lancar membaca memiliki kegiatan membaca secara mandiri sedangkan kelompok siswa yang belum lancar memiliki aktivitas membaca dan menyimak terbimbing oleh guru. Pada dasarnya aktivitas siswa kelas 2B dalam pelaksanaan program reading group tersebut senada dengan pendapat Jennifer dan Sophie 2012: 1 yang mengemukakan bahwa reading group adalah “small group reading instruction where students sat with their teacher to work on reading skills. These groups allowed the teacher to give different instruction to different groups of students as the teacher saw fit”. Dua kelompok siswa kelas 2B tersebut memiliki kegiatan berbeda yang sesuai dengan kempuan membaca yang dimiliki. 85 Pada kelompok besar siswa yang telah lancar membaca, aktivitas siswa terbagi lagi dalam kelompok-kelompok kecil yang dibuat oleh siswa sendiri tanpa instruksi atau pengarahan oleh guru. Kelompok-kelompok tersebut pada dasarnya terbentuk dari kelompok duduk siswa, yaitu siswa hanya duduk berkelompok. Apabila mengacu pada makna program reading group pada dasarnya yang menjadi kunci adalah group atau kelompok. Brown 2001: 177 mendefinisiskan bahwa group terdiri dari dua siswa atau lebih yang diberi tugas bersama untuk berkolaborasi. Kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa yang telah lancar membaca masih belum bisa disebut sebagai sarana berkolaborasi. Hanya sebagian kecil siswa yang dalam kelompoknya melakukan kolaborasi, misalnya ada dua orang anak dalam kelompok siswa yang telah lancar membaca menggunakan buku bacaan yang sama kemudian membaca buku bersama dengan nyaring. Hampir sebagian besar siswa berkelompok hanya bermakna duduk bersama dalam satu lingkaran, tapi mereka tetap melakukan aktivitas membaca mandiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas sebagian besar siswa mengikuti kegiatan sesuai dengan instruksi guru, namun demikian ada beberapa anak yang tidak mengikuti instruksi dengan baik. Beberapa anak putra pada pertemuan pertama dan kedua tidak mengikuti program reading group sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru di awal kegiatan. Ada yang hanya membuka-buka buku dan asyik melihat gambar, ada juga yang hanya membaca sekilas lalu mengobrol santai dengan teman yang lain. Setelah peneliti tanyakan mengapa mereka asik dengan kegiatan sendiri mereka 86 menjawab bahwa buku yang dipinjam sudah pernah mereka baca sehingga sudah memahami isinya, sedangkan mau meminjam buku yang lain sudah tidak ada. Ketidaksesuain kegiatan yang dilakukan oleh beberapa siswa tersebut dapat diminalisir apabila dalam kelompok siswa yang sudah lancar membaca didampingi oleh guru sehingga setiap siswa dapat mengikuti program reading group dengan baik. Kurangnya pengawasan dari guru terlalu fokus dengan kelompok yang belum lancar membuat beberapa anak tidak mengikuti kegiatan dengan baik.

5. Evaluasi Program Reading Group dalam Pembelajaran Membaca

Permulaan pada Siswa Kelas 2B Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, evaluasi terhadap program reading group belum maksimal terlaksana. Evaluasi untuk program tersebut belum berjalan dengan pasti dan berkala. Misalnya untuk evaluasi pada forum angkatan wali kelas atau forum mata pelajaran tidak ada dokumentasi karena belum adanya lesson plan yang pasti dari program tersebut. Tidak semua program yang direncanakan bisa efektif dan dilaksanakan dengan baik, oleh karena itu agar program yang direncanakan lebih baik ke depannya dalam pelaksanaannya maka perlu diadakan evaluasi program. Kebijakan SOP untuk program reading group selama berjalannya program tersebut belum terealisasi disebabkan karena proses evaluasi yang masih terkendala. Evaluasi program sangat diperlukan untuk menentukan langkah-langkah perbaikan program ke depannya, hal tersebut senada dengan