Metode Pembelajaran Membaca Permulaan

19 e. Metode Global Metode ini ini timbul akibat pengaruh aliran psikologi Gestalt. Mula-mula siswa diperkenalkan pada kalimat. Setelah mereka dapat membacanya kalimat tersebut kemudian diuraikan. Kalimat diuraikan menjadi kata-kata, kemudian kata-kata diuraikan menjadi suku-suku kata, suku-suku kata diuraikan menjadi huruf-huruf. Penerapan metode ini sering mengakibatkan kecenderungan siswa menghafal kalimat. Siswa menirukan guru membaca kalimat, kemudian menghafalnya. Jika kata-kata itu dilepaskan dari kalimat, siswa tidak dapat membacanya. Contohnya sebagai berikut: rani menulis cerita rani menulis cerita ra- ni me – nu – lis ce – ri – ta r-a n-i m-e n-u l-i-s c-e r-i t-a f. Metode SAS Struktur Analitik Sinetik Metode SAS dilaksanakan dalam dua periode. Periode pertama adalah periode tanpa buku dan periode kedua adalah periode buku. 1 Periode tanpa buku Periode ini berlangsung dengan cara-cara sebagai berikut. a Merekam bahasa anak Guru mencatat kalimat-kalimat yang diucapkan oleh siswa. Kalimat-kalimat inilah yang akan dijadikan pola dasar untuk pengajaran membaca permulaan. 20 b Bercerita dengan gambar Guru memperlihatkan gambar-gambar pada siswa, sambil bercerita dengan gambar tersebut. Kalimat-kalimat yang digunakan guru dalam bercerita digunakan sebagai pola dasar bahan membaca.. c Membaca gambar Guru menunjukkan sebuah gambar, misalnya gambar anak laki-laki berumur 7 tahun yang memegang bola, dan melekatkannya pada papan flanel. Ia mengatakan “ini bola budi”, kemudian meletakkan tulisan “ini bola Budi” di bawah gambar. Siswa membaca gambar dengan tulisan tersebut dengan bimbingan guru. d Membaca gambar dengan kartu kalimat Setelah siswa dapat membaca gambar dengan lancar, guru menempatkan kartu kalimat di bawah gambar. Untuk memudahkan pelaksanaannya dapat digunakan media berupa papan selip, atau papan flanel, kartu kalimat, kartu kata, dan kartu gambar. e Proses struktural Setelah siswa mulai dapat membaca tulisan di bawah gambar, sedikit demi sedikit gambar dikurangi sehingga akhirnya mereka dapat membaca tanpa dibantu gambar. Misalnya: Ini bola budi f Proses analitik Setelah siswa dapat membaca kalimat, mulailah menganalisis kalimat itu menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Misalnya: 21 ini bola budi ini bola budi i - ni bo - la bu - di i – n – i b – o – l – a b – u – d – i g Proses sintetik Setelah siswa mengenal huruf-huruf dalam kalimat yang diuraikan, huruf- huruf tersebut dirangkai lagi menjadi suku-suku kata, suku-suku kata dirangkai menjadi kata-kata, dan akhirnya dirangkai lagi menkadi kalimat. Contohnya sebagai berikut: i – n – i b – o – l – a b – u – d – i i - ni bo - la bu - di Ini bola budi Secara keseluruhan proses SAS tersebut sebagai berikut: Ini bola budi Ini bola budi i - ni bo - la bu - di i – n – i b – o – l – a b – u – d – i i - ni bo - la bu - di ini bola budi Ini bola budi 2 Periode membaca dengan buku Kegiatan membaca dengan buku ini bertujuan untuk melancarkan dan memantapkan siswa dalam membaca. Jadi, buku pertama yang dibaca 22 berfungsi sebagai pelancar, selain itu membiasakan siswa untuk membaca tulisan berukuran kecil, sebab selama periode tanpa buku mereka berlatih membaca dengan huruf berukuran besar. Pengajaran membaca permulaan berakhir di kelas 2 SD, pada waktu itu siswa diharapkan telah menguasai dasar kemampuan membaca yang diperlukan untuk dapat melakukan kegiatan membaca lanjut Sabarti Akhadiah, 1992: 37.

