11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian tentang Membaca Permulaan
1. Pengertian Membaca Permulaan
Membaca permulaan sangat penting dikuasai oleh seorang anak, karena kemampuan membaca permulaan akan mempengaruhi kemampuan tahap
membaca selanjutnya, yaitu tahap membaca pemahaman. Banyak ahli mengemukakan pendapat tentang definisi membaca permulaan. Darmiyati
Zuchdi dan Budiasih 1997: 50, mengatakan bahwa membaca permulaan merupakan kegiatan belajar membaca tahap awal yang diajarkan di kelas awal
yaitu kelas 1 dan kelas 2 SD. Sedangkan, Ayriza 1995: 11 mengungkapkan bahwa membaca permulaan merupakan kegiatan awal untuk mengenal simbol-
simbol fonetis serta kegiatan yang ditandai dengan penguasaan kode alfabetik, di mana anak hanya sebatas membaca huruf perhuruf atau membaca secara
teknis. Mar’at 2005: 80 berpendapat bahwa membaca permulaan secara teknis
mengandung pengertian bahwa dalam tahap ini anak belajar mengenal fonem dan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau kata. Dalwadi 2002: 13
mengungkapkan bahwa membaca permulaan adalah tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal simbol-simbol atau tanda-tanda
yang berkaitan dengan huruf-huruf, sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ke tahap membaca lanjut. Selaras dengan pendapat di atas
membaca permulaan dapat diartikan sebagai kegiatan awal untuk mengenal
12
fonem dan menggabungkan fonem menjadi suku kata atau kata yang diberikan kepada anak kelas I dan II sebagai dasar mempelajari pelajaran selanjutnya
Joko Rahmadi 2015: 29. Tiga istilah yang sering digunakan untuk memberikan komponen dasar
dari proses membaca, yaitu recording, decoding, dan meaning. Proses recording dan decoding biasanya berlangsung pada kelas-kelas awal, yaitu SD
kelas 1,2 dan 3 yang dikenal dengan istilah membaca permulaan Farida Rahim 2008: 2. Menurut Syafi’ie Farida Rahim 2008: 2 penekanan pada tahap
membaca permulaan ialah proses perseptual, yaitu pengenalan korespondensi rangkaian huruf dengan bunyi-bunyi bahasa. Siswa bisa membaca lebih cepat
kalau siswa mengetahui bagaimana cara mengatakan serta mengelompokkan bunyi-bunyi tersebut serta tidak tertegun-tegun melakukannya. Oleh karena itu,
penting diingat agar setiap kesulitan yang berkenaan dengan bunyi, urutan bunyi intonasi atau jeda haruslah dijelaskan sebelum siswa mempelajari
membaca pemahaman Tarigan, 1985: 8. Darmiyati Zuchdi dan Budiasih 1997: 50, mengatakan bahwa
keterampilan yang diperoleh siswa pada saat membaca permulaan akan berpengaruh terhadap keterampilan membaca lanjutan mereka. Oleh karena itu,
kegiatan membaca permulaan harus mendapat perhatian guru dan dilaksanakan dengan penuh kesabaran agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat
tercapai. Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
membaca permulaan adalah kegiatan belajar membaca tahap awal di mana