B. Mengembangkan Budaya Baca di Sekolah

Menurut Murniaty 2013: 5 biasa membaca adalah membaca tanpa ada dorongan pihak lain. Kebiasaan membaca merupakan keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan. Kebiasaan membaca dapat dikembangkan dan dibina melalui kegiatan belajar mengajar. Tetapi perlu juga diingat bahwa kebiasaan membaca tidak hanya ditentukan oleh keinginan dan sikap seseorangmasyarakat, tetapi juga ditentukan oleh ketersediaan dan kemudahan untuk memperoleh berbagai bahan bacaan. Kebiasaan membaca dilingkungan sekolah tidak hanya diperlukan oleh siswa namun juga pada masyarakat sekolah lain, sehingga dapat membentuk membentuk budaya baca pada lingkungan sekolah. Program Prioritizing Reform,Innovation and Opportunities for Reaching Indonesias Teachers, Administrators and Students PRIORITAS yang didanai oleh USAID bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dilaksanakan dalam rangka mendukung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Kementerian Agama 23 dalam meningkatkan akses pendidikan dasar yang bermutu. Salah satu upaya untuk mencapai tujuan tersebut, USAID PRIORITAS telah melaksanakan program budaya baca dan literasi dengan memberi hibah buku pengayaan dan buku bacaan berjenjang kepada sekolah untuk meningkatkan minat dan keterampilan membaca siswa. Program ini dalam rangka mendukung implementasi kebijakan pendidikan yang tertuang di dalam RPJMN dan Renstra Kemdikbud 2015-2019. Program dari USAID PRIORITAS ini memberikan kemajuan pada bidang pendidikan. Berbagai kemajuan yang dapat dilihat di sekolah di antaranya, guru merancang tugas yang mendorong interaksi antar siswa dalam pembelajaran kooperatif, yang menantang siswa untuk berbuat dan berpikir tingkat tinggi, seperti diskusi, percobaan, pengamatan, dan pemecahan masalah. Siswa memanfaatkan beragam sumber belajar dan menghasilkan karya hasil gagasan sendiri. Hasil karya siswa dipajangkan untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif. Kepala sekolah melaksanakan manajemen yang transparan, akuntabel dan partisipatif dengan melibatkan guru,komite sekolah dan masyarakat. Program budaya membaca mengoptimalkan pemanfaatan perpustakaan sekolah, sudut baca, perpustakaan keliling, dan sumber daya dari masyarakat. Program budaya membaca di beberapa sekolah telah berhasil membentuk pembiasaan membaca siswa USAID PRIORITAS. 24

C. Kajian tentang Program Reading Group

1. Pengertian Program Reading Group

Menurut Suharsimi Arikunto Eko Putro, 2009: 7 program memiliki definisi sebagai suatu kegiatan yang direncanakan secara seksama. Sedangkan Yusuf Tayibnapis Eko Putro, 2009: 8 mengartikan program sebagai segala sesuatu yang dicoba dilakukan dengan harapan akan mendatangkan hasil atau pengaruh. Eko Putro Widoyoko 2009: 8 dalam bukunya menyebutkan ada empat unsur pokok untuk dapat dikategorikan sebagai suatu program. Unsur- unsur tersebut adalah sebagai berikut. a. Kegiatan yang direncanakan atau dirancang dengan seksama. b. Kegiatan tersebut berlangsung secara berkelanjutan dari satu kegiatan ke kegiatan yang lain. c. Kegiatan tersebut berlangsung dalam sebuah organisasi baik formal maupun informal bukan kegiatan individual. d. Kegiatan tersebut dalam implementasinya melibatkan banyak orang, bukan kegiatan yang dilakukan perorangan. Tidak semua program yang direncanakan bisa efektif dan dilaksanakan dengan baik, oleh karena itu agar program yang direncanakan lebih baik dalam pelaksanaannya maka perlu diadakan evaluasi program. Eko Putro Widoyoko 2009: 10 mengungkapkan evaluasi program biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka menentukan kebijakan selanjutnya. 25 Menurut Finochiaro dan Bonomo Tarigan, 1985: 2 reading adalah “bringing meaning to and getting meaning from printed or written material,” yang berarti memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis. Menurut Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English 1974: 698 pengertian reading adalah act of one who reads. Sedangkan pengertian group adalah number of persons or things gathered or placed together, or naturally associated 1974: 381. Brown 2001: 177 menyatakan bahwa group work is a central to maintain the linguistik interaction in the classroom. It is a generic term covering a multiplicity of techniques in which two or more student are assigned a task that involves collaboration and self-initiated language. Dapat diartikan bahwa group work atau kelompok kerja adalah pusat untuk mempertahankan interaksi linguistik dalam kelas. Group terdiri dari dua siswa atau lebih yang diberi tugas bersama untuk berkolaborasi dan meningkatkan bahasa. Brown 2001: 178 juga memaparkan keuntungan dibentuknya group dalam penugasan, diantarnya adalah sebagai berikut. a. Group work generates interactive language. b. Group work offers an embracing affective climate. c. Group work promotes learner responsibilityand autonomy. d. Group work is a step toward in individualizing instruction. Uraian di atas dari Brown dapat disimpulkan bahwa pembentukan group atau kelompok dapat meningkatkan interaksi bahasa siswa, iklim yang efektif untuk bekerja sama, serta mempelajari tanggung jawab individu dalam kelompok